Bab 4

258 34 4
                                    

"DIA BUKAN BAGIAN DARI KITA, KAK!"

"DIA BAGIAN DARI KITA, MARSHA."

Suara yang saling beradu sangat memenuhi seisi rumah pada sore hari. Kakak sulung yang tadinya sedang menutup mata, kini terbuka dengan lebar dikarenakan suara teriakan itu. Entah apa yang sedang terjadi, namun disampingnya sekarang ada adik bungsunya yang sedang tertidur. Dirinya mencium kening adiknya, tetapi ada suatu hal yang mengganjal. Sepertinya, adiknya demam.

"Atin demam? Sejak kapan dia?" gumam Indah.

Syukurnya, perut Indah sudah tidak terlalu terasa sakit, walaupun masih ada sedikit rasa sakit pada perutnya. Dirinya dengan mudah untuk tidak mempedulikan rasa sakit itu. Yang terpenting sekarang, ia harus memisahkan kedua adiknya yang sedang berdebat hebat dilantai bawah.

Langkah demi langkah membawa Indah keluar dari kamar, kemudian ia menutup pintu dengan rapat, agar Kathrina tidak terganggu dengan suara keributan. Setelahnya, dia berjalan ke arah Ashel dan Marsha yang sedang berdebat itu. Tak tahu apa yang sedang mereka ributkan, namun mereka saling mendorong tubuh satu sama lain.

"Hei, ada apa? Jangan berisik, Kathrina lagi sakit!" tegas Indah.

Kedua adiknya itu tersadar dengan kehadiran Indah yang semakin mendekat pada mereka. Ashel dan Marsha terdiam seribu bahasa, mereka sangat takut. Keduanya sama-sama bingung untuk menjelaskan pada seseorang yang dihadapannya saat ini. Mereka saling menatap satu sama lain, lalu tertunduk.

"Sebelum kalian menjelaskan alasan kalian berantem kayak gini, kasih tau kakak dulu, sejak kapan Kathrina sakit? Dan kenapa dia bisa sakit?" tanya Indah dengan datar.

"Sejak dia sekolah, kak. Kalau untuk alasan sakitnya, aku kurang tau," jelas Ashel.

"Marsha, kamu tau alasannya?" tanya Indah lagi.

"Ngga, kak," jawab Marsha.

Anak pertama yang sekarang menjadi tulang punggung keluarga itu mulai terduduk di sofa dan diikuti oleh kedua adiknya. Mereka tertunduk, tidak mau menatap mata Indah yang sedang terlihat menyeramkan. Keduanya berperang dengan pemikirannya masing-masing.

"Kenapa kalian berantem sampai saling dorong kayak tadi?" tanya Indah.

Hening, tidak ada satupun yang membuka suara untuk menjawab pertanyaan. Tentunya hal itu membuat Indah semakin mengelus dadanya. Huh, ada apa dengan adik-adiknya ini?

"Kakak tanya sekali lagi. Apa alasan kalian berdua berantem sampai dorong-dorongan?!" ujar Indah dengan penuh penekanan.

"Kita berantem soal Kathrina." Marsha membuka suara.

"Kathrina? Ada apa sama dia?" bingung Indah.

"Marsha pengen, kita mempertimbangkan lagi soal menampung Kathrina disini. Karena orang tua kandungnya udah mulai teror kita lagi untuk balikin Kathrina ke keluarga mereka. Kedua orang tuanya udah balik lagi ke Indonesia," jelas Ashel.

Sontak jantung Indah berdenyut lebih kencang. Hal yang selama ini ditakutkan, akhirnya kembali lagi. Setelah bertahun-tahun mereka meneror keluarga ini untuk mengambil kembali Kathrina, kemudian beberapa tahun yang lalu, keduanya pergi ke London karena sebuah pekerjaan. Saat ini, mereka kembali lagi ke Indonesia untuk mengambil alih adik bungsu dari ketiga kakaknya itu. Faktanya, Kathrina memang bukan bagian dari keluarga kecil yang harmonis ini. Dan lebih disayangkan, anak itu belum mengetahui sama sekali.

"Kak Indah, kita harus gimana sekarang? Aku udah cape, lagi-lagi mereka kembali," keluh Marsha.

"Ingat kata papa dan mama waktu dulu, bagaimanapun caranya, kita jangan sampe nyerahin Kathrina ke mereka. Dia itu adik kita, bagian dari keluarga kita," timpal Ashel.

Losing HomeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang