-1-

18 0 0
                                    

"Kamu terlalu berlebihan."

Pintu gerbang abu-abu sudah terbuka sejak sang surya terbang menuju langit, kedua lambang sekolah yang tertanam pada pintu itu ikut tersenyum seakan menyambut para anak-anak berseragam abu-abu putih untuk memulai hari mereka hingga petang nanti. Hiruk piruk kendaraan bermesin tidak hentinya berhenti sambil melambaikan tangan pada pemiliknya, dalam beberapa menit berselang jalanan depan bangunan sekolah itu sudah ramai oleh belasan manusia dengan mimpi-mimpi dalam tubuh mereka.

Aku berada bersama para anak-anak itu, menggunakan seragam abu-abu putih dan jaket almamater merah. Aku melangkahkan kakiku menuju lapangan basket. Beberapa guru piket menyambut anak muridnya sambil mengulurkan tangan sebagai sebuah salam hangat, sesekali mereka juga memastikan bahwa seragam yang kami pakai sudah lengkap sesuai aturan yang tertulis. 

Tempat yang aku gunakan untuk belajar terletak paling jauh dari pintu abu-abu itu. Membuat Aku harus rela menaiki puluhan anak tangga hingga sampai pada kelas paling ujung dengan gantungan kayu bertuliskan "12 IPA 2." Benar, kelas paling ujung sekaligus kelas terakhir dalam perjalanan hidupku sebagai seorang anak-anak berseragam sekolah.

Melangkah masuk menuju kelas ini membuat aku  melihat pemandangan baru setiap paginya, tetapi untuk hari ini mereka menyambutku dengan buku tulis pada atas meja mereka. Hanya ada dua kemungkinan seorang murid melakukan hal itu pada pagi hari, pertama karena ada pekerjaan murah yang belum mereka kerjakan dan yang kedua adalah sengaja memang tidak mengerjakannya sampai mendapat jawaban dari buku milik orang lain.  Tapi dalam beberapa saat keningku berkerut bingung, mencoba mengingat kembali hari kemarin apakah guru memberikan kami pekerjaan rumah tapi pada akhirnya aku hanya menemukan kata lupa.

"Emang ada PR ya, Mar?" Tanyaku pada Marry teman sebangku, Marry hanya mengangkat kepalanya lalu mengangguk tanpa mengatakan kata apapun, kedua mataku mencoba melihat buku dengan sampul merah muda membuat aku paham bahwa mereka sedang mengerjakan PR Biologi.

"Lo kayak santai banget, PR Biologi lo udah selesai emang? Liat dong Star nyerah gue susah banget."

" Gue hari ini bolos pelajaran, ada lomba nulis yang harus gue ikuti. Sebenarnya bukan hari ini sih lombanya, tapi gue bimbingan. Nanti kalau ada guru yang tanya gue kemana, bilangin ya." Aku mengangkat kedua bahuku lalu berlari keluar kelas dengan perasaan senang, setidaknya alasan lomba menulis ini membuat aku terbebas dari PR Biologi untuk sementara. Aku berjalan menuju pagar hitam favoritku, sebuah pagar pembatas antara kelas kami dengan lantai bawah tempat para guru meletakkan kendaraan mereka.

 Pemandangan setiap pagi yang sangat umum ketika para guru datang dengan seluruh tanggung jawab pada bahu mereka. Aku terus memanggil beberapa guru dari balik pagar hitam.  Kelas paling pojok ini menjadi saksi atas setiap suara panggilan ketika mereka ikut tersenyum dan membelas dengan lambaian tangan, rasanya menyenangkan melihat senyum dari wajah guru-guru sebelum memulai tanggung jawab mereka sebagai seorang pendidik.

Aku merasakan ada seseorang menepuk pundakku kencang ketika benakku melamun, seketika aku terkejut dan menoleh untuk mengetahui siapa orang yang membuat semua lamunan dalam pikiranku menghilang dalam sekejap. Linda tertawa puas, melihat aku terkejut karena tepukan tangannya, bagi Linda melihat aku kaget merupakan hiburan terbaik untuknya. Aku memutar kedua bola mataku sebal, bibirku maju beberapa sentimeter namun jangan pernah berharap Linda untuk berhenti tertawa, melihat wajahku seperti itu membuat tawa Linda semakin puas. Pada akhirnya aku larut dalam tawa itu, setidaknya aku bisa membuat salah satu temanku tersenyum hari inu.

"Ngapain lo Star disini?Udah kayak mesin absen lo manggil setiap guru yang baru aja datang. Gimana para guru nggak kenal sama lo kalau setiap pagi lo kayak gini."

"Lo nggak tahu ya?Seru setiap pagi manggil-manggil guru gitu apalagi kalau mereka membalas senyum gue, rasanya adem aja gitu.  Tapi, lo tumben ada disini, kenapa?" Tanyaku penasaran, karena jarang sekali ada anak kelas rela berdiri hampir satu jam hanya untuk memanggil guru dari parkiran bawah.

Last LessonsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang