7

177 39 2
                                    

Perpisahan
🧠🧠🧠

benar yaa cinta tak selamanya indah
mungkin ini terbaik sebelum menambah
lukaa :)

Giana Glessia~

___

Waktu perpisahan pun kini sudah di depan mata. Dengan sempurna, Ana melihat ke cermin ke arah pantulan yang sempurna baginya.

Ukiran senyum kini terus terukir semenjak senja terbit. Namun, di balik senyuman itu ada sedikit luka timbul, yakni kehadiran Andra yang tak kunjung pulang.

"Iya, Andra belum juga kembali," pikir Ana, yang sudah bertanya kepada Bu Acell. Namun, jawabannya masih saja tidak ada kemajuan.

Ana pun mengubah raut mukanya dengan senyuman yang menyakinkan kebahagiaannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ana pun mengubah raut mukanya dengan senyuman yang menyakinkan kebahagiaannya. Dengan perlahan, Ana membuka pintu kamar. Beberapa mata kini menatap ke arah Ana dengan pandangan yang tak berhenti menatap.

"Masyaallah, anak Umii," ucap Bu Lisa terkagum melihat penampilan Ana, sementara empat laki-laki hanya terdiam.

Kali ini Ana berangkat seperti biasanya memakai mobil. Namun, kali ini Jean, Seno, dan Sean ikut mengantar, entah apa alasannya, mungkin ingin mengawasi Ana.

SMP Juara kini tertera di depan bangunan untuk terakhir kalinya bagi Ana. Ana pun keluar dari mobil saat mobil sudah terparkir, begitu pun Jean, Seno, dan Sean. Semua siswa yang sedang beraktivitas di sekitar parkiran kini berhenti terdiam secara bersamaan.

"Gak salah sih, kakaknya aja cantik!"

"Wah, salah waktu sih, cocoknya jadi kakanya, gak sih?"

"Deril kembaran, no zonk ini, maah!"

"Iyaaa, sempurnaaa!"

Ana yang mendengar bisikan siswa sekitar spontan tangannya ditarik sama Jean dan meninggalkan area parkir.

"Naaaa!!!" ucap Ola di koridor melihat Ana. Ana pun langsung melepas tangannya dari genggaman Jean.

"Olaaa..." ucap Ana menghampiri Ola. Ana dan Ola pun saling berpelukan.

"Naa, kamu cantik banget," ucap Ola melihat penampilan Ana.

"Masyaallah, Laa," ucap Ana. Ola pun tersenyum malu.

Jean yang tadi melihat Ana melepas genggamannya pun langsung menghampiri Ana, begitu pun Seno dan Sean yang hanya bisa nurut saja.

"Naa, itu Jean, Seno, dan Sean, adik kembaran loh," ucap Ola terkejut melihat tiga laki-laki ke arahnya.

"Iyaaa, La, kenapa?" ucap Ana setelah Jean, Seno, dan Sean berada di sebelah Ana.

"Mereka kok berubah, ya?" ucap Ola berbisik.

"Berubah apa?" ucap Ana yang bingung.

"Itu dulu waktu kamu kenalin mereka ke aku, tuh biasa aja," ucap Ola.

"Emang sekarang gimana?" ucap Ana.

"Eeee, mereka sekarang kok keren sekali, jadi adek ipar, boleh nih," ucap Ola. Ana pun shock mendengar ucapan Ola adik ipar.

"Ekhmm..."

"Kami dengar loh..."

"Dah, yuk, yu, ke mana, ke di sini capek berdiri terus," ucap Jean.

Ana dan Ola sedikit shock, lalu ketawa kecil.

•••

Acara perpisahan pun dimulai saat setiap siswa maju berpasangan. Ana yang sedang melihat semua siswa naik ke panggung karena dirinya sudah naik, jadi santai.

"Naa," ucap Ola yang menepuk Ana yang sedang fokus ke buku novelnya.

"Bukannya itu Andra?" ucap Ola. Ana pun langsung melihat ke arah panggung.

"Tapi kok sama Nara Nur Killa, kelas 97, yang waktu itu mau gagalin kelas kita," ucap Ola.

Ana yang melihat Andra sama Nara di atas panggung dan melihat genk Nara di bawah panggung ketawa riah, sesekali Nara menatap Ana dengan senyuman miring, Ana pun langsung lemas.

"Akhhhhh," ucap Ana di depan cermin wastafel. "Istigfar, Naa, tenang, Astagfirullah, ingat kalau kamu itu bukan siapa-siapa, bahkan kamu juga belum ungkapin, lagian juga kalau diungkapin, gak bakal diterima," ucap Ana kepada diri di cermin.

"Gak papa, Anaa, gak maksa kok," ucapnya yang lalu pandangannya langsung gelap dan...

Brukk!!...

Jean, Seno, dan Sean, begitu pula Ola yang merasa perasaan tidak enak, pun bangkit dari tempat duduk dan berlari ke arah WC.

"Anaaaa..." ucap mereka berempat serentak. Jean, Seno, dan Sean langsung mengendong Ana dan membawanya ke rumah sakit, sementara Ola menghampiri Andra karena Ola tahu ini semua pasti karena Andra.

"Ndraaaa, luhhh, jahat!" ucap Ola yang memukul Andra. Andra yang sedang bersama Nara dan genknya ketawa berbahak-bahak.

"Gue jahat? Bukannya kebalik?" Mendengar ucapan Andra, Ola pun menggelengkan kepala, tidak percaya atas apa yang dikeluarkan mulut Andra yang sangat menyakitkan.

"Kebalik, kebalik, lohh, yakin kebalik? Selama ini Anaa suka sama lohhh, semenjak kelas 7, Ndraa... iyaaa, benar! Bodohnya gue membiarkan hal ini. Seharusnya gue cegah saat Anaa ungkapin ke gue semua perasaannya ke elo saat di rumah sakit..." ucap Ola, Andra tidak menjawab, dia terkejut mendengar ucapan Ola.

"Sorry, Ndra, gue gak ada waktu buat lohh. Gue mau ke Ana di rumah sakit," ucap Ola yang lalu langsung pergi meninggalkan Andra dan Ira yang terdiam.

"Apa... kelas 7?" batin Andra melihat Ola pergi menjauh.

"Mau kenapa kamu, Ndra? Ingat perjanjian kita," ucap Nara yang langsung memegang tangan Andra dengan erat saat Andra ingin pergi.

"Sorry, Nar, perjanjian tetap perjanjian kok," ucap Andra yang lalu mengempas tangan Nara dengan kencang, lalu pergi menyusul Ola.

Setelah Ana selesai diperiksa dokter, semua orang yang berada di dalam kamar Ana pun bersyukur karena Ana hanya shock doang. Ana pun membuka mata dan terlihat ada Andra dan Nara di sebelah pintu.

"Naaa, sorry yaa, tapii..." ucap Andra yang menggenggam erat tangan Nara yang sedang tersenyum bahagia.

Ana yang baru sadar mendengar ucapan itu hanya tersenyum dan mengangguk ngerti. "Miii... biii, Ana mau pindah dari kota ini. Ana udah gak kuat..." ucap Ana yang lalu terdiam lagi menahan lukanya.

___

Terimakasih sudah membaca
'Laksana Langit'
-
-
-
NEXT PART 🖤

Laksana Langit Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang