Chapter 5
Satu bulan sudah terlewati. Akhirnya Elvino telah menyelesaikan segala formalitas serta prosedur-prosedur yang telah diberikan. Tentu saja sebagai syarat diterimanya Elvino sebagai siswa jalur akselerasi, atau mungkin malah bisa di bilang sebagai siswa kehormatan?
Selama satu bulan ini, Elvino sudah mempersiapkan segala sesuatu yang diperlukan untuk kepindahannya ke Valentino Senior High School.
Beberapa hari kemudian Elvino akan segera berangkat menuju asrama putra yang akan dia tinggalinya selama menjadi siswa disana.
Dan tentu saja, lagi-lagi ada drama kecil yang terjadi di kelas Elvino karena kepindahannya yang tidak di sangka-sangka. Beberapa dari mereka bahkan sampai menitikkan air mata karena tak rela jika bocah menggemaskan itu akan pindah dan akan jarang bertemu dengan mereka.
⋅•⋅⊰∙∘☽༓☾∘∙⊱⋅•⋅
Satu minggu kemudian…….
Elvino sudah resmi tinggal di kamar asrama nya sekarang. Sudah satu minggu pula ia menyesuaikan diri dengan lingkunganya yang baru serta kegiatanya yang tentu saja apa-apa harus dilakukan secara mandiri tanpa bantuan orang lain.
Kamar asrama yang ditempati Elvino bisa dibilang cukup luas dengan fasilitas yang lumayan mewah. Tentu saja hal itu sudah menjadi pemandangan lumrah disana.
Didalam kamar itu terdapat dua tempat tidur yang bersebelahan dengan masing-masing sisi-Nya terdapat meja belajar, rak buku dan lemari pakaian.
Sedangkan di sudut ruangan terdapat kamar mandi pribadi. Memang di asrama ini masing-masing kamarnya memiliki kamar mandi sendiri dengan dua orang siswa di masing-masing kamar.
Ketika Elvino baru memasuki kamar ini, ia tidak menemukan teman satu kamarnya di sudut manapun. Entah kemana calon roommate nya itu, biarlah, nanti juga Elvino tahu sendiri.
Hari ini adalah hari pertama simanis Elvino memasuki sekolah barunya, ia sudah bangun pagi-pagi untuk sekedar sarapan di dapur asrama yang ada di lantai bawah.
Sekarang Elvino sedang mematut dirinya di depan cermin full body yang ada di dekat pintu masuk sembari berkomat-kamit menggumamkan sesuatu.
”El pasti bisa, hump!” Ucap Elvino sembari mengepalkan kedua tangannya di depan dada.
“Semoga El dapat banyak teman seperti di SMP dulu,” ucapnya lagi sambil tersenyum lebar.
Pagi harinya selalu di awali dengan harapan baru, agar kesehariannya berjalan dengan lancar.
Pukul 07.35 Elvino sudah sampai di depan gerbang Valentino SHS, ia berjalan memasuki gerbang besar yang menjulang tinggi hingga menampakkan gedung elit yang besarnya 10 kali lebih besar dari sekolah lamanya.
Elvino sampai menatap kagum bangunan megah di depanya, dengan mulut sedikit terbuka dan mata hazelnya yang membulat sempurna.
Ditambah lagi postur tubuhnya yang lebih mungil dari beberapa anak yang melaluinya menambah kadar kegemasan nya.
Beberapa siswa-siswi yang berlalu-lalang sempat melirik Elvino dengan pandangan heran, mungkin mereka berpikir apakah anak kecil itu sedang tersesat atau apa.
‘Kenapa ada bocil nyasar di sini?’
‘Lah anak siapa yang nyasar itu? Aduuh gemes banget sih komuknya,’
‘Gila gemes banget, karung mana karung,’
Begitulah bisik-bisik tetangga yang melewati Elvino, bocah menggemaskan itu tidak sadar bahwa ia menjadi tontonan gratis siswa-siswi disana.
“apa yang kamu lakukan disini?”
Tanya sebuah suara mengagetkan Elvino dibarengi tepukan pelan di bahu sempitnya.“Eh…emm itu…El mau sekolah..” cicitnya malu-malu.
Elvino menunduk dan memilin ujung dasi yang ia kenakan, tanpa sadar bibirnya juga ikut mengerucut lucu.
“Kalo ngomong lihat sini dong, masa kamu ngomong sama lantai?” Pinta siswa di depan Elvino dengan suara ramah.
Siswa yang menegur Elvino itu berusaha tidak membuat anak kemasan sachet di depannya ketakutan.
Elvino dengan pelan menggangkat wajahnya dan mendongak karena ternyata lawan bicaranya sangat tinggi.
“Umm……El kesini mau sekolah kakak,” Elvino mengulangi ucapanya lagi sambil menatap lawan bicaranya.
Deg…
Siswa tersebut terpaku melihat wajah Elvino, karena sangat mirip dengan seseorang bahkan wajah anak di depannya ini seperti hasil kloningan orang itu.
“kakak…” Panggil Elvino.
Ia merasa terabaikan karena orang di depanya ini malah terdiam, padahal lehernya sudah sakit karena terlalu lama mendongak.
“Eh iya, iya. Kalau boleh tahu, nama kamu siapa?” Akhirnya siswa itu pun tersadar sembari tersenyum kikuk.
“Nama El itu Elvino,” jawab Elvino sambil tersenyum manis menunjukan giginya yang rapih.
“Aduuh kamu gemes banget sih,” balas siswa itu yang sekarang mencubit pelan kedua pipi Elvino karena merasa gemas.
“Ih kakak, El itu ganteng bukan gemes!” Serunya sambil melepaskan cubitan maut dari kedua pipinya.
Siswa itu pun tersenyum lembut. Senyum yang dapat membuat kaum hawa pingsan di tempat dan kaum adam yang iri pada senyumannya, apalagi ditambah dengan wajah yang sangat tampan itu, sangat tidak adil! Batin mereka.
Tidak heran jika siswa itu dinobatkan sebagai prince di Valentino SHS.
“perkenalkan namaku Ezra,”
~TBC~
|
|
KAMU SEDANG MEMBACA
Bungsu Kesayangan
Fiksi RemajaCerita klise tentang bocah laki-laki berusia 13 tahun bernama 𝐔𝐫𝐢 𝐄𝐥𝐯𝐢𝐧𝐨 yang memiliki kecerdasan di atas rata-rata sekaligus diberkati dengan wajah manis serta menggemaskan. Namun tuhan maha adil, bocah menggemaskan itu juga di berkati de...