Empat

135 10 0
                                    

Senin adalah hari yang paling menyebalkan. Terutama bagi para budak korporat seperti Nadine. Ia harus kembali pada rutinitasnya yakni bekerja. Mengais pundi-pundi rupiah demi memenuhi kebutuhan hidup.

Bekerja sebagai credit analyst di salah satu bank milik negara membuat Nadine harus kuat fisik dan mental. Penghasilannya memang cukup besar. Tapi, kesabarannya pun juga harus seluas langit di angkasa. Bertemu dengan para nasabah yang memiliki karakter bermacam-macam.

Nadine tak langsung memulai karirnya sebagai credit analyst. Perjalanannya pun lumayan panjang sebelum dirinya menempati posisi ini. Saat pertama kali bergabung di perusahaan perbankan, ia ditempatkan pada posisi frontliner.

Sejujurnya ia ingin sekali berkuliah langsung setelah lulus SMA. Tapi, karena saat itu dirinya tak ada biaya. Mau tidak mau ia harus mencari pekerjaan.

Tanpa sengaja ia menemukan lowongan pekerjaan di internet. Dibutuhkan pegawai di perusahaan perbankan untuk ditempatkan pada posisi frontliner magang dengan pendidikan minimal SMA/SMK. Tanpa berpikir panjang, Nadine pun segera mendaftar.

Mengikuti seluruh tahapan seleksi yang ada. Dari mengirimkan berkas, interview HR, interview user, hingga tes kesehatan. Nadine pun berhasil lolos pada seluruh tahapan seleksi.

Tahun pertama bergabung, Nadine ditempatkan pada posisi teller. Lalu dua tahun setelahnya dipindahkan pada posisi customer service. Kontraknya hanya selama empat tahun saja sebagai pegawai magang. Bersamaan setelah masa kontraknya berakhir ia mendapatkan tawaran sebagai credit analyst. Pendidikan minimal yang dibutuhkan adalah sarjana. Beruntung sejak awal mulai bekerja, Nadine pun juga menyempatkan diri untuk berkuliah.

Jadi setelah masa kontraknya berakhir. Nadine telah memenuhi syarat untuk naik ke jenjang karir yang lebih baik dengan posisi baru. Tak hanya sampai di situ. Karena setelah berhasil mendapat posisi baru. Status Nadine saat itu masih sebagai pegawai kontrak. Harus mengikuti tes selanjutnya untuk menjadi pegawai tetap.

Seluruh perjanan karir Nadine telah terlewati. Dengan air mata yang tak jarang tumpah ruah. Kini dirinya berhasil menjadi pegawai tetap di salah satu perusahaan perbankan atas usahanya.

Tujuh tahun sudah dirinya menghidupi diri sendiri. Sejak berusia delapan belas tahun Nadine berdiri dengan kakinya sendiri. Tak ada bantuan orang lain. Sebab, orang tuanya pun sudah pergi meninggalkannya.

Orang tua Nadine telah meninggal dunia. Ayahnya meninggal saat ia berusia tujuh belas tahun, lalu disusul ibunya setahun kemudian. Ia hidup bersama kakaknya yang sudah menikah. Tak bersikap mengayomi, dan memposisikan diri menjadi pengganti orang tua. Kakak kandungnya justru bersikap lebih buruk dari ibu tiri.

Rumah yang seharusnya menjadi harta warisan dikuasai sendiri. Nadine tak diberi bagian apapun. Alhasil, ia pun harus angkat kaki dari rumah peninggalan orang tuanya. Terlebih setelah dirinya dituduh menggoda kakak iparnya. Padahal jelas-jelas kakak iparnya yang berulang kali melecehkannya. Puncaknya adalah malam sebelum dirinya diusir oleh kakak kandungnya sendiri.

Brengsek!

"Kalau besok di masa depan jodoh gue orang kaya. Mending gue berhenti kerja aja kali ya. Fokus ngurus anak dan menyambut suami pulang." Nadine memoles bibirnya dengan lipstick berwarna nude. Menatap pantulan dirinya melalui cermin sekali lagi.

Rambut panjangnya sengaja digerai. Merapikannya dengan bantuan catok. Nadine terlihat bak wanita karir sejati dengan blazer berwarna biru yang menjadi identitas bank tempatnya bekerja.

Menghela napas berat. Mengalungkan lanyard kulit berwarna hitam di lehernya. Meraih tas dan juga kunci mobil. Nadine siap membelah jalanan menuju kantornya yang berjarak sekitar enam kilometer dari indekosnya.

Good Night N' GoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang