CHAPTER 13

979 26 0
                                    

Jika seorang Ayah adalah cinta pertama untuk anak perempuannya.

Lantas, pantas disebut apakah sosok laki laki seperti Ayahku?

-Azzalea Syafa Lorenza


°°°

Di tengah tengah keseruan bersama teman temannya. Lea sudah hampir kehilangan setengah kesadaran karena terlalu banyak minum.

Pikiran pikiran nya mulai berimajinasi kesana kemari. Ia juga hampir kesulitan menopang badannya yang lemas.

"Udah Ya! Lo udah banyak banget minumnya," Flora mengambil paksa gelas yang ada ditangan Lea.

"Balikin." Lea merebut kembali gelasnya.

Matanya mulai berkunang kunang, Lea masih tetap berusaha untuk berdiri. Menggoyang goyangkan badannya menikmati alunan musik.

Dari kejauhan, Lea melihat ada sosok laki laki berbadan besar, brewokan yang juga sedang asyik berjoget bersama seorang perempuan.

Kedua matanya melotot terfokus kepada mereka, hingga ia berhasil mengenali sosok laki laki itu dan berjalan menghampirinya.

"Ya, mau kemana?" Angel mengejar Lea diikuti Flora.

"Lea, ngapain kamu disini?" Tanya Papa Afzhal terkejut.

"Anda yang ngapain disini?" Tanya Lea balik.

"Pulang."

"Dasar laki laki br*ngs*k, nggak bertanggung jawab, b*jing*n anda."

Papa Afzhal menunjuk wajah Lea seperti ingin menerkam. "Jangan kurang ngajar kamu."

Lea melihat dari ujung kepala sampai ujung kaki Papanya, sambil sedikit tersenyum kecil. "Kelakuan anda saja seperti ini, gimana saya mau sopan sama anda?"

PLAK

Layanan tangan itu kembali berlayar dipipi mungil Lea. Entahlah, sudah berapa kali tamparan yang ia dapati sebelumnya, mungkin sudah beribu ribu kali. Sampai ia tidak bisa merasakan sakit lagi seakan akan kulitnya sudah kebal. "Br*ngs*k."

Lea hanya tersenyum tipis sambil memegang pipinya.

"Cuma segini doang!"

"Anak durhaka, ikut saya," Papa Afzhal menyeret paksa tangan Lea keluar dari bar.

Di parkiran.

Papa Afzhal dan mendorong badan Lea hingga tersungkur ke tanah. "Anak kurang ajar."

"Saya emang kurang ajar. Tapi, anda yang lebih nggak tau malu. Anda sadar nggak, kalau anda itu cuma numpang hidup sama Mama, laki laki yang nggak berguna. tapi, banyak tingkah." Ucap Lea.

Urat urat dari leher Papa Afzhal mulai terangkat, Jantungnya semakin berdetak kencang dan matanya melotot dengan tajam. kepalan tangan yang begitu kuat berhasil mendarat tepat sasaran. Tanpa basa basi tangan kekar itu berkali kali mendarat di pipi mungil Lea.

BUGH

BUGH

"Jaga mulut kamu. Kalau bukan karena saya masih mikir kamu anak saya, sudah lama kamu saya bunuh," Papa Afzhal memukul wajah Lea tanpa henti.

"Bunuh. Bunuh aja sekalian biar saya cepat m*ti." Bentak Lea dengan jeritan yang begitu keras.

Urat urat tangan dari lelaki itu semakin terlihat jelas. Emosi sudah semakin tak terbendung lagi, dengan sekuat tenaga ia mencekik leher anaknya.

Lentara Untuk Zaujaty [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang