Akhir?

1.6K 94 3
                                    

Semua tak akan berakhir, kita akan memulainya dari sini dengan tangan yang akan selalu bertaut untuk menjelajahi segala hal yang terjadi di depan sana.

~ Sejuta Harap ~

***

"Sayang, aku pulang dulu sebentar gapapa kan?" Lian yang baru keluar dari toilet itu mendekat pada tubuh sang istri dan mengusap dahi milik wanitanya lembut.

"Gapapa, kak lian kalo hari ini mau kerja juga gapapa. Habis ini kan bakal ada mama sama mami yang dateng ke sini." Salsa tersenyum, menatap sang lelaki yang telah menemaninya semalaman itu.

"Gak dong, masa istrinya sakit aku malah kerja. Aku bisa kerjain di sini kan, sambil nemenin kamu." Lian berucap sembari membereskan nakas yang sedikit berantakan. Sebentar lagi ia akan pulang ke rumahnya untuk bebersih diri dan membawa barang barang keperluan istrinya, juga peralatan kerjanya. Lalu setelahnya, ia akan kembali lagi ke sini.

"Sayang aku pamit dulu ya, gak lama kok. Nanti aku balik lagi ke sini."

"Gak langsung balik juga gapapa suamii, kamu tidur dulu aja di rumah. Ntar sore an baru ke sini lagi."

"Gak menerima penolakan sayang, aku bakal langsung balik ke sini. Aku pamit dulu ya." Untuk penutup, Lian kembali mengecup dahi milik sang istri kemudian hendak keluar dari ruangan setelah membaca pesan bahwa sang kakak ipar paul dan orangtuanya sudah tiba di sini untuk bergantian menjaga istrinya.

"Kak," panggil Salsa menghentikan pergerakan sang suami yang tangannya telah berpegangan pada gagang pintu.

"Ya sayang? Ada yang dibutuhin lagi?" Salsa terdiam, nampak ragu untuk mengutarakan keinginannya.

"Kenapa? Bilang aja sayang lagi mau apa?"

Salsa menarik nafasnya sejenak,
"Nanti kalo Desi datang deketin kamu jangan diladenin ya." Cicit Salsa tak berani melihat reaksi suaminya atas apa yang baru saja ia ucapkan. Kekehan renyah terdengar dari mulut Lian.

"Setelah dia lakuin ini ke kamu sampe kamu masuk rumah sakit dengan kandungan lemah kamu, menurut kamu aku bakal berbaik hati sama dia? Big no, aku marah banget sama dia asal kamu tau. Jangan takutin apapun sayang, Desi atau bahkan siapapun gak akan pernah bisa gantiin posisi kamu di hati aku." Lian tersenyum dari kejauhan, ucapannya membuat sang istri pun tersenyum malu di atas brankarnya.

"Oke oke percaya, udah sana ah gak pulang pulang deh daritadi."

"Heh sayang, kamu yang menahanku kalo kamu lupa." Ucap Lian seraya memberikan wink nya sebelum ia benar benar keluar dari ruangan itu.

***

Lian memarkirkan mobilnya tepat di depan rumahnya. Berjalan santai untuk masuk ke dalam rumah sebelum seseorang berhasil menghentikan langkahnya dengan panggilannya itu.

"Mas lian." Lian membeku di tempatnya mendengar siara itu. Rasa amarah meluap tiba tiba dalam hatinya saat netranya melihat tetangga barunya yang bernama Desi itu berlarian kecil ke arahnya.

"Mas Lian," panggil Desi sekali lagi yang tetap tak mendapat sahutan apapun dari lelaki itu. Lian hanya diam ditempatnya sembari menaikkan sebelah alisnya untuk menjawab panggilan dari wanita yang kini telah ada di hadapannya ini.

"Mas Lian sendiri di rumah? Mbak Salsa mana?" Desi nampak celingukan memperhatikan sekitaran rumah lelaki dihadapannya.

"Ada perlu apa ke sini?" Lian bertanya dengan nada dan kalimat formalnya. Nada dingin yang menjadi ciri khasnya sebelum ia menikah dengan Salsa kini kembali lagi. Tandanya Lian benar benar tak suka dengan adanya wanita ini dihadapannya.

SEJUTA HARAPTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang