TTM-5

740 76 20
                                    

Chenle memasuki ruang kelas dengan santai, mengambil posisi duduk di kursinya. Di kelasnya baru ada beberapa murid termasuk Chenle. Wajar, masih sangat pagi. Chenle sengaja berangkat pagi agar tidak mendengar omelan keluarganya tentang leher yang memar. Pasti, sudah pasti Jeno mengadu.

"Good morning, chairmate!" Ningning tersenyum cerah menyapa Chenle yang sudah hadir di kelas.

"Seneng banget keliatannya, ada apaan?"

"Pagi-pagi emang harus seneng dong?" Ningning meletakkan tasnya lalu bersiap menyuruh teman-temannya piket.

"JANGAN LUPA PIKET, GUYS!"

Chenle menutup telinganya, suara Ningning bisa-bisa merusak gendang telinga Chenle jika setiap pagi harus mendengar teriakan gadis itu.

"Chenle, Chenle!" Kali ini Giselle yang masuk ke kelas, menghampiri Chenle dengan tergesa-gesa.

"Apa? Kenapa?"

"Kak Jeno sama Jaemin..!" Giselle menarik napasnya, sulit berbicara saat tersengal.

Belum selesai Giselle bicara, Chenle lebih dulu berlari mencari keberadaan Jeno. Di ruang kedisiplinan tidak ada, di ruang OSIS juga tidak ada, di rooftop juga tidak, di lapangan apalagi. Akhirnya Chenle berlari ke koridor kelas 12. Mungkinkah Jeno di kelasnya?

Kosong.

Tidak ada Jeno.

Puk

Dug

"Ini abang astaga, dek." Jeno mengaduh saat Chenle berbalik badan dan meninju bahunya. Untung kekuatan Chenle tidak seberapa dibanding Jeno.

"Ngagetin aja. Abang gapapa kan?"

"Kecil, tinjuan kamu gak seberapa," kata Jeno sambil terkekeh.

"Bukan. Abang abis berantem sama Jaemin ya? Ada luka gak? Gak dipanggil ke ruang kedisiplinan lagi kan?"

"Satu-satu."

Chenle menghela napasnya. "Abang berantem sama Jaemin?"

Jeno menggeleng.

"Oh iya? Kata Jijel abang sama Jaemin..."

"Apa? Ngapain?"

Chenle tidak bisa melanjutkan perkataannya karena tadi dia pergi sebelum Giselle menjelaskan apa yang terjadi pada Jeno dan Jaemin.

"Nggak jadi deh, tapi abang beneran gapapa kan?"

"Iya, adek. Udah sana balik ke kelas. Kamu jadi tontonan murid kelas 12 yang pada laper noh."

Chenle mengedarkan pandangannya, benar, banyak yang menatapnya dengan lapar. "Emang adek makanan?!"

"Kamu tuh manis, cantik, mereka suka jadinya. Sana pergi, sebelum abang tonjok mereka satu per satu."

"Iya, iya. Abang jangan berani-berani nonjok orang lagi! Adek pamit."

Chenle beranjak dari koridor kelas 12, dia berjalan sambil memasang wajah garang, berharap para kakak kelas tidak lagi memperhatikannya dengan intens. Padahal Chenle tidak tahu saja, wajah garangnya justru semakin terlihat cantik di pandangan mereka.

"Jijeelll!" Chenle berteriak saat dirinya memasuki kelas. Dia sekilas bersitatap dengan Jaemin yang duduk di meja depan barisan kedua dari pintu. Wajahnya normal-normal saja, tidak ada luka tambahan, berarti Jeno memang tidak menjotos ketuanya itu.

"Lo ngasih info jangan setengah-setengah dong," geram Chenle.

"Ya lo kabur gitu aja, gue belum selesai ngomong tau."

TTM || JaemleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang