// [two] \\

392 64 7
                                    

"Jangan memeluk dia aku tidak suka." pukul Rora pada punggung temannya.

Hyein tersenyum, dia membalas pelukan Rora "Iya maaf, aku tidak akan mengulanginya lagi."

Rora melepaskan pelukannya lalu menatap temannya dan memberikan jari kelingking kirinya pada Hyein

"Kau berjanji?"

Hyein mengangguk, dia menautkan jari kelingking kanannya pada jari kelingking Rora membentuk sebuah pinky promise.

"Aku berjanji."

Rora kembali memeluk tubuh Hyein "Awas saja sampai kau mengulanginya, aku akan memukuli mu."

"Jika aku mengulanginya maka aku akan berjanji lagi hehe..."

"Ahh! Kau ini iishh!!

Rora mendorong tubuh Hyein lalu memukulinya. Hyein berusaha menangkap tangan Rora yang begitu gesit karna jujur pukulan Rora tidak main-main.

"Akhss... Tidak-tidak Rora, aku hanya bercanda sshh..."

Tapi walau begitu mereka malah asik tertawa bersama. Rora bersyukur dia memiliki Hyein di sisinya yahh meski terkesan menyebalkan dan berisik, tapi justru itu yang bisa membuat moodnya kembali.

Canny menatap iri pada Hyein yang bisa dekat dengan kakaknya, dia juga ingin dekat dengan Rora. Bercanda dan tertawa bersama dengan kakaknya adalah impian  Canny sejak dulu.

"Bersabarlah, ayo semangat! Aku yakin kau pasti bisa Canny!"

Canny tersenyum lembut menanggapi ucapan Jiwoo, gadis itu benar bahwa dia harus bersabar dan semangat untuk bisa menggapai kakaknya.

"Terimakasih Jiwoo, kau selalu bisa mengerti perasaan ku."

Jiwoo mengangguk, dia memeluk tubuh Canny menepuk-nepuk punggung itu

"Sama-sama Canny, aku akan terus memberi mu semangat sampai kau berhasil."

🐼🌸

"Kau yakin ingin tinggal sendiri disana nanti?"

"Aku yakin dad, bukan kah daddy dan mommy selalu meminta ku untuk mandiri?"

Sang ayah hanya menggelengkan kepalanya atas jawaban putri bungsunya.

"Cih! Mandiri katanya." ketus gadis sulung yang berada di sebrang.

"Apa sih?! Ini kan urusan ku, tapi kenapa kau yang repot Pharita?"

Gadis bernama Pharita itu menggelengkan kepalanya "Aku hanya bercanda."

"Terserah." ketusnya.

Pharita tertawa "Kemari kau, aku ingin memeluk mu sebelum kau pergi."

Si bungsu berjalan menghampiri kakaknya lalu memeluknya "Aku pasti akan merindukan mu kakak."

"Aku juga akan merindukan Rami." balas Pharita.

"Besok adalah hari keberangkatan ku, bagaimana jika kita habiskan hari ini untuk kita berdua. Bagaimana kau setuju kakak?"

Pharita nampak berpikir, membuat Rami penasaran "Ayo jawab aku." guncang Rami pada bahu kakaknya.

"Baiklah-baiklah kita habiskan hari ini untuk kita berdua."

Rami terlihat senang, gadis ini mencium seluruh wajah kakaknya dan terakhir dia menggigit gemas pipi kakaknya.

Pharita mendelik kesal pada adiknya, pipinya terasa sakit.

"Kau pikir tidak sakit hah?" pukul Pharita pada kening adiknya.

SEBUAH TAKDIR (Rorami)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang