Tidak perlu mengalah untuk orang yang tidak bersyukur, sesekali tunjukan bahwa kamu lebih bisa menggunakan logika untuk tidak menjadi orang yang tidak enakan
Sunday by: HariiLee
☆☆☆
_______HAPPY READING_______
Kini waktu sudah menunjukkan pukul setengah satu malam. Hingga kini suasana jalanan terlihat mulai sepi dari kendaraan yang berlalu lalang. Begitupun dengan pangeran yang kini menyusuri jalanan ditengah malam yang mulai sunyi. pangeran melajukan motornya dengan kecepatan sedang, dirinya terlihat cukup keren dengan helm full face yang menutupi wajahnya.
Angin malam begitu terasa menusuk bagian luar kulit pangeran. Sejak pulang sekolah hingga dari rumah sakit, Pangeran belum mengganti pakaian sekolahnya, begitupun masih terlihat seperti anak sekolah yang berandal di tengah malam.
Cukup lama pangeran berkendara, hingga membuat dirinya juga terasa mulai lelah sekarang, pangeran memutuskan melajukan motornya ke arah rumahnya untuk pulang. Sudah cukup hari ini begitu melelahkan baginya. Pangeran mungkin tidak akan masuk sekolah pagi ini, dirinya bahkan belum tidur dan beristirahat.
"Lo cuma pecundang yang bersembunyi dibalik kata sahabat".
"Lo bahkan gapernah ada disaat jea bener-bener butuh seseorang yang dia anggep sebagai tempat ternyaman".
"Jadi Lo gak berhak ngatur gue buat gak Deket dan ngelindungin jea".
Setelah dari markas street Hunter. Pangeran masih saja terbayang-bayang dengan ucapan lelaki yang tidak lain adalah Revan. Lelaki itu memang musuh sekaligus pernah menjadi masa lalu jea, namun perkataan nya tadi cukup membuat pangeran tertegun dan berpikir apakah itu memang kenyataan, atau hanya trik Revan untuk melemahkan mental pangeran.
"Besok jam 11 malem, gue tunggu Lo buat tanding. Kalau Lo emang bukan pecundang, lo Dateng sendiri temuin gue, dan inget, kalau gue menang, Lo harus jauhin jea dan biarin jea sama gue. Tapi kalau Lo menang, gue yang bakal jauhin jea". Ucap Revan tepat dihadapan pangeran.
*****Kini dirumah kediaman keluarga salvatore. Dibagian jendela lantai dua, terlihat lampu masih menyala dan masih ada seseorang yang belum terlelap ditengah sunyi nya malam.
Tentu saja itu jea. Gadis itu sejak tadi terus mondar-mandir sembari menggigit jarinya menandakan ada sesuatu yang membuatnya gelisah sekarang.
"Lo dimana sih ran. Gue khawatir, kenapa Lo nekat pergi disaat kondisi Lo belum baik-baik aja". Ucap jea terlihat begitu khawatir, beberapa kali juga jea terlihat membuka ponselnya untuk menghubungi pangeran.
"Si batu juga, gue tinggal bentar doang, udah main ijinin Eran pergi aja, mikir gak sih dia!,". Sarkas jea terus berbicara pada dirinya sendiri.
Sejak tadi jea memang sedang memikirkan dimana keberadaan pangeran. Dirinya sempat dihubungi oleh Sera saat pulang dari luar kota tadi, namun pangeran tak kunjung menemui orang tuanya, dan entah dimana dia berada sekarang.
"Pliss, Eran. Lo gapapa kan, ahh!, tuh kan, gue bodoh banget, kenapa coba gue tinggalin Eran sama Enzo tadi".
"Kalau Eran pingsan ditengah jalan gimana?, atau ada orang jahat, atau__".
KAMU SEDANG MEMBACA
SUNDAY
Teen Fiction"Tau nggak, apa yang paling berkesan dari semuanya?". Tanya pangeran pada jea. Keduanya kini tengah duduk ditepian pantai sembari menikmati keindahan deraian ombak dan hembusan angin pantai. Jea menggelengkan kepalanya sembari menatap pangeran. "Eum...