Valerie #7

529 102 37
                                    

Setelah bertengkar hebat dengan sang papi, Kalix putuskan untuk pulang ke apartemen menenangkan diri. Begitu masuk ke kamar, dia terkejut melihat Valerie tidur di kasurnya, bagaikan wanita itu tidak pernah pergi dari situ dari terakhir mereka bercinta. Tidak peduli lagi pada rasa kesalnya pada wanita itu, dia bergegas naik ke kasur dan memeluk kekasihnya itu dari belakang. Demi apapun rasa panas yang menghuni kepalanya tadi kini sudah sepenuhnya dingin. Wanita itu bagaikan obat penenang yang sangat Ia butuhkan.

Valerie terbangun. Dia balik badan menghadap Kalix dan tersenyum.

"Kapan kamu dateng?" tanya Kalix.

"Tadi malem," jawab Valerie.

"Kenapa nggak nelepon aku?"

"Capek, langsung ketiduran." Valerie mengusap wajah Kalix. "Maaf ya, aku nggak ngabarin kamu. Ada masalah di keluarga aku, tapi aku nggak bisa ceritain itu dulu sekarang."

Kalix tidak bisa memaksa lantaran wajah Valerie menunjukkan lelah dan beban yang begitu besar. "Nggak papa yang penting kamu udah pulang dan baik-baik aja," ucapnya.

Valerie memeluk Kalix dengan erat.

Kalix merasa bukan dirinya yang saat ini lebih membutuhkan penenang, namun Valerie. "Are you okay?" tanyanya dengan lembut.

"No ..." jawab Valerie lemah.

"Its okay, ada aku di sini. Kamu bisa cerita saat udah siap nanti, aku pasti akan bantu kamu."

Valerie mengangguk.

Wanita itu mendongak menatap Kalix sensu. "Can you make me sleep well?" mohonnya.

"Katanya capek." Bibir Kalix mendekati bibir Valerie, hidungnya mengusap hidung wanita itu.

"Nggak cukup capek untuk bikin aku tidur nyenyak." Valerie lebih dulu menyambar bibir Kalix, melumatnya dengan penuh perasaan.

Ciuman Valerie meruntuhkan segala keraguan di hati Kalix. Untuk sesaat dia kembali tidak peduli pada apapun yang dirasa janggal, karena dengan Valerie berada di sisinya sudah cukup membuatnya tak menginginkan apapun lagi.

Kalix membungkuk di atas Valerie dan menciumnya lebih dalam. Sambil Ia berkata, "Mami pengen ketemu sama kamu."

"Hari ini aja," jawab Valerie tidak keberatan. Dia beralih duduk di atas Kalix dan membungkuk, berciuman lagi.

"Nggak hari ini, aku lagi berantem sama Papi. Males ketemu."

Valerie berhenti mencium, ditatapnya Kalix dengan serius. "Berantem kenapa?" tanyanya penasaran.

"Nanti aku ceritain, kita selesain dulu urusan kita." Kalix menarik tengkuk Valerie dan melanjutkan ciuman tadi.

Kasur itu semula sangat rapi, namun kini bantal dan selimut berjatuhan ke lantai. Posisi seprei sudah tidak pada tempatnya, terlepas dari sudutnya.

Valerie sangat bersemangat pagi ini, membuat Kalix begitu bergairah. Dia sangat suka mencium aroma sabun di kulit Valerie, terutama di antara paha yang lembut. Belum pernah ada yang bisa membuat Kalix secandu ini pada seorang wanita, apalagi sampai ingin memilikinya selamanya.

"Jangan pernah tinggalin aku," bisik Kalix.

"Kalau aku tiba-tiba pergi?"

"Sekalipun harus mengacak-acak seisi dunia ini, aku pasti bisa nemuin kamu. Jadi, jangan coba lari dari aku."

***

Setelah bercinta tadi pagi, Valerie bisa tidur dengan pulas. Dia baru bangun lagi siangnya saat mencium aroma wangi masakan yang membuat perut terasa lapar. Dicarinya sumber dari aroma tersebut, ternyata berasal dari dapur di mana Kalix sedang memasak bak seorang profesional.

ValerieTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang