Live in The Same House

584 51 4
                                    

Laki-laki berpawakan tinggi berusia sekitar 30 tahun mengantar Seokjin ke sebuah kamar yang ada di samping ruang kerja. Lebih tepatnya kamar kedua yang ada di lantai satu.

“Anda bisa meletakkan barang-barang anda di kamar ini, Kim Seokjin-ssi. Hoejangnim sudah menyiapkan semua kebutuhan anda di dalam.”

“Gamsahabnida...” ucap Seokjin lalu memasuki kamar yang ada di hadapannya. Ia benar-benar takjub. Kamar itu benar-benar luas. Ukuran kamar yang saat ini di pijaknya, dua kali lebih besar dari rumah kontrakannya sebelum ini.

“Daebak! Kamar ini benar-benar besar.” ucapnya dengan penuh rasa kagum. Ia melangkah mendekati lemari pakaian dan membukanya. Lemari itu benar-benar terisi penuh.

Kali ini pemuda itu menuju ke kamar mandi. Dan ia lagi-lagi merasa begitu takjub. Bahkan kamar mandi yang ada di kamar itu jauh lebih besar dari kamarnya yang dulu.

Seokjin keluar dari kamar mandi dan duduk di tepi ranjang. Ia merasa tidak pantas tinggal di kamar semewah itu. Dengan cepat, pemuda itu segera keluar dari kamar dan menuju ke ruang kerja Jungkook yang ada di sampingnya.

“Ajeossi!” panggil Seokjin yang membuat Jungkook mengalihkan pandangan dari file yang ada di tangannya. Ia baru mulai membaca begitu Seokjin diantar oleh Han Siljang menuju ke kamarnya.

Jungkook tak menjawab. Ia hanya menatap Seokjin dari balik kacamata minusnya. Tangan kirinya yang memegang file, seketika meletakkan kertas berwarna putih itu ke atas meja.

“M-mianhada. A-aku tidak bermaksud mengganggu. Aku hanya--”

“Ada perlu apa?” tanya Jungkook dengan suara yang terdengar ketus.

“I-itu... p-pakaian yang ada di lemari. A-apakah aku benar-benar boleh memakainya?” tanya Seokjin dengan gugup.

“Bukankah Han Siljang sudah mengatakannya padamu?”

“Han Siljang sudah mengatakannya padaku. Tetapi aku merasa tidak enak. Semuanya pakaian mahal, aku merasa tidak pantas untuk memakainya.”

“Tidak perlu merasa sungkan. Semua pakaian itu sengaja kubelikan untukmu. Gunakan semua fasilitas yang kusediakan selama kau berada di sini. Jangan pernah merasa sungkan.” ucap Jungkook sambil bangun dari kursinya. Ia mendekat ke arah Seokjin dan berdiri di hadapan pemuda itu.

“N-naega...”

“Sudah kukatakan bukan? Never reply to my words, my dear! Or you will regret it."

“J-Joesonghaeyo.” ucap Seokjin sambil menundukkan kepalanya karena tidak berani menatap mata Jungkook yang begitu tajam. Laki-laki itu tersenyum. Ia menyentuh kepala Seokjin menggunakan telapak tangan kirinya. Seokjin seketika menatap ke arah matanya.

“Tidak perlu merasa tidak enak. Kau bisa menggunakan apa yang kusediakan di rumah ini sesuka hatimu. Mulai sekarang kau bekerja untukku, Seokjin-ssi. Kau menjadi tanggung jawabku. So, you don't need to ask about things like that again. Arasseo?” ucap Jungkook yang membuat Seokjin tersenyum manis. Ia mengangguk. Laki-laki itu melepaskan pegangannya dari kepala sang pemuda.

“Nae. Arassseubnida...”

“Kembalilah ke kamarmu! Kau bisa menemui Ji Yoo dan Jae Hyun setelah kau beristirahat.” ucap Jungkook. Seokjin mengangguk. Ia segera menundukkan separuh tubuhnya memberi hormat sebelum akhirnya kembali ke kamar yang disediakan untuknya. Ia segera melemparkan tubuhnya ke atas ranjang berukuran Queen size itu dan berguling-guling ke sana kemari dengan senang. Baru kali ini ia tidur di tempat tidur sebesar itu.

Pemuda itu benar-benar kegirangan. Ia bahkan melompat-lompat di atas kasurnya yang empuk. Jungkook yang melihatnya dari rekaman CCTV hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalanya melihat tingkah Seokjin yang seperti anak kecil.

By My SideTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang