Oniel mengerjap beberapa kali, mencoba menyesuaikan pandangannya dengan cahaya yang ada di ruangan.
Ia mengedarkan pandangannya ke sekeliling ruangan, mencoba mencari tahu di mana ia berada. Ruangan itu tampak rapi dan bersih, dengan peralatan medis yang tertata rapi.
Oniel menyadari bahwa ia sedang berada di sebuah ruangan rumah sakit. Ranjang yang ditidurinya, peralatan medis di sekitarnya, serta bau obat-obatan yang khas menguatkan dugaannya.
Ia teringat kejadian sebelumnya, saat ia makan masakan yang dibuat oleh Shani. Dan akhirnya ia pun berakhir disini, sepertinya karena keracunan makanan.
"Anying lah, dikirim kerumah sakit dua kali sama masakan ci Shani!" keluh Oniel dengan nada kesal.
"Kayaknya dia kalo masak bumbunya dicampur racun!"
Oniel bangun dari tidurnya, sembari memegangi perutnya yang terasa amat perih.
"Perih amat nih perut!"
Tiba-tiba, pintu ruangan terbuka, 5 wanita yang membuatnya masuk kerumah sakit, perlahan mendekati bangsalnya.
Ia bisa melihat raut wajah salah satunya yang terlihat khawatir, dan yang lainnya tersenyum tanpa dosa.
"Kamu udah bangun, Niel. Ada yang sakit gak?. Aku pangillin dokter ya"
Oniel menahan tangan Shani yang ingin menekan tombol untuk memanggil dokter ke ruangannya. "Gak usah, ci. Udah gakpapa kok"
"Hmm yaudah deh"
"Kata dokter kamu keracunan makanan. Kok bisa sih?. Kamu habis makan apa?. Udah 2 kali loh kamu masuk rumah sakit karena keracunan makanan. Makanya kalo makan itu jangan sembarangan"
Oniel menatap Shani dengan pandangan tak percaya. Apa Shani benar-benar tak tahu makanan apa yang membuat ia bisa berada disini?. Pikirnya.
"Ci, kamu pernah cobain masakan kamu sendiri gak?" Tanya Oniel memastikan.
Shani dengan polosnya menggelengkan kepalanya, sebagai jawaban atas pertanyaannya. Membuat dugaan Oniel benar, wanita ini tak pernah mencoba masakannya sendiri.
"Cuma kamu yang pernah cobain masakan aku, Niel. Soalnya kata orang-orang, kita gak boleh nyoba masakan kita sendiri. Nanti kita jadi sombong katanya" jelasnya dengan nada yang terdengar yakin.
Oniel menghela nafasnya, ia harus memberitahukan Shani tentang masakannya yang bisa membunuh seseorang. Namun keempat wanita lainnya justru memberikan isyarat untuk ia tidak melakukannya.
"Anying, mereka enak gak pernah cobain masakannya!" Batinnya.
Oniel kembali menghela napas panjang, mencoba menahan rasa kesal yang bergejolak dalam dirinya yang tidak bisa ia keluarkan.
"Kamu mau cobain masakanku lagi, gak?"
Tentu saja Oniel menggelengkan kepalanya, ia tak mau memakan makanan tersebut untuk ketiga kalinya.
"Ci, kan aku lagi sakit. Jadi cuma boleh makan bubur doang"
"Aku juga bisa buat bubur loh, Niel" ucapnya percaya diri.
Oniel memegang kedua bahu Shani, kembali menghela nafas yang entah keberapa kalinya.
"Kamu gak perlu buatin bubur, ci. Kan rumah sakit udah nyediain. Aku cuma butuh kamu disini, nemenin aku sampai sembuh"
Melihat pipi Shani yang memerah, setidaknya saat ini ia merasa aman. Menarik Shani kedalam pelukannya, menghiraukan cibiran dari keempat wanita lainnya.
Mulai saat ini, ia harus menyiapkan 1000 alasan lagi agar tak kembali memakan masakan Shani.
Tapi tunggu dulu, sepertinya ia memiliki satu cara agar ia tak lagi memakan masakan Shani.
KAMU SEDANG MEMBACA
Oniel Short Story (With Members)
NouvellesStory Oniel bersama member lain Note: ini hanya cerita fiksi jangan dibawa ke real Madrid, eh salah-salah maksudnya ke real life.