𝟺. 𝚅𝚊𝚕𝚎𝚗𝚝𝚒𝚗𝚘's 𝙵𝚊𝚖𝚒𝚕𝚢

587 46 1
                                    

Chapter 4

Di salah satu daerah yang ada di negara Nesia, lebih tepatnya di kawasan elit kota B. Kawasan dimana terdapat bangunan-bangunan megah dan mewah yang tentunya dihuni oleh kalangan orang berada.

Kawasan elit itu bernama Dimond hills, satu-satunya kawasan yang hanya bisa dimiliki oleh segelintir orang dengan status dan kekayaan yang fantastis. Kawasan ini juga dilengkapi dengan berbagai fasilitas, salah satunya adalah keamanan yang di jaga langsung oleh anggota militer.

Namun, tentu saja di tempat elit itu juga terdapat beberapa tingkatan serta penempatan bangunan yang tentu saja menggambarkan seberapa besar status orang tersebut.

Dari banguanan paling bawah yaitu di tingkat tiga, terdapat mansion dengan harga kurang lebih 458 Milyar.

Pada tingkatan kedua ada sebuah vila yang harganya tiga kali lipat dari harga sebuah mansion.

Sedangkan ditingkat pertama adalah sebuah mansion besar yang besarnya 100 kali lipat dari mansion biasa, dengan harga mencapai 3 triliun lebih.

Mansion besar itu di desain seperti sebuah istana kerajaan. Bangunan megah ini di bangun di atas bukit, sehingga sangat mencolok dengan pancaran keagungannya.

Mansion besar bak istana itu adalah milik keluarga Valentino. Keluarga terpandang yang masih memiliki garis keturunan dari bangsawan kerajaan Eurasia, namun saat ini keturunannya yang entah keberapa ratus, tinggal di negara Nesia ini.

                       ➴➵➶➴➵➶➴➵➶➴

Mansion besar kediaman Valentino yang selalu di isi dengan keheningan bahkan hawa di dalam ruang makan sudah seperti kuburan.

Kepala keluarga di kediaman itu, sebut saja tuan 𝐆𝐚𝐫𝐫𝐲 𝐈𝐯𝐚𝐧 𝐕𝐚𝐥𝐞𝐧𝐭𝐢𝐧𝐨, pria paruh baya berusia 46 tahun dengan visual yang tidak diragukan lagi ketampanannya, tetapi sayangnya berwajah datar sedatar tembok.

Saat ini pria paruh baya itu sedang sarapan dengan sang istri, nyonya 𝐁𝐫𝐞𝐚𝐧𝐚 𝐃𝐡𝐢𝐫𝐚 𝐕𝐚𝐥𝐞𝐧𝐭𝐢𝐧𝐨 yang tak kalah rupawan visualnya.

Wanita paruh baya berusia 45 tahun itu selalu menjaga penampilannya, apalagi ia diberkati dengan wajah baby face yang membuatnya terlihat seperti wanita usia 20-an.

Jangan lupakan ketiga putra mereka yaitu putra pertama 𝐉𝐡𝐨𝐧𝐚𝐭𝐡𝐚𝐧 𝐄𝐝𝐞𝐧 𝐕𝐚𝐥𝐞𝐧𝐭𝐢𝐧𝐨, putra kedua 𝐃𝐚𝐫𝐞𝐥 𝐀𝐝𝐞𝐥𝐚𝐫𝐝 𝐕𝐚𝐥𝐞𝐧𝐭𝐢𝐧𝐨, dan putra ketiga 𝐄𝐳𝐫𝐚 𝐏𝐫𝐚𝐦 𝐕𝐚𝐥𝐞𝐧𝐭𝐢𝐧𝐨.

Mereka melakukan sarapan dalam diam dan tidak ada yang menimbulkan suara sama sekali, hanya terdengar dentingan alat makan saja.

“Bagaimana sekolahmu Ezra?” Kepala keluarga mulai membuka suara setelah menyelesaikan sarapannya.

“Baik dad,” jawab Ezra singkat sambil tersenyum kecil.

“Apa kamu tidak berniat langsung lulus dan membantu daddy saja?” Tanya Dhira ikut mengangkat suara.

Bukan tanpa alasan Dhira menanyakan hal itu, pasalnya Ezra sebenarnya sudah bisa langsung mempercepat pendidikannya yang saat ini berada di jenjang SMA kelas XI, dan bisa langsung lulus karena kejeniusannya.

Namun, Ezra tidak mau melakukan hal itu. Remaja itu mengatakan jika ia masih ingin menikmati masa-masa sekolahnya seperti anak SMA pada umumnya.

“Tidak mom, aku masih ingin menikmati masa-masa SMA ku sama seperti anak-anak lainnya,” Ezra menjelaskan pada Dhira jangan lupakan senyum lembut yang selalu terpantri pada bibirnya.

Memang pada dasarnya dari segi ekspresi, Ezra dan Dhira adalah satu-satunya orang yang berkepribadian ramah di keluarga itu, sedangkan yang lainnya? Jangan ditanya lagi, tentu saja berwajah datar turunan dari sang kepala keluarga.

“Kalau itu maumu, Mom dan Dad akan tetap mendukung apapun keputasanmu, sayang,” Dhira membalas dengan tersenyum hangat.

“Benar kan dad?” Dhira meminta pendapat sang suami yang sebenarnya hanya sebagai formalitas.

“Ya,” hanya jawaban singkat dari sang suami, ia pun tidak akan menolak apapun keputusan putranya selama itu hal yang positif.

“Daddy seharusnya bertanya pada kak Eden, kapan dia mau menikah? Padahal udah tambah tua, masih betah ngejomblo aja,” timpal Ezra dengan tampang tengilnya, membuat siapa saja ingin menampol tapi sayangnya tampan jadi jangan di tampol.

Eden menatap adiknya itu dengan tajam, setajam mulut tetangga.

“Ezra, ”

Hanya satu kata yang keluar dari mulut Eden untuk memperingati adik keduanya itu, sedangkan yang di peringati hanya terkikik puas karena berhasil membuat wajah kakak temboknya bertambah suram.

“Heheh…Ezra pamit berangkat dulu,”

Cup~

Ezra langsung berlalu pergi setelah mengecup pipi kiri Dhira, hal ini adalah rutinitas keluarga Valentino sebelum berangkat ketempat kerja ataupun ke sekolah.

“Darel juga berangkat,” si anak tengah juga ikut berpamitan, tidak lupa mengecup pipi Dhira dan langsung berlalu menyusul adiknya.

Darel pun berjalan santai menuju halaman depan yang sudah terparkir motor Yamaha R6 berwarna hitam kesayangannya.

Tin
Tin

Ezra mengendarai motornya melewati Darel dan menyapa dengan membunyikan klakson motor Suzuki GSX R600 miliknya.
Tak lama kemudian Darel pun menyusul untuk pergi dari kawasan mansion.

Setelah Ezra dan Darel sudah menghilang dibalik pagar besar mansion, terlihatlah Eden yang juga mulai memasuki sebuah mobil Maserati Grand Turismo menuju perusahaan miliknya.

Disusul dengan kepala keluarga Valentino, siapa lagi jika bukan tuan Ivan bersama istrinya nyonya Dhira, mereka memasuki mobil Aston Martin DB11 dan langsung melaju dengan kecepatan standart.

~TBC~

Bungsu KesayanganTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang