Dedaunan yang kering jatuh berguguran. Sudah waktunya untuk memasuki musim gugur. Ini artinya dalam waktu kurang lebih sebulan akan datang musim dingin. Zehan dan Azrey pergi ke sebuah tempat baru yang jauh dari kekuasaan Count Athea. Sebuah tempat di ujung paling jauh di selatan Kekaisaran.
Tempat itu di penuhi dengan hutan bambu berwana hijau. Culture daerah yang sungguh berbeda. Zehan terus memasang mata jeli untuk menemukan sesuatu.
"Tuan, sudah aku bilang beruang berwarna hitam putih itu tidak ada. " Ucap Azrey mengikuti langkah Zehan dari belakang.
"Ada, dan itu bukan beruang tapi panda. P-A-N-D-A. Panda, oke? " Ucap Zehan tidak mau kalah.
"Zzz, tuan dimana anda pernah mendengar rumor aneh ini? Tidak ada beruang dengan warna seperti itu. "
"Ada pokoknya ada. " Zehan bersikeras kali ini. Zehan tetap berjalan menyusuri sungai kecil dengan aliran air sangat jernih. Hanya dengan melihatnya saja tubuh ingin menceburkan diri kedalam air tersebut.
Zehan kini berhenti sejenak dan memandang kedalam air jernih itu. Memantulkan bayangan wajahnya.
"Hm? "
"Ada apa tuan? " Tanya Azrey penasaran.
"Kau bilang tempat ini seluas 500Ha yang hanya di penuhi oleh satwa liar dan pohon bambu saja. "
"Ya itu b-benar. " Azrey sedikit bingung.
"Apa ada manusia yang akan datang ke tempat ini? "
"Bukan tidak mungkin, hanya saja orang gila mana yang mempertaruhkan ke tempat seperti ini. Selain kita. "
"Itu." Ucap Zehan kini mendongak ke atas.
Azrey pun kini ikut mendongak ke atas dan terlihat seorang anak laki-laki. Dengan bersandar santai di tiap sisi ruas bambu elastis itu anak itu tengah memakan lobak putih. Matanya kini memandang kearah Azrey dan Zehan.
Azrey bereaksi cepat dan di tahan langsung oleh Zehan karena tahu jika Azrey akan mengeluarkan pedang. Anak itu turun kebawah dengan sangat lembut menyentuh tanah.
Anak itu aneh, karena bisa memanipulasi gaya gravitasi di sekitarnya. Angin sejuk selalu berhembus di sekitarnya. Anak itu tidak bicara bahkan terkesan tidak perduli terhadap keberadaan Azrey dan Zehan.
Anak laki-laki itu kini mendekat ke bibir sungai. Mencelupkan kedua telapak tangannya agar air tertampung dan anak itu bisa minum dengan nyaman. Melihat hal itu Zehan mendekat.
"Hai, siapa nama mu? " Tanya Zehan kini berada di samping anak laki-laki itu.
Anak itu hanya menoleh sebentar dan kembali minum tanpa memperdulikan Zehan.
Ekspresi mulai kesal itu kini terlihat di sudut bibir Zehan yang tersenyum klise. Seperti sedang menahan sabar agar tidak berteriak sesegera mungkin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fate of 100 Live (Chapter 89-99) : Blind Loyalti (Side Story)
Fantasy🔥𝘿𝙞 𝙬𝙖𝙟𝙞𝙗𝙠𝙖𝙣 𝙪𝙣𝙩𝙪𝙠 𝙢𝙚𝙢𝙗𝙖𝙘𝙖 𝙨𝙚𝙖𝙨𝙤𝙣 1 𝙙𝙖𝙣 2 𝙁𝙖𝙩𝙚 𝙤𝙛 100 𝙡𝙞𝙫𝙚 𝘼𝙜𝙖𝙧 𝙩𝙞𝙙𝙖𝙠 𝙩𝙚𝙧𝙨𝙚𝙨𝙖𝙩. Noah yang memiliki kesetiaan buta terhadap Tuan bangsawan bermata biru dari wilayah utara kini merasa merasa...