Chapter 3
Satu bulan ini Elvino disibukkan dengan prosedur-prosedur untuk mengikuti kelas akselerasi serta segala persiapan untuk memasuki sekolah elit yang sudah di janjikan.
Setelah di setujui oleh Anggun, segala prosedur mulai dari surat-surat yang harus disiapkan sampai pengajuan data pada kantor pemerintah sudah terlaksana dan semua itu tentu saja di bantu oleh pihak sekolah.
Sedangkan Elvino hanya tinggal menunggu data dirinya terdaftar di sekolah SMA tersebut. lebih tepatnya di Valentino Senior High School. Sekolah modern yang bukan hanya terfavorit tapi juga ter elit di kota B.
Bahkan untuk memasuki sekolah itu pun memerlukan biaya yang tidak main-main mahalnya, kalau bukan orang yang berduit atau memiliki otak jenius seperti Elvino, maka jangan harap dapat masuk ke sekolah itu.
**✿❀ ꙳ ❀✿**
“Sayang, apa kamu yakin dengan keputusan ini?” Anggun bertanya dengan serius pada Elvino.
Pasalnya setelah makan malam, Elvino memberitahukan keputusannya untuk segera memasuki asrama di Valentino Senior High School.
“iya bunda, El yakin dengan keputusan ini. Setidaknya dengan El yang tinggal di asrama, maka El bisa lebih mandiri. Lagipula disana El juga bakal ketemu banyak temen baru," ucap Elvino meyakinkan.
Kemarin setelah melakukan segala prosedur yang di perlukan di sekolah, Elvino diberikan beberapa detail informasi tentang SMA yang akan di tempati Elvino nantinya.
Valentino Senior High School adalah sekolah modern dan terelit di kota B, dan tentu saja fasilitas yang diberikan disana juga tidak main-main.
Segala sesuatu sudah disiapkan disana, mulai dari asrama, kafetaria, mall, dan sebagainya.
Semua fasilitas disana hanya bisa di akses oleh para siswa maupun staff di sekolah itu.
Dan tentu saja Elvino diharuskan untuk tinggal di asrama. Hanya saja Anggun masih tidak rela jika melepas kepergian bocah laki-laki itu.“haah….” Anggun menghela nafas pasrah.
“El akan baik-baik saja bunda…” Dengan lembut Elvino berusaha meyakinkan orang yang telah merawatnya 13 tahun lamanya itu.
Elvino sangat menyayangi Anggun seperti halnya ibunya sendiri walapun ia tidak pernah tahu bagaimana rupa orang yang telah melahirkannya kedunia.
Mendengar penuturan Elvino, tiba-tiba Anggun berdiri dan izin untuk pergi sebentar. Tak lama kemudian, Anggun datang dengan membawa sebuah selimut dan sebuah kotak kecil di tanganya.
“El, ini adalah barang-barang yang bunda temukan bersamamu waktu itu,” jelas Anggun sambil menyerahkan barang-barang yang ia bawa pada Elvino.
Elvino pun menerimanya dengan perasaan campur aduk, ia mulai membuka kotak kecil yang sudah berada di tanganya.
Kotak itu ternyata berisi sebuah gelang polos berwarna gold. Walaupun terlihat sederhana, tetapi jika diteliti lagi, gelang itu jelas adalah barang dengan kualitas tinggi bahkan mungkin harganya tidak dapat dibayangkan oleh Elvino sendiri.
Gelang itu terukir namanya dengan indah. ‘𝐔𝐫𝐢 𝐄𝐥𝐯𝐢𝐧𝐨.’
Ada goresan lumayan besar di akhir ukiran namanya. Sepertinya sebuah inisial, tetapi tidak terlihat jelas karena tepat di bagian itu sudah terkoyak, seperti telah terkena benda tumpul yang berat. Bahkan dibagian itu terlihat bengkok dan hampir patah.
Entah perasaan apa yang di rasakan Elvino saat ini. Ada perasaan mengganjal dihatinya, tetapi ia bingung harus berekspresi seperti apa.
“Apa mereka membuang El?” tanya Elvino dengan nada sedih.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bungsu Kesayangan
Teen FictionCerita klise tentang bocah laki-laki berusia 13 tahun bernama 𝐔𝐫𝐢 𝐄𝐥𝐯𝐢𝐧𝐨 yang memiliki kecerdasan di atas rata-rata sekaligus diberkati dengan wajah manis serta menggemaskan. Namun tuhan maha adil, bocah menggemaskan itu juga di berkati de...