1. 𝚄𝚛𝚒 𝙴𝚕𝚟𝚒𝚗𝚘

988 71 3
                                    

Chapter 1

Pukul 06.30 pagi di panti asuhan Citra terlihat seorang bocah laki-laki yang memiliki paras yang manis dan menggemaskan, bocah itu terlihat mondar-mandir karena tengah membantu ibu panti di dapur.

Bocah itu terlihat sangat menggemaskan dengan wajah kecilnya yang kemerahan karena terkena uap panas. Apalagi kulit putih cerahnya yang sangat kontras dengan bibir mungil berwarna merah muda.

Mata bulat dengan iris berwarna hazel miliknya bergerak dengan pelan, bulu mata lentiknya bagaikan sayap kupu-kupu yang mengepak, sangat cantik, dan jangan lupakan pipi gembul yang sentiasa menggoda untuk dicubit.

Namanya Uri Elvino, yang akrab di sapa El. Bocah laki-laki berusia 14 tahun yang berperawakan seperti anak SD padahal dia sudah SMP kelas 2, dengan tingginya yang hanya 137 cm membuatnya nampak seperti bocah yang kesasar di lingkungan SMP.

Bunda Anggun, wanita paruh baya berusia 43 tahun yang mengurus panti asuhan Citra, saat ini sedang menyiapkan sarapan untuk anak-anak panti asuhan yang berjumlah 35 anak.

“Bunda, El sudah selesai menyiapkan piring di meja makan,” suara Elvino yang lembut menyapa indra pendengaran wanita paruh baya itu di pagi hari.

“Iya El, sekarang tolong bantu kak Vina membawa makanan dari dapur ya,” balasnya sambil tersenyum lembut tanpa mengalihkan tatapannya dari sup yang sedang ia aduk.

“Okey bunda,” jawab simanis dengan nada yang lucu jangan lupakan senyum manis yang membuat orang di sekitarnya memekik gemas.

“Iih gemes banget sih kamu,” pekik Vina, salah satu anak panti yang berusia 16 tahun.

“Sini-sini biar kakak uyel pipinya!” Seru vina sambil mencubit pipi Elvino gemas.

“Adwuuh kakwak sakwiit,” ujarnya tidak jelas karena Vina mencubit kedua pipinya.

Dua remaja yang juga iku membantu di dapur berkata, “Udah dong vin, nanti si bayi nangis,” ujar Anna dan diangguki setuju oleh Putri.

“Enak aja, El itu bukan bayi tau!” Ucapnya sambil mengerucutkan bibir mungilnya jangan lupakan alisnya yang bertaut menatap kesal Anna, bukanya menyeramkan tapi jatuhnya malah menggemaskan.

“Udah-udah, ayo cepet bantuin bawa semua makanannya kedepan. Jangan berdebat terus, nanti kalian malah terlambat ke sekolahnya,” tegur Anggun yang melewati mereka dengan membawa panci sup yang masih mengepulkan asap.

“Ini semua gara-gara kak Vina, pokoknya kita gak temen,” final Elvino masih mengerucutkan bibirnya dan berlalu menyusul Anggun dengan kedua tangan membawa piring berisi lauk pauk.

“Hayoloh, si bayi sudah merajuk,” ejek Putri pada Vina yang menampilkan wajah melongo. Hei! Dimana letak kesalahannya? .

“Yaudah nanti minta maaf aja, jangan sampe kamu gak diboehin peluk-pekuk sama El,” tambah Anna menakut-nakuti.

Dengan bibir yang dimajukan, Vina menjawab, “Ya jangan gitu dong.”

Mereka pun selesai menata sarapan di meja makan dan acara sarapan pun dimulai bersama anak-anak panti yang lain.

“Maafin kakak ya bayi,” ucap Vina berusaha membujuk Elvino yang mengabaikanya sedari tadi.

“El bukan bayi, pokoknya El gamau ngomong sama kak Vina,” jawab Elvino tanpa mengalihkan pandangan dari piring di depannya.

Mendengar penuturan Elvino, Vina memutar otaknya dengan cepat, lalu ia tersenyum licik dan menggunakan jurus andalannya.

“Yah…sayang sekali, padahal tadi niatnya mau aku kasih susu kotak yang kemaren aku beli,” ucap Vina dengan berbisik pelan, namun Elvino masih bisa mendengarnya.

Elvino pun refleks menghentikan kunyahannya dengan pipi yang menggembung, jangan lupakan matanya yang melirik-lirik kearah Vina yang berada di sampingnya, ia berusaha mengabaikan tawaran menggoda itu sambil melanjutkan kunyahannya dengan perlahan.

“Hmm…sayang sekali padahal kemarin aku lihat kamu beli dua ya, Vin,” Anna memanas-manasi sambil melirik Elvino yang sudah menelan paksa makanan di mulutnya.

“Ugh iya-iya El maafin, tapi kasih susunya ke El ya, ” El pun terpaksa meng iyakan. Dalam hati ia berkata, 'nanti saja marahnya susu lebih penting.'

“Yeey gitu dong jangan marah-marah nanti imutnya ilang,” Vina berucap sambil memeluk Elvino dari samping.

“El itu ganteng bukan imut tau,” balas Elvino sambil berusaha melepaskan pelukan maut Vina.

“Iya deh iya yang ganteng,” Vina mengalah saja dari pada bayi satu ini ngambek lagi.

Elvino pun tersenyum puas lalu melanjutkan makan sarapanya di ikuti yang lain.

~TBC~
.
.
.
𝐍𝐨𝐭𝐞 : 𝙷𝚊𝚕𝚘  𝚙𝚊𝚛𝚊  𝚛𝚎𝚊𝚍𝚎𝚛𝚜  𝚢𝚊𝚗𝚐  𝚋𝚞𝚍𝚒𝚖𝚊𝚗...
𝙼𝚊𝚊𝚏  𝚋𝚊𝚗𝚐𝚎𝚝  𝚢𝚊  𝚔𝚊𝚕𝚊𝚞  𝚝𝚒𝚋𝚊𝟸  𝚋𝚘𝚘𝚔  𝚒𝚗𝚒  𝚊𝚔𝚞  𝚑𝚊𝚙𝚞𝚜. 𝚂𝚘𝚊𝚕𝚗𝚢𝚊  𝚖𝚊𝚞  𝚊𝚔𝚞  𝚛𝚎𝚟𝚒𝚜𝚒 𝚜𝚎𝚖𝚞𝚊𝚗𝚢𝚊🙏🙏

𝙱𝚊𝚐𝚒  𝚢𝚊𝚗𝚐  𝚖𝚊𝚞  𝚋𝚊𝚌𝚊  𝚞𝚕𝚊𝚗𝚐  𝚍𝚒𝚙𝚎𝚛𝚜𝚒𝚕𝚊𝚑𝚔𝚊𝚗  𝚔𝚊𝚕𝚊𝚞  𝚎𝚗𝚐𝚐𝚊𝚔  𝚢𝚊  𝚐𝚊𝚔 𝚙𝚊𝚙𝚊  𝚜𝚒𝚑...

𝙸𝚝𝚞  𝚊𝚓𝚊  𝚢𝚊𝚗𝚐  𝚖𝚊𝚞  𝚊𝚔𝚞  𝚜𝚊𝚖𝚙𝚎𝚒𝚗, 𝚜𝚎𝚎  𝚢𝚘𝚞  𝚍𝚒  𝚌𝚎𝚛𝚒𝚝𝚊  𝚢𝚊𝚗𝚐  𝚕𝚊𝚒𝚗👋👋

Bungsu KesayanganTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang