Valerie #9

437 93 20
                                    

Sudah hampir setengah jam Valerie tertidur di pundak Kalix. Wanita itu pasti sangat lelah, karena semalaman menjaga papanya. Entah sesulit apa kehidupan yang Valerie jalani selama ini, yang Kalix tahu Valerie wanita yang sangat kuat. Bahkan, di depannya Valerie tepat berpura-pura kuat, tidak pernah menunjukkan kerapuhannya.

"Ini Mas." Suster Eva memberi Kalix kopi, lalu duduk di sampingnya.

"Makasih, Sus." Kalix memang sangat butuh cairan ajaib ini untuk tetap terjaga. Tidak hanya Valerie, dia pun tidak tidur semalaman di rumah sakit ini dan belum memejamkan mata walau hanya semenit.

Suster Eva mengangguk.

"Sus, mama atau kakaknya belum dateng juga?" tanya Kalix.

"Belum, Mas." Suster Eva menggeleng.

"Mereka emang jarang datang ke sini? Kok kayaknya nggak ada kepedulian sama sekali." Lama-lama Kalix geram.

"Biasanya emang hanya Mbak Valerie yang sering datang menjenguk Bapak. Ibu atau Mbak Liana hanya datang sesekali dan itupun nggak lama. Bisa dihitunglah, satu bulan sekali juga belum tentu mereka datang."

"Emangnya udah berapa lama papa Valerie dirawat di sini?"

"Kurang lebih satu tahun, Mas."

Kalix cukup terkejut mendengarnya. "Sakit apa ya, Sus?" tanyanya hati-hati.

"Emang Mbak Valerie nggak cerita?"

"Belum sempet. Saya juga nggak mau nanya-nanya dulu, situasinya lagi kayak gini."

"Kecelakaan, Mas."

Kalix mengangguk.

"Suster beneran nggak punya kontak mamanya atau saudaranya yang lain?"

"Nggak punya Mas, karena selama ini saya hanya berkomunikasi dengan Mbak Valerie. Lagian, saya juga nggak suka sama mama dan kakaknya, mereka tuh sombong." Suster Eva bersungut.

"Valerie dekat sama mereka?" Kalix bertanya dengan nada pelan, takut Valerie terbangun.

"Kalau dari yang saya lihat sih nggak terlalu, Mas. Mungkin karena Mbak Valerie bukan anak kandungnya, jadi Ibu suka semena-mena. Sebenernya saya kasihan sama Mbak Valerie."

"Kasihan kenapa, Sus?"

Suster Eva melirik Valerie lebih dulu, memastikan wanita itu tidak bangun. "Ya kasihan aja, soalnya semuanya Mbak Valerie yang nanggung. Biaya rumah sakit sampai kebutuhan untuk keluarga," beritahunya.

Kalix menoleh Valerie, merasa sangat kasihan. Dikecupnya puncak kepala wanita itu dengan penuh kasih.

"Saya masuk dulu ya Mas, mau ngecek Bapak," pamit suster Eva.

"Oh iya." Kalix mengangguk.

Diam-diam, Kalix membuka tas Valerie dan mengambil dompetnya. Dia tersenyum melihat foto yang ada di dalam dompet itu. Foto Valerie saat masih kecil bersama papanya dan satu lagi wanita yang belum pernah Kalix lihat sebelumnya. Mungkin itu mama kandung Valerie.

Tanpa melihat berapa uang di dompet Valerie, Kalix memasukkan black card miliknya ke selatan dompet itu. Dia tidak bisa memberikan langsung, karena Valerie pasti akan menolak. Kartu itu mungkin akan dibutuhkan Valerie suatu saat nanti. Setelah itu dia memasukkan kembali dompet itu ke dalam tas.

"Pulas banget tidurnya, kayak bayi." Kalix gemas memandang wajah polos Valerie saat tidur. Dikecupnya kening wanita itu dan tidak mengganggunya lagi.

"Selama ada aku, kamu nggak akan nanggung semua beban ini sendirian lagi. Aku janji akan selalu ada buat kamu."

ValerieTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang