Valerie #2

753 105 11
                                    

Kalix sampai di depan sebuah gang. Ia baru saja ingin mengeluarkan ponsel menelepon Valerie, tiba-tiba jendela mobilnya diketuk dari luar. Seseorang di luar itu mengenakan hoodie, topi dan masker, namun Kalix masih bisa mengenalinya. Dia pun membukakan pintu dari dalam dan Valerie langsung masuk.

"Aku pikir begal," canda Kalix.

Valerie membuka topi dan maskernya sehingga wajahnya terlihat jelas. "Ada begal secantik ini?" candanya balik.

"Ada. Kamu." Harusnya Kalix tertawa setelah mengatakan itu, akan tetapi pria itu malah menatap Valerie serius dengan senyum yang tulus.

Valerie balas menatap Kalix. "Emang apa yang udah aku begal?" tanyanya.

"Hati aku."

Valerie tersenyum.

"Cantik banget sih kalau lagi senyum," puji Kalix yang terus menatap Valerie.

Valerie refleks memalingkan wajah ke depan. "Jalan," suruhnya sedikit salah tingkah.

Kalix mengulum senyum. "Kita mau ke mana tuan puteri?" tanyanya.

"Kamu aja yang tentuin tempatnya," jawab Valerie.

"Oke."

Kalix mulai melajukan mobil. Sesekali dia melirik Valerie. "Rumah kamu di deket gang tadi?" tanyanya.

"Hm?" Valerie menoleh. "Oh, bukan." Dia menggeleng.

"Terus ngapain di situ?" Kalix sangat kepo.

"Main ke rumah temen."

"Cewek, kan?"

"Bedanya buat kamu kalau itu cowok atau cewek apa?" Valerie mengangkat sebelah alisnya menatap Kalix.

"Kalau cewek, aku nggak akan nanya apa-apa lagi. Tapi kalau cowok, kamu harus siap aku interogasi."

"Pacar kamu risih nggak sih kalau diposesifin kayak gini?" tanya Valerie.

"Kalau itu, cuma kamu yang bisa jawab."

"Hah?" Valerie menatap Kalix bingung, tapi kemudian dia paham maksud terselubung dari kalimat itu. Dia pun menoleh ke depan sembari mengulum senyum.

Kalix menoleh Valerie sebentar, lalu melihat ke depan lagi dan tersenyum. "Mau nggak?" tanyanya to the point. Sesekali dia menoleh Valerie, melihat reaksi wanita itu.

"Mau apa?" Valerie tetap melihat lurus ke depan, sambil mengulum senyum dan berpura-pura tidak paham.

Kalix meraih tangan Valerie dan menggenggamnya. "Jadi pacar aku," jawabnya lembut.

"Kamu tuh emang gini, ya?"

"Gini gimana?" Kalix tetap memegang tangan Valerie, membawanya ke atas persneling.

"To the point?"

"Em-hem." Kalix mengangguk. "Usia kita udah nggak pantes pedekate ala anak ABG, kan?"

Valerie mengangguk membenarkan.

"Jadi, mau?" Kalix menatap Valerie begitu dalam.

"Awas lihat jalan kamu lagi nyetir." Valerie tersipu sambil menunjuk ke jalan.

Tiba-tiba Kalix melepas seat belt dan bergerak mencium bibir Valerie. Satu kecupan singkat yang membuat mata Valerie membulat.

"Itu stample dari aku, artinya kamu udah jadi pacar aku dan nggak bisa diganggu gugat lagi. Apapun yang terjadi kamu nggak akan bisa minta putus dari aku."

Valerie sontak menatap Kalix dan pria itu memainkan alisnya, lalu mencium punggung tangannya. "Mantan pacar kamu kalau dikumpulin, GBK nggak muat kali ya," ledeknya.

ValerieTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang