Valerie #4 (Khusus 18+)

1.2K 100 15
                                    

Peringatan: Part ini khusus dewasa.

***

Kalix tidak berhasil menyusul Valerie yang sudah lebih dulu masuk ke lift. Dia menggunakan tangga darurat dan berlari turun secepat mungkin hingga lantai paling bawah. Tepat di saat dia ke luar dari pintu tangga darurat, saat itu juga pintu lift terbuka. Wanita itu makin kesal melihatnya, tapi bukan Kalix namanya kalau tidak berusaha merayunya.

"Sayang, jangan marah. Dengerin aku dulu, aku bisa jelasin," ucap Kalix sambil mengimbangi langkah Valerie.

"Jelasin ke tembok." Valerie menarik tangannya setiap kali Kalix berusaha memegang.

"Tembok mana bisa diajak ngomong." Kalix terus mengejar.

Valerie berhenti melangkah, tatapnya setajam pedang. "Umur kamu berapa sih? Kenapa masih nggak bisa bedain mana yang baik dan nggak? Ikutan ini tuh manfaatnya apa buat kamu?" cecarnya begitu marah.

Kalix berdiri patuh di depan Valerie, mendengarkan dengan baik omelan wanita itu, tidak menyela sedikitpun.

"Emang kamu punya hutang seberapa banyak sampai harus segininya nyari uang, hah?"

"Nggak ada," jawab Kalix menggeleng.

"Kalau gitu ngapain? Nyalurin hobi? Emang nggak ada hobi lain yang lebih aman di dunia ini?"

"Iya aku salah." Kalix menunduk.

"Ini bukan salah atau bener, Kalix. Ini tuh taruhannya nyawa. Gimana kalau tadi lawan kamu nggak sengaja kena organ vital kamu, mau mati konyol?"

Kalix menggeleng.

Melihat Kalix sepatuh itu saat diomeli dan sedikitpun tidak mendebat, emosi Valerie perlahan reda. Dia mendesah, berhenti menghabiskan energi.

"Udah?" tanya Kalix lembut.

"Kurang?" Valerie melotot.

"Cukup." Kalix tercengir, kemudian memeluk Valerie. "Aku tau aku salah. Aku terima kalau kamu mau marahin aku sampe pagi, aku nggak bakalan ngelawan. Tapi aku kasihan kamunya jadi capek. Maafin aku, ya ..."

Valerie berdecak. Kalix sangat pandai membuatnya tidak bisa marah terlalu lama. "Aku maafin asal kamu berhenti ngelakuin hal berbahaya kayak gini," ancamnya.

Kalix melepas pelukan. "Sebenernya ini emang pertandingan terakhir aku. Aku udah bilang ke mereka kalau aku mau berhenti. Makanya aku ajak kamu ke sini, biar kamu lihat gimana dunia aku sebelum aku kenal kamu. Selama ini nggak ada yang bisa bikin aku takut, tapi setelah kenal kamu, aku jadi punya rasa takut," jelasnya.

Kalix memegang tangan Valerie. "Aku takut dunia aku ini berbahaya untuk kamu," ucapnya sepenuh hati.

Ucapan Kalix itu menyentuh Valerie. Kalau benar yang dikatakan pria itu, dia pun tidak punya alasan untuk marah lagi. Diamatinya wajah Kalix, penuh memar dan bengkak, terutama di area pipi dan bibir.

"Ayo pulang, obati wajah kamu," ajak Valerie dengan lembut.

Kalix tersenyum dan mengangguk.

Keduanya sudah mesra kembali, jalan sambil bergandengan tangan. Valerie mulai terbuka mendengar cerita Kalix tentang bagaimana dia bisa menjadi petinju.

"Kalau kamu tau orang tua kamu nggak setuju, kenapa harus dilakuin?"

"Karena aku butuh dunia baru untuk menjadi diri sendiri. Dengan cara ini aku punya tempat untuk lebih bebas mengekspresikan diri," jujur Kalix.

"Itu berarti aku udah hancurin dunia baru kamu?" Valerie merasa sedikit bersalah. Kalau begitu apa bedanya dia dengan orang tua Kalix?

"Justru kamu itu dunia aku sekarang."

ValerieTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang