// [one] \\

745 82 40
                                    

Termenung seorang diri di dalam kamarnya, kamar dengan pencahayaan dari lampu tidur dan udara dingin dari luar karna jendela kamar tidak dia tutup. Padahal jam sudah menunjukan pukul 11 malam tapi gadis itu sama sekali tidak mau tertidur walau pun rasa kantuk terus menyerang dirinya.

Gadis itu terus menghela nafas hingga berkali-kali, berperang dengan pikiran dan batinnya. Ingin menyerah tapi tak ada gunanya, ingin lari dari masalah tapi itu juga tidak akan membuahkan hasil apa pun.

Tok

Tok

Gadis itu bangkit dari kasurnya, berjalan menuju arah pintu yang diketuk. Dibukanya pintu itu dan menampakkan seorang gadis cantik di depannya. Gadis itu memandang datar sosok di depannya, hanya diam tidak memiliki niat untuk bertanya sedikit pun.

"Apa kau baik-baik saja?"

Cih!

Gadis itu bedecih mendengar pertanyaan yang menurutnya tidak penting.

"Apa kau pikir aku akan baik-baik saja setelah hal bodoh yang kau lakukan hingga berimbas padaku?"

Gadis cantik di depannya itu menundukkan kepalanya dalam

"Maaf."

"Apa dengan kata maaf mu bisa membuat luka ku langsung sembuh? Tidak Canny! Mau sebanyak apa pun kau meminta maaf tidak akan membuat luka ditubuh ku seketika sembuh!"

"Maafkan aku Rora."

Gadis bernama Rora itu memejamkan matanya, mencoba untuk merendam emosinya. Menggelengkan kepalanya berusaha untuk mengusir ucapan-ucapan yang dilontarkan oleh orang tuanya kepada dirinya.

"Pergilah Canny."

Canny hanya diam, dia tidak menanggapi ucapan kakaknya.

Rora mendengus kesal, dia mendorong pelan bahu Canny hingga membuat tubuh adiknya mundur beberapa langkah. Dia berbalik dan menutup pintu dengan membantingnya.

Brak!! 

Canny memejamkan matanya, dia terkejut dengan apa yang dilakukan oleh Rora. Matanya menatap nanar pintu bercat putih itu dengan gantungan panda ditengah-tengahnya.

"Sekali lagi maafkan aku."

🐼🌸

Rora berjalan keluar rumah sambil menenteng sepatu putih miliknya dan tak lupa dengan tas punggung yang dia sampirkan dipundaknya. Dia duduk dikursi teras rumah dan mulai menggunakan sepatunya, hari ini adalah hari Rabu dimana ada pelajaran olahraga dan dia sangat menyukai pelajaran itu.

Setelah selesai memakai sepatu dia berjalan ke arah art yang sedang menyiram tanaman, bibi Ahn orang yang selama ini merawat Rora dengan kasih sayang. Rora sudah menganggap bibi Ahn seperti ibunya sendiri, bahkan Rora memanggil bibi Ahn dengan panggilan eomma.

"Eomma Rora pergi dulu nee."

Bibi Ahn menyimpan selang itu dibawah lalu berbalik, dia tersenyum manis ke arah Rora. Mengelus pucuk kepala Rora dan memberi kecupan singkat disana.

"Kau sudah sarapan?" Rora menggelengkan kepalanya.

"Aku akan sarapan disekolah saja eomma."

Bibi Ahn mengangguk "Pergilah, hati-hati dijalan."

Rora mengangguk dan langsung memeluk tubuh bibi Ahn lagi dengan erat, lalu dia merenggangkan pelukannya dan mulai berjalan meninggalkan bibi Ahn.

Dia masuk ke dalam mobil yang dikhususkan untuknya, dia menurunkan kaca mobil dan melambaikan tangannya pada bibi Ahn.

SEBUAH TAKDIR (Rorami)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang