Tujuh

130 9 0
                                    

Bosan dengan suasana meeting di kantor. Raksa meminta salah satu anggota timnya untuk memesan meeting room di luar. Membebaskan memilih tempat. Tak masalah bila di cafe atau restoran.

Meeting hari ini akan dilaksanakan sore hari nanti. Berdekatan dengan berakhirnya jam kerja.

Keluar dari ruangan. Menemukan tim social media yang tengah berdiskusi. Mungkin untuk disampaikan nanti pada saat meeting.

"Gita, kamu udah reservasi meeting room untuk nanti sore 'kan?" Raksa mengganggu sebentar sesi diskusi Gita beserta tim.

Gita menganggukkan kepala. "Udah, Mas. Cafenya boleh dimana aja 'kan, Mas?"

"Iya. Kamu bebas memilih tempatnya. Yang penting nyaman dan cocok untuk dijadikan sebagai tempat meeting." Tidak ada tempat yang Raksa tunjuk secara spesifik. Membebaskan kepada Gita memilih tempat yang sekiranya cocok untuk meeting sore nanti.

"Okey, Mas. Saya udah reservasi. Kebetulan cafe ini baru aja grand opening. Lokasinya nggak terlalu jauh dari kantor. Mungkin sekitar empat kilometer." Jelas Gita kepada Raksa. "Saya tadi udah coba reservasi meeting room di cafe yang ada di seberang kantor. Tapi, nggak bisa karena terlalu mendadak." Lanjutnya.

Raksa memang sangat mendadak saat meminta Gita melakukan reservasi tadi. Ia baru memberi perintah setelah makan siang. Padahal rencananya mereka akan meeting sore nanti pukul tiga. Tentu saja beberapa tempat akan menolak. Minimal satu hari sebelumnya mungkin.

"Okey, nggak masalah. Nanti kalau kalian ada yang nggak bawa kendaraan. Bisa bareng sama saya buat ke sana." Mobilnya cukup besar. Berkapasitas untuk tujuh hingga delapan orang. Jadi, bisa dirinya mengangkut serta anggota timnya yang tidak membawa kendaraan.

"Waduh, kebetulan saya nggak bawa kendaraan, Mas. Bisa ya berarti saya numpang di mobilnya Mas Raksa?" Bella–salah satu anggota tim social media sengaja menggoda Raksa.

"Boleh nggak masalah. Nanti kalian kasih tahu juga buat tim lain yang nggak bawa kendaraan ya." Raksa memasukkan ponselnya ke dalam saku. Kemudian melirik jam yang melingkar di pergelangan tangannya. "Setengah jam lagi kita berangkat." Ucapnya.

Bella mengangkat ibu jarinya ke udara. "Siap, Mas. Ini kita kasih tau ke yang lain buat siap-siap ya."

Raksa mengangguk. "Oke. Nanti kita bahas campaign baru untuk bulan depan ya." Sudah menyiapkan bahan perihal campaign untuk dua bulan depan yang akan dirinya bahas sore nanti.

"Siap, Mas. Ini saya lagi proses approaching KOL." Gita menimpali. "Ada beberapa KOL lain juga yang bisa jadi pertimbangan. Nanti coba kita diskusi mana yang paling cocok untuk campaign kita bulan depan ya, Mas." Lanjut Gita menjelaskan.

"Okay. Pastikan juga KOL yang kamu pilih itu nggak lagi ada masalah ya, Git. Soalnya hal itu pasti akan berimbas juga ke brand kita. Apalagi kalau masalahnya sampai viral." Kehidupan para KOL sangat disorot oleh para netizen. Sekali saja melakukan kesalahan akan berdampak pada brand-brand yang turut bekerja sama. Raksa tidak mau hal tersebut terjadi.

"Aman, Mas. Saya udah pastikan kalau KOL ini nggak ada masalah."

Bagus. Raksa suka dengan kinerja Gita. Bukan bermaksud membandingkan. Tapi, dibanding kinerja tim social media lain, Gita adalah yang paling bisa diandalkan. Bukan berarti Bella dan Ryan, anggota tim social media lain memiliki kinerja buruk. Hanya saja, Raksa paling mempercayakan pekerjaan perihal media sosial kepada Gita.

"Okey. Saya ke toilet dulu. Setengah jam lagi kita berangkat. Supaya meeting bisa selesai tepat di waktu jam kantor selesai." Raksa bukan orang yang gila bekerja. Ia senang pulang tepat waktu. Jika tidak mendesak, pekerjaan bisa dilanjutkan esok hari.

Good Night N' GoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang