Rindu hanya sebatas kata, ucapan itu palsu, nyatanya tidak pernah ada hati yang ingin kembali lagi
"Jenshaka Adventara"
• Memilih lagu sempurna, untuk menemani kalian membaca, selamat menikmati 🌷
HAPPY READING
______________________________________Hari telah berganti, seperti biasa, kini bentangan luas itu menyambut hari dengan suasana abu, tidak ada yang bisa menebaknya, tidak buruk, seseorang bisa menganggap cuaca baik-baik saja ketika seseorang itu menyukai segala hal mengenai bumantara, jalanan ibu kota tetap dipenuhi banyak kendaraan umum yang melintas, hari-hari yang sibuk mereka jalani seperti biasanya.
"Aaah, gerimis, pagi-pagi sekali".
"Tuhannn, aku rindu seseorang, seseorang yang tidak mungkin ku tatap lagi wajahnya, seseorang yang tak mungkin bisa ku genggam lagi tangannya, seseorang yang kini berada jauh entah dimana, aku merindukan nya". Gumam seseorang, lebih tepatnya, Jea.
Halaman belakang rumahnya kini menyaksikan suasana penuh rindu, gerimis sedang ikut serta menambah suasana kian mendingin.
"Erann, Ratu rindu, jangan membuat semuanya kacau, Ran. Cepat kembali, Ratu tetap berharap, dan semoga, semuanya baik-baik saja". Gumam nya lagi.
"Rionn, Persahabatan kita gak seindah dahulu, Yon. Kita bermasalah, Ratu kecewa, Ratu tau, Yon. Eran pasti punya alasan".
Gadis ini, kini hanya menatap langit yang berwarna abu, dirinya tetap membiarkan rintikan gerimis membasahi wajahnya.
"Akaa, kita belum berakhir, kan? Aka gak rindu, kita bisa se asing ini, ya? Kalau kamu masih kecewa, aku bakal tunggu, sampai rasa kecewa itu hilang dengan sendirinya".
Gadis aneh, Sejak tadi, Jea memang berbicara sendiri sembari terus menatap langit yang berwarna kelabu itu.
"Liya". Panggil seseorang, "Lo gila, Lo baru sembuh, dan sekarang, Lo main hujan-hujanan, Lo gak mikir". Sambungnya lagi, terlihat tidak santai.
"Jangan ikut campur, kalau gue bisa se tenang ini, kenapa Lo malah ribet". Jawab Jea.
"Tenang mata Lo, Lo pikir nyokap bokap Lo bisa tenang liat Lo gini, gausah ngaco, sekarang ayo masuk". Tegas Andra.
"Apaan sih, om. Liya mau disini, kenapa om malah gangguin Liya, om gak inget? Liya suka langit, Liya suka hujan, kenapa om ngelarang coba". Ucap Jea sedikit membantah.
"Iya, gue inget, gue inget Lo suka langit, Lo suka hujan, but, gak sekarang, ada waktunya, Li. Lo suka, Lo cinta, liat kondisinya, keadaan Nerima Lo atau nggak, jangan maksain, percuma, malah tambah sakit". Tutur Andra berusaha menjelaskan, walau sedikit melenceng.
"Om ngawur ya, om ngomong apaan sih, ini hal sepele loh, kenapa diperpanjang sih". Jawab Jea.
"Lusa study tour, kan? Jogja, gak mau ikut? Terserah, sekarang, lanjutin main hujannya, biarin, biarin sakit, biar gausah study tour sekalian". Ucap Andra lalu beranjak dari hadapan Jea.
"Om Apaan sih, gausah bilang gitu, om jahatt". Rengak jea sembari menghentakkan kakinya pada rerumputan dibawahnya.
"BIARIN AJA BIARIN, GAK IKUT STUDY TOUR". Teriak Andra semakin menjauh.
KAMU SEDANG MEMBACA
SUNDAY
Teen Fiction"Tau nggak, apa yang paling berkesan dari semuanya?". Tanya pangeran pada jea. Keduanya kini tengah duduk ditepian pantai sembari menikmati keindahan deraian ombak dan hembusan angin pantai. Jea menggelengkan kepalanya sembari menatap pangeran. "Eum...