Bencana

2.5K 142 7
                                    


"Kalimat itu mempengaruhiku untuk meragukan suamiku"
// Salsa Martazela //

***

Salsa keluar dari kamarnya setelah mendengar panggilan dari sang suami yang memintanya untuk turun ke lantai bawah. Sejujurnya ia masih kesal dengan Lian, apalagi dengan seorang wanita yang saat ini nampak duduk nyaman di sofa ruang tamunya.
"Sini sayang," panggil Lian meminta Salsa untuk duduk di sebelahnya.

"Aku bikin minum dulu ya," bagaimanapun Salsa tau adab yang harus dilakukan ketika ada tamu yang singgah ke rumahnya.

"Oiya boleh," ucap Desi menyahut sebelum Lian membuka suara untuk melarang.

"Sayang sini duduk aja, biar aku yang bikinin minumnya," ucap Lian mencegah sang istri yang hendak berjalan menuju dapur.

"Loh tapi aku kan mau bicara sama mas Lian." Ucap Desi seolah mencegah kepergian Lian.

"Sama istri saya apa bedanya?" Kali ini nada Lian sudah mulai terdengar cukup kesal.

"Ada keperluan apa mbak Desi ke sini?" Tanya Salsa angkuh setelah melihat sang suami hilang dari pandangannya.

"Gue ke sini bukan mau bicara sama lo, tapi sama mas Lian." Ketus Desi menatap tak enak pada Salsa yang terkekeh di tempatnya.

"Loh? Mbaknya budeg apa gimana? Suami saya bilang sama aja loh kalo ngomong sama saya, emang dasarnya mau caper ke suami orang gitu kali ya?"

"Sembarangan lo kalo ngomong, gue—"

"Udah deh gausah banyak cing cong, cepet kamu ke sini mau apa? Saya sama suami saya mau tidur siang nih, mumpung weekend enak kali ya kelonan jam segini." Ucapan Salsa membuat wanita dihadapannya kian terlihat kesal. Wanita itu nampak tersenyim sinis dan menatap Salsa dengan tajam.

"Udah di bilang gue gak mau ngomong sama lo, gue maunya ngomong sama mas Lian." Kekeuh Desi, memancinga kekesalan Salsa yang tadinya nampak biasa saja.

"Yaudah deh kalo emang gak ada yang mau di omongin mending lo pulang aja sana. Eneg gue liat muka lo ada di sini."

"Gak, gue mau nunggu mas Lian."

"Cewe kalo bukan gatel dan pelakor gak akan sih ngelakuin hal hal kaya gini."

"Bilang apa lo barusan?"

"Gatel dan pelakor?" Ulang Salsa semakin memancing kekesalan Desi. Kedua wanita itu berdiri dan saling menatap sengit.

"Gue rebut suami lo beneran, mampus lo." Ancam Desi seolah hal itu mampu membuat sang bumil ketakutan.

"Rebut? Silahkan kalo suami gue mau sama murahan macam lo. Lihat, perut gue udah segede ini, dan lo tau, ini hasil buah cinta gue dan suami gue. Bayi yang kita harapin kehadirannya begitu lama, bayi yang berharga lebih apapaun bagi dia. Jadi lo gausah ngide buat rebut deh, karena sampai kapanpun gue yakin hal itu gak akan pernah terjadi. Suami gue gak akan tergoda sama cewe kaya lo. Sampe sini paham ga?" Bukannya takut, wanita bernama Desi itu malah nampak terkekeh mendengar penuturan Salsa.

"Jangan terlalu percaya dan menyerahkan hati lo buat lelaki, lo tau lelaki itu kodratnya gimana dan seperti apa. Lo harus tau, secinta apapun cowo sama pasangannya, adakalanya dia bosan dan bakal pergi ninggalin pasangannya. Gue peringatin gini bukan cuma apa, gue kasian aja kalo misal liat cewe yang terlalu percaya sama pasangannya yang bahkan belum tentu terjamin kesetiannya. Dan ingat, Tuhan maha pembolak balikkan hati. Gue harap lo paham sama maksud gue, gue pulang. Besok kalo sempat gue ke sini lagi, bye calon madu." Wanita itu pergi menyisakan seluruh emosi yang meluap hebat dalam hati Salsa.

SEJUTA HARAPTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang