Masih tentang Varo

4.3K 298 18
                                    


"Kamu berharga nak, sampai kapanpun Varo Putra Trimarta akan selalu jadi kesayangannya keluarga Tama"

***

Salsa gusar, tubuhnya bersandar tak tenang pada ranjangnya. Mencoba berkali kali membuka gawainya untuk menunggu kabar dari Lian yang tengah mencari keberadaa sang putra yang tak kunjung pulang padahal hari sudah mulai petang.

Kring kring kring

Dering telfon terdengar begitu nyaring di tengah kesunyian, Salsa segera mengangkat telfon dari sang suami tersebut.

Hallo sayang

Hallo kak, gimana anak aku?

Maaf sayang, aku belum nemu keberadaan Varo. Aku udah cari Varo ke sekolahnya, daerah dekat sekolahnya, bahkan ke tempat tinggal teman temennya tapi gak ada.

Isak tangis terdengar semakin kencang Salsa suarakan. Wanita itu takut, takut bahwa putra kesayangannya itu akan marah dan pergi dari hidupnya. Terkesan lebay memang, namun Salsa memang benar benar tak bisa jika hidupnya tak lagi ada Varo di dalamnya.

Bunda, jangan nangis dong. Kata om Andi kamu kan harus jaga kesehatan. Kamu di duga hamil kalo kamu lupa.

Masih dugaan kak, aku lebih takut Varo kenapa kenapa dsripada diri aku sendiri. Bentar lagi maghrib, anak aku pasti belum makan.

Lian mencoba untuk menenangkan sang istri yang terdengar cukup sensitif itu. Ia meyakinkan Salsa bahwa Lian akan berusaha mencari Varo hingga sang putra ditemukan.
"Kamu kemana si nak?" Gumam Lian setelah mematikan sambungan telfon. Lian tak tenang, rasa khawatir menyeruak hebat dalam dadanya sejak supir rumahnya mengatakan bahwa Varo tak ada di lingkungan sekolah. Lian takut, namun ia mencoba mati matian untuk menyembunyikan segala gemuruh rasa yang ada pada hatinya. Ia tak ingin Salsa melihat kelemahannya. Karena jika Lian lemah, maka siapa yang akan menjadi penghibur dan penenang untuk Salsa selain dirinya?

Lian bersandar pada kursi mobilnya, memijat pelan dahi mengkerutnya, kepalanya terasa begitu pusing. Hingga suara notifikasi menbuyarkan lamunan Lian, lelaki itu menjangkau handphone yang sempat diletakkannya tadi untuk melihat siapa yang baru saja mengiriminya pesan. Lian membaca seksama pesan itu, mengeluarkan sedikit nafas lega ketika pesan itu seakan memberinya jalan keluar yang sempat ia cari sedari tadi. Bergegas lelaki itu menyalakan mobilnya untuk berlalu menuju tempat itu.

***

Sampailah Lian pada sebuah apartemen besar, apartemen milik paul. Sang sahabat sekaligus kakak iparnya. Lian sedikit berlari untuk sampai pada unit milik Paul. Di pencetnya bel unit lelaki itu berkali kali, hingga beberapa menit kemudian muncullah Paul dengan pakaian santainya.

"Masuk bro,"

"Anak gue beneran ada di sini kan Powl?"

"Aman, lo masuk dulu. Gue mau ngomong sesuatu." Lian berjalan memasuki ruangan, mengikuti tiap langkah Paul yang saat ini tengah menuju salah satu kamar. Dibukanya pintu kamar itu yang memperlihatkan sang putra kesayangan Salsa dan Lian tengah tertidur lelap di ranjang milik Paul. Lian mendekat, mengecup pelan puncak kepala Varo berkali kali. Mengusap tangan kecil sang putra dengan kecupan kecupan tipis yang Lian berikan.

"Maafkan ayah," gumam Lian berkali kali. Lian tak tau untuk apa ia mengatakan maaf itu, yang jelas Lian amat merasa bersalah pada putranya.

"Kenapa anak gue bisa sama lo Ul?" Tanya Lian ketika kedua pria itu telah duduk di kursi ruang tamu.

"Tadi siang gue mau pulang bentar karena ada berkas yang ketinggalan di rumah mami. Kebetulan kantor gue kan lewat sekolahnya Varo, gue tuh liat Varo jalan sendirian di tempat yang menurut gue udah lumayan jauh dari sekolahnya. Gue cepet cepet samperin Varo, gue tanya kenapa dia bisa jalan sendirian di pinggir jalan gitu. Dia gak jawab tapi malah geleng geleng sama muka sedih gitu. Akhirnya karena gatega sama muka ponakan kesayangan gue, gue gaberani lagi buat nanya nanya. Gue ajak dia bareng pulang, awalnya dia tuh gamau kalo misal dianter ke rumah lo atau ke rumah mami atau ke rumah mama lo. Dia maunya cuma sama gue, jadi gue ajak deh dia ke sini. Awalnya juga Varo bilang gamau siapapun tau kalo dia ada di sini sama gue, cuma kalo hal itu gue iyain aja tanpa mau nurutin. Gamungkin juga gue sembunyiin keberadaan Varo dari orangtuanya yang pasti kelimpungan nyari keberadaan Varo."

SEJUTA HARAPTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang