TTM-15

638 83 12
                                    

VOTE AND COMMENT
🐰🐬

Jaemin tersenyum kikuk saat pintu rumah Chenle dibuka oleh Yoona. Siapa yang tidak malu tiba-tiba berkunjung di atas jam sembilan malam?

"Nak Jaemin ada keperluan apa malam-malam? Mau menginap di sini?" tanya Yoona seraya mempersilakan anak itu masuk.

"Nggak, tante. Jaemin mau jemput Chenle, katanya dia mau nginep di rumah. Boleh, tan?"

Yoona tersenyum. Pasti karena kejadian setelah makan malam tadi anak bungsunya jadi ingin menginap di rumah Jaemin.

"Boleh, jemput ke kamarnya aja. Tante langsung istirahat ya."

"Makasih banyak, tan."

Jaemin pun beranjak menuju kamar si bungsu. Malas mengetuk pintu, lelaki itu masuk dan mendapati Chenle sudah berdiri dan memakai piyama.

"Bawa mobil apa motor?" tanya Chenle sambil menenteng jaket.

"Mobil. Jalan sekarang?"

Chenle mengangguk lalu memakai jaketnya dan mengekori Jaemin di belakang.

"Lo nggak mau mampir ke mana-mana dulu kan? Langsung pulang ya? Gue ngantuk," kata Jaemin setelah mereka duduk di kursi masing-masing.

"Iya, gue gak mood ngapa-ngapain. Terserah lo aja."

Jaemin melajukan mobilnya meninggalkan pekarangan rumah Chenle. Membelah jalanan yang lengang karena sudah malam. Sementara Chenle sibuk menatap langit melalui jendela. Apa yang membuat lelaki itu terlihat murung dan sedih? Itu yang terlintas di pikiran Jaemin.

"Langsung ke kamar aja, ayah sama bunda udah tidur," ujar Jaemin saat Chenle terlihat melirik ke kamar orang tuanya.

Chenle mengangguk. Dia segera berjalan ke kamar Jaemin, mengambil alih kasur dan guling sang empu.

"Mau cerita?" Jaemin bertanya setelah dirinya ikut berbaring di sebelah Chenle.

"Lo anak tunggal kan? Gimana rasanya jadi anak tunggal?"

Jaemin berpikir sejenak. "Nggak gimana-gimana sih. Senengnya ada, sedihnya juga ada."

"Ayah lo nuntut sesuatu?" tanya Chenle. "Lo kan anak satu-satunya."

"Hm, sejauh ini nggak. Beliau support apa pun pilihan gue. Asal nggak ngerugiin siapa-siapa."

"Balapan?"

Jaemin mengangguk. "Diizinin."

"Minum miras?"

"Asal gak berlebihan. Seteguk dua teguk lah."

"Jurusan kuliah?"

Jaemin menyamping, menghadap Chenle yang sibuk memainkan gulingnya. "Kita masih kelas 11, tapi gue udah ada pilihan sih mau ambil jurusan kedokteran sama kayak ayah gue. Meskipun agaknya berat tapi gue tertarik buat mendalami."

"Gak ada paksaan?"

"Nggak."

Chenle menghela napasnya.

"Kenapa sih?" tanya Jaemin penasaran dengan sikap Chenle yang bertanya ini itu.

"Gue anak bungsu, disayaanggg banget sama papa, mama, dan dua abang gue. Kadang mereka ngebatasin apa yang gue lakuin, tapi gue sadar kalo itu emang dalam konteks yang baik. Misal ngebatasin pergaulan supaya gak lewat batas kayak masuk bar dan minum miras."

"Bagus dong," respons Jaemin.

"Saking gue ngerasa selalu dicekokin kasih sayang, gue sampe lupa kalo ada abang-abang gue."

TTM || JaemleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang