[ Six ]

430 82 11
                                    

BRAKK

Hyein dengan kasar membuka pintu rumah keluarga Manoban dia segera masuk dan berlari menuju lantai atas, tidak peduli kepada tatapan tajam tuan dan nyonya Manoban yang menatapnya tajam. Tujuannya saat ini adalah kamar Rora yang ada dilantai atas rumah ini.

Hyein membuka pintu kamar Rora tatapannya tertuju pada gadis yang masih memejamkan matanya di balik selimut, Hyein melangkahkan kakinya mendekati Rora dia menutup mulutnya berusaha agar tidak mengeluarkan isakkannya.

Wajah Rora yang terlihat pucat dan bahkan ada lebam diwajah bayi temannya, dia mendudukkan dirinya dipinggir ranjang tangannya menyentuh wajah Rora dia terkejut karena suhu badan temannya.

"Rora-ya."

Hyein panik, suhu badan Rora tinggi sekali dia meremas rambutnya "Tuhan bagaimana ini?!"

Ceklek

Bibi Ahn masuk ke dalam kamar Rora, Hyein berlari menghampiri bibi Ahn dengan wajah paniknya "Bibi-bibi!! Bagaimana ini?! Suhu badan Rora tinggi sekali, bagaimana bibi?!"

Bibi Ahn mengangguk dia mengelus punggung Hyein dan meminta untuk tenang "Tenang lah, bibi sudah menelepon dokter Jung untuk datang kemari. Kau tidak perlu panik, ambil ini bibi akan memasak bubur sebentar."

Hyein menerima baskom dengan handuk handuk kecil itu dia menutup pintunya lalu berbalik menuju ranjang, Hyein membasahi handuk itu lalu memerasanya dia menaruh handuk basah itu dikening Rora.

Hyein menatap sedih pada wajah bayi temannya, padahal kemarin Rora masih tertawa bersama dengannya kemarin juga Rora masih baik-baik saja saat terakhir mereka melakukan video call, Hyein kembali menghela nafasnya.

Hyein mengusap air matanya "Bangunlah, kau bilang ingin mentraktir ku hari ini. Ayo bangun kita makan sepuasnya."

"sshh... Eommahh."

Hyein terkejut dia langsung menyingkirkan handuk kecil itu dari kening temannya.

"Rora-ya, bangun lah. Ini aku Hyein." usap Hyein pada rambut Rora.

"Hyein-ah." panggil Rora tanpa membuka matanya.

"Iya kenapa? Ada apa?"

"Appa ku Hyein-ah... Appa ku dia hiks... Sakit hiks..."

Hyein ikut menangis, dia segera memeluk tubuh lemah Rora yang sedang menangis.

"sakit Hye... sakit hiks..."

Hyein mengangguk dia mengusap kening Rora yang berkeringat "Tahan sebentar hiks... Dokter sebentar lagi sampai, tenang lah aku disini bersama mu hiks..."

Hyein mengusap kasar air matanya dia menepuk-nepuk pipi tembam Rora "Rora-ya bangun lah. Hei, buka mata mu! Rora!!"

Hyein segera berlari dia membuka kasar pintu kamar Rora dan dia melihat Asa dan juga Canny disana, Hyein menatap penuh kebencian kepada mereka dia melirik ke arah lain disana ada bibi Ahn dengan seorang dokter perempuan dibelakangnya.
Hyein segera menghampiri bibi Ahn "Bibi Rora bibi! Dia... Dia tidak sadarkan diri bibi, suhu badannya semakin naik bibi bagaimana ini? hiks..."

Bibi Ahn mengangguk dia memeluk tubuh Hyein "Tenang lah dokter Jung sudah ada disini, dia akan memeriksa nona Rora. Tenang lah."

Hyein hanya bisa mengangguk dalam pelukan wanita paruh baya ini, bibi Ahn segera meminta kepada dokter Jung untuk lebih dulu memasuki kamar Rora. Dokter muda itu mengangguk dia segera masuk tak lupa menyapa Asa dan juga Canny yang sedang berdiam diri.

Bibi Ahn merengangkan pelukannya dia menangkup wajah Hyein dan mengusap lembut air mata gadis muda itu "Tenang lah nona, kita harus berdo'a untuk keadaan nona Rora."

SEBUAH TAKDIR (Rorami)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang