Valerie #1

1.9K 129 6
                                    

Setiap siang Kantin selalu ramai oleh para karyawan. Setiap meja minimal terdapat tiga hingga enam orang yang berinteraksi. Namun, hanya ada satu orang yang lebih suka duduk sendiri, menghabiskan segelas espresso tanpa ekspresi. Dialah Valerie, miss angkuh yang sulit didekati. Dia tidak memiliki satu orangpun teman. Tepatnya, tidak mau berteman dengan siapapun.

"Udah kali ngeliatinnya, copot nanti tuh mata," sindir Kenneth.

Kalix mendesah. "Ada sesuatu dari dia yang bikin gue penasaran banget, tapi sialnya gue nggak tau apa," ucapnya sambil terus menatap Valerie.

"Bilang aja karena dia satu-satunya yang nggak peduli dengan eksistensi lo di muka bumi ini," cibir Kaezaro.

"Sialan," umpat Kalix.

Saat Valerie berdiri, Kalix pun refleks berdiri. Dia mengambil gelas kopinya, menghabiskan sisanya dalam sekali tenggak dengan terburu-buru.

"Heh, mau ke mana? Bentar lagi kita ada meeting." Kenneth mengingatkan.

"Bentar." Kalix langsung berlari kecil menyusul Valerie.

Bahkan, saat Kalix sudah berjalan di sampingnya, Valerie tidak menyadari, karena matanya terus menatap layar ponsel.

"Hei!" sapa Kalix sok akrab.

Valerie melirik Kalix beberapa detik, lalu fokus ke layar ponsel kembali. "Ada apa?" tanyanya datar.

"Nanti malem free nggak? Jalan yuk!" ajak Kalix tanpa basa-basi.

"Thank you, but I'm not free." Valerie menolak tegas.

"Besok? Lusa? Minggu depan? Kapan lo free?" desak Kalix pantang mundur sebelum Valerie mengiyakan.

Valerie tiba-tiba berhenti, untungnya Kalix sempat mengerem di belakang wanita itu sebelum tabrakan terjadi. Saat wanita itu balik badan, jarak itu terkikis. Mereka begitu dekat hingga ujung sepatu saling menempel. Kalix mengamati wajah Valerie yang sangat cantik. Ada tahi lalat kecil yang nyaris tidak terlihat di dekat bibir wanita itu.

"Bisa stop ngikutin aku? Terutama di area perusahaan," minta Valerie.

"Kalau di luar boleh?" Kalix tersenyum penuh arti.

"Nggak," jawab Valerie tegas.

Valerie kembali melanjutkan langkah.

Sebenarnya Kalix tak ingin mengejar Valerie lagi, karena dia ada meeting dengan klien sebentar lagi. Namun, saat melihat sesuatu di rok belakang Valerie, mau tidak mau dia bertindak. Dia melepas kancing kemejanya dan langsung berlari mendekati Valerie.

Valerie tentu saja terkejut tiba-tiba ada yang memeluknya dari belakang. Kedua tangan itu mengikatkan lengan kemeja ke depan pinggangnya.

"Lagi dapet, ya?" tanya Kalix sedikit berbisik.

Valerie membelalakkan mata. Apa ini maksudnya ada darah di belakang roknya? Dia pun refleks merapatkan kedua kakinya dengan ekspresi resah.

"Bawa pembalut nggak?" tanya Kalix.

Valerie menggeleng polos.

Kalix mengedarkan pandangan dan melihat toilet di dekat sana. "Tunggu di sana, aku beliin," ucapnya serius.

Valerie terpaksa menurut, lantaran Ia memang butuh bantuan Kalix saat ini. Dia menunggu di dalam toilet wanita, sambil memeriksa roknya. Ternyata, sudah banyak bercak merah di sana, yang sialnya tidak dia sadari.

Cukup lama Valerie menunggu hingga akhirnya ada yang mengetuk pintu. Valerie membukanya sedikit, namun ternyata seorang wanita yang datang.

"Dari Kalix," ucap wanita itu sambil mengulurkan paper bag pada Valerie.

"Thanks." Valerie mengambil paper bag itu dan menutup pintu kembali.

Sejenak Valerie tertegun melihat tak hanya ada dua jenis pembalut di sana, melainkan juga celana dalam dan rok span yang ukurannya pas. Entah dari mana Kalix bisa punya pemikiran kalau Valerie memang membutuhkan ini semua, bukan hanya pembalut.

Setelah beres dengan urusan "datang bulan" Valerie ke luar dari toilet dan ingin berterima kasih pada Kalix, tapi pria itu sudah tidak ada.

***

Kalix sedang nongkrong di coffee shop dengan Kenneth dan Kaezaro, sambil menunggu siaran langsung sepak bola bersama rekan-rekan penggila bola lainnya. Mereka rela begadang hingga pagi hanya untuk melihat tim favorite mereka bermain padahal besok masih harus bekerja.

"Kali ini gue yakin Spanyol menang," ucap Kenneth optimis.

"Bacot, Jerman lebih unggul." Kaezaro membalas.

Baru saja Kalix ingin menyuarakan tim kebanggaannya, sebuah chat dari nomor yang tidak dikenal masuk ke ponselnya dan langsung membuatnya melompat girang.

From: 08112X44X44
Makasih ya untuk bantuannya tadi.
Besok aku traktir makan siang.

Kalix tidak perlu bertanya chat itu dari siapa, karena foto profil pemilik nomor itu sudah sangat jelas. Itu dari Valerie!

Secepat mungkin Kalix menyimpan nomor Valerie, lalu menghubunginya. Dalam nada sambung kedua, Valerie menerima teleponnya.

"Hei!" sapa Kalix bersemangat.

"Aku pikir kamu udah tidur."

"Aku lagi di luar sama temen-temen." Kalix melirik jam di dinding. "Kalau traktirannya sekarang aja bisa nggak? Aku jemput."

"Oke."

Kalix sempat kaget beberapa detik. Sungguh tidak expect Valerie mau dia ajak ke luar, karena ini sudah hampir jam dua belas malam. "Serius mau?" tanyanya minta diyakinkan.

"Aku kirim alamatnya sekarang."

Begitu Valerie menutup telepon, Kalix langsung berteriak girang sembari mengangkat kedua tangannya. Tanpa menunda lebih lama, dia langsung mengambil kunci mobilnya di meja.

"Mau ke mana lo?" tanya Kenneth.

"Kencan," jawab Kalix bersemangat.

"Sejak kapan cewek lebih penting dari bola, Nyet?!" seru Kaezaro heran.

"Sejak ceweknya Valerie!" jawab Kalix sambil terus melangkah pergi.

Kenneth dan Kaezaro saling pandang.

***

FYI, Valerie hanya akan update bab sample aja di wattpad untuk contoh. Tidak akan update sampai tamat, yang nantinya akan dilanjutkan di Karyakarsa atau langsung ebook.

Kalian boleh dicoba dulu baca siapa tahu menarik dan sesuai selera.

⚠️Warning!!
Bab 2 bisa bikin kalian baper.

ValerieTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang