Bab 3

231 31 4
                                    

Pada hari senin di waktu pagi, suasana dengan hawa dingin yang sangat menusuk batin. Sekujur raga hanyut dalam dinginnya pagi. Pagi hari ini, berhias kabut yang sangat tebal. Kabut yang sangat tebal mendekap seluruh jiwa. Sang mentari memancarkan kehangatan teriknya kala pagi hari yang sangat dingin.

Di sebuah rumah yang diisi oleh empat orang perempuan, kini masih terbalut sepi. Tidak ada seorangpun yang beraktivitas di sana. Yang biasanya, rumah itu selalu ramai dengan hebohnya senin hari. Namun, mengapa sekarang tidak ada satu orangpun yang memecahkan sepinya rumah itu?

"Guys, kita telat!" teriak Ashel.

Cahaya di jendela memancarkan sinar pada wajah cantik milik Ashel, sehingga ia terbangun dari tidurnya. Nyatanya sejak tadi, keempat kakak beradik itu masih larut dalam mimpinya. Dengan teriakkan Ashel, mampu membuat mereka terusik dari tidurnya. Indah yang mudah terbangun dengan sebuah suara, ia segera bangkit dari tidurnya dan melihat jam di dinding, betapa terkejutnya saat melihat bahwa jarum jam telah menunjukkan pukul 06.20 WIB.

"Ya ampun!" panik Indah. "Kalian langsung pada mandi di kamar mandi masing-masing, terus langsung ke bawah. Kakak mau masak dulu buat sarapan, nanti dibawa aja ke sekolah, ya. Yang cepet geraknya!" Indah segera menuju ke dapur dengan tergesa-gesa.

"Sha, Tin, ayo bangun! Langsung pada mandi, kita telat masuk sekolah, loh," ujar Ashel yang sedang berusaha membangunkan kedua adiknya yang masih tertidur pulas.

Marsha dan Kathrina yang mendengar akan hal itu, segera bangkit dari posisi tidurnya. Saat sadar bahwa jam telah mengarah pada pukul 06.20, tentu membuat mereka membuka matanya lebar-lebar.

"HAH?! SERIUS JAM SEGINI?" teriak Kathrina.

"Menurut mu?" sahut Marsha.

"Ngga usah ada drama dulu, please. Ini kita udah telat, loh. Kak Indah lagi masak dibawah buat kita sarapan, nanti kita bekal ke sekolah. Ayo cepet bangun, terus mandi!" jelas Ashel.

Tanpa berlama-lama lagi, ketiga adiknya itu beranjak dari tempat tidur dan segera memasuki kamar mandi masing-masing. Mereka mandi dengan secepat kilat, namun tentunya kebersihan harus tetap yang utama.

* * *

Tiga bekal sudah siap, lalu Indah membagikan bekal tersebut pada masing-masing pemiliknya. Ketiga adik itu menerima dengan senang hati. Mereka mencium harumnya makanan dari bekal itu. Sungguh, ini pasti akan sangat lezat. Masakan dari kakak sulungnya itu tidak pernah ada yang gagal.

"Semangat sekolahnya! Bekalnya dimakan waktu istirahat, ya. Pokoknya harus di makan dan harus habis. Kakak sedih kalau kalian ngga habisin makanannya, atau bahkan ngga nyentuh sama sekali," jelas Indah. "Udah, langsung pada ke mobil. Pak supirnya udah ada didepan, tuh," sambungnya.

"Okay, Kak Indah!" sahut Marsha. Dirinya mencium kening kakak sulungnya itu.

"Siap, bu bos! Makasih sarapannya." Dikecupnya pipi kanan milik Indah.

"Thank you, Kak Indah. Jangan lupa makan juga, ya," ujar Ashel yang langsung mencium juga pipi kiri milik kakaknya itu.

Ketiga adiknya tengah berlari kearah mobil untuk berangkat, dan meninggalkan kecupan manis di wajah Indah. Dimulai dari kening, pipi kanan, dan pipi kiri, tentu hampir melengkapi area wajahnya. Kakak tertua itu tersenyum lebar, sebab adik-adiknya telah membuat dirinya salah tingkah. Mereka selalu bersifat menggemaskan, namun terkadang menyebalkan.

Tiba-tiba, gadis yang tengah sendiri itu teringat dengan janji pada temannya. Dirinya telah berjanji, bahwa akan bertemu dengan temannya disebuah taman. Temannya itu sedang membutuhkan Indah, untuk mendengarkan dan memberikan solusi. Kebetulan, kelas mereka akan dilaksanakan pada pukul 8 pagi, sehingga mereka mempunyai waktu untuk bercerita. Pertemanan mereka sudah sangat dekat, sebab mereka pun berada di kelas yang sama.

Losing HomeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang