Seorang gadis dari salah satu anggota idol grup paling ternama di Indonesia, sedang mengendarai mobilnya dengan kecepatan penuh menuju tempat biasa dia melakukan perform bersama member yang lainnya.
Menekan pedal gas lebih dalam, melaju kencang melewati jalan-jalan kota yang mulai lengang di malam hari. Lampu-lampu kota berpendar seolah ikut berkejaran dengan pikirannya yang kacau.
Hari itu yang seharusnya penuh kebahagiaan, dengan jadwal live yang sukses besar bersama merek apparel ternama yang bekerja sama dengan grup mereka.
Namun, hatinya seketika hancur berkeping-keping, saat baru saja dia menyelesaikan kegiatannya, dia menerima kabar mengejutkan dari kekasihnya yang ingin segera lulus dari grup mereka.
Air mata terus mengalir dari pelupuk matanya, mengaburkan pandangannya saat dia melewati jalan yang biasa dia lewati dengan senyuman diwajahnya, tapi kali ini senyuman itu sirna, digantikan oleh ekspresi kesedihan yang mendalam.
Kursi penumpang yang berada disamping kemudinya, Kathrina, duduk dengan cemas, dengan tangan yang memegang erat sabuk pengamannya.
"Kak Oniel, pelan-pelan!"
Oniel tak memperdulikan temannya itu sama sekali, dan tetap fokus melajukan mobilnya dengan cepat, agar dia bisa segera sampai ditempat tujuan.
Kathrina hanya bisa pasrah, dan semakin mempererat pegangannya dan berdoa agar bisa selamat sampai tujuan.
Oniel terus melaju dengan kecepatan tinggi, matanya lurus ke depan, namun pikirannya berkecamuk. Bayangan wajah kekasihnya, Adel, sekaligus rekan segrupnya, terus menghantui pikirannya.
Setelah beberapa menit yang terasa seperti berjam-jam, mereka akhirnya tiba di tempat tujuan, sebuah teater besar di tengah ibu kota yang sudah menjadi rumah kedua bagi para anggota grup idol tersebut.
Oniel memarkir mobil dengan kasar dan segera keluar masuk kedalam, diikuti oleh Kathrina yang masih gemetar.
Di dalam, suasana terasa sepi, hanya suara langkah kaki mereka yang terdengar. Air matanya kembali mengalir dengan sangat deras, saat mengingat semua momen indah yang pernah mereka lalui bersama.
Dan kali ini Oniel tidak berusaha menghapusnya. Untuk saat ini, dia merasa tidak perlu untuk berpura-pura kuat.
Oniel terus berjalan semakin dalam ke dalam ruangan guna mencari keberadaan sesosok kekasihnya.
Tak lama, dia menemukan sesosok kekasihnya yang sedang duduk dan terisak didalam pelukan temannya yang lain.
"Adel!"
Sang pemilik nama melepaskan pelukannya, dan menoleh kearah suara. Terlihat, Oniel yang berlari kecil menghampirinya, kemudian menariknya kedalam pelukan.
Dan temannya yang lain pun pergi dari sana, guna memberikan space kepada mereka berdua.
Oniel memeluk Adel lebih erat, merasakan setiap getaran tangis kekasihnya yang semakin keras. Dia menundukkan kepalanya, menyandarkannya ke bahu Adel, mencoba menenangkan diri meski hatinya juga bergemuruh dengan perasaan yang campur aduk.
"Kenapa kamu gak ngomong dulu sama aku, Del?" ucap Oniel dengan suara terisak.
Adel menggigit bibirnya, menahan isakan. Dan berusaha mengumpulkan keberaniannya untuk berbicara. "Maaf, kak" namun, hanya itu yang bisa terucap.
Oniel merasakan sesak didadanya. Perasaan marah, kecewa, dan sedih, bercampur aduk didalam hatinya.
Mereka berdua terdiam dalam pelukan, terikat oleh rasa sakit yang sama. Suasana sekitar mereka semakin terasa hampa. Bahkan dinding-dinding besar yang berada disekitar mereka, seolah-olah ikut merasakan beratnya rasa sakit yang mereka rasakan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Oniel Short Story (With Members)
ContoStory Oniel bersama member lain Note: ini hanya cerita fiksi jangan dibawa ke real Madrid, eh salah-salah maksudnya ke real life.