Winter masih rebahan malas diatas kasur. Saat itu masih menujukan pukul tujuh pagi. Matanya berat untuk dibuka. Ia masih ingin tidur, namun tugasnya di rumah ini tetap berjalan. Ahh, kenapa cepat sekali pagi. Kurang puas rasanya tidur tadi malam. Tapi ia paksakan untuk bangun. Namun, betapa terkejutnya ia ketika menurunkan kedua kaki ke lantai ada seekor ular lumayan besar berjalan menuju ke arahnya. Setelah itu ia mendengar suara gagang pintu kamarnya seperti dikunci dari luar. Siapa? Apa ada orang yang sengaja meletakan ular ini ke dalam kamarnya? Tidaaak.Makhluk menjijikan sekaligus menyeramkan itu semakin mendekat ke arahnya dengan suara desisan. Winter kembali menaikan kakinya ke atas kasur. Ia mulai panik. Berteriak minta tolongpun percuma, tidak ada yang mendengar. Karena letak kamarnya ada di lantai dua. Yang berada di lantai dua hanya ada dia dan Irene.
Matanya berputar mencari benda apa saja yang bisa dijadikan senjata, tapi tidak ada. Satu - satunya yang bisa ia lakukan hanyalah melarikan diri.
Ya, jendela!
Winter bergegas menarik paksa sprei dan selimut didekatnya. Ia sambung keduanya dengan cara mengikatkan ujung satu sama lain. Kemudian ia kaitkan kain itu di-gagang jendela. Sebelum melakukan aksi nekadnya, gadis ini menarik nafas sambil berdoa. Ya, tidak ada pilihan lain.
Untung badan mungilnya nan ringan itu berhasil merayap diantara ikatan kain - kain. Sepanjang tubuhnya menurun kearah bawah, batinnya terus mengutuk pelaku si pengirim makhluk melata tersebut.
Bangsat kau, Seulgi. Aku tahu ini perbuatanmu.Disaat aksi panjat ke bawahnya diujung kemenangan, lagi - lagi datang kejutan baru. Seorang pria muda yang baru keluar dari mobil memergokinya. Sepertinya pria ini baru pulang dari luar negeri. Terlihat dari banyak traveling bag yang dibawa oleh ajudannya.
“ Hei, siapa kau? Maling kah? ” Teriaknya keras hingga membuat Winter terkejut, serta tidak fokus dan akhirnya terjatuh.
“ Kyaaaaa... ”
“ Tuan Muda, awaaaas, ”Bruk!
Tubuh Winter menimpa serta menindih pria muda itu hingga keduanya terjatuh ke tanah. Lebih lucunya lagi, posisi Winter saat terjatuh tadi tepat menghadap pria tersebut. Kini, keduanya terpana beberapa detik karena jarak wajah mereka sangat berdekatan. Winter bahkan merasakan detak jantung orang yang ada dibawah tubuhnya.“ Tuan Muda Yuchan. Anda baik - baik saja? ”
Suara Ajudan barusan membuyarkan lamunan keduanya.
Winter langsung berbangun dan menjaga jarak pada pria ini. Dia juga tadi mendengar dengan jelas siapa nama pria ini disebutkan. Sungguh tidak menyangka ia melihat perubahan luar biasa pada saudara tirinya. Yuchan yang sekarang jauh lebih tampan dan manis daripada Yuchan yang ia kenal dulu.
“ Siapa kamu? Kenapa bisa ada diatas lantai 2 rumah kami? ” Bukannya menyahut pertanyaan ajudannya Yuchan malah interogasi Winter.
“ Dia nona Winter, Tuan Muda. Perawat pribadi Nyonya besar. ”
“ Ohya? ” Pria ini masih terheran dan curiga dengan gelagat Winter. Yang diperhatikan jadi canggung. “ Kenapa bukannya jaga mama malah main - main lompat dari atas. Memangnya ada yang mengejarmu? ”
“ Ular. Ada ular besar di kamar saya. Sumpah, saya takut sekali. ”
Hah? Yuchan ragu. Logikanya, rumah ini sangat besar, bersih, dan dijaga ketat oleh banyak pekerja. Mana mungkin bisa dimasuki seekor ular.
Tanpa Yuchan mengucapkan sepatah katapun Winter tahu pria ini tidak percaya dengan ucapannya.
“ Saya yakin ularnya masih terkurung di sana. Tuan Muda harus lihat sendiri. Takutnya nanti berjalan ke kamar Nyonya. Kamar kami bersebelahan. ”
Kali ini Yuchan langsung bergerak. Ia berlarian menuju lantai dua dengan membawa sebuah kayu besar yang ia dapatkan dari gudang. Winter mengikutinya dibelakang.
Setelah tiba tepat didepan pintu yang terkunci, Yuchan mencoba mendobrak dengan satu kakinya sekuat tenaga.Pintu berhasil dibuka. Benar saja, hewan melata itu menampakkan wujudnya tepat dibawah meja rias. Winter bersyukur ularnya belum pergi sehingga tidak dianggap pembohong oleh si Tuan Muda.
“ Hati - hati Tuan, ” Pesan Winter khawatir ularnya menyambar pria yang sedang berhadapan dengannya.
Justru Yuchan tenang tanpa gugup sedikitpun menghadapi hewan itu sambil sigap menyerang balik ularnya yang mulai melawan.
Tak sampai satu menit, Tuan Muda berhasil mengalahkan ularnya. Dengan luka robek dibagian kepala makhluk itu sudah tak bergerak lagi.
Fiuh, Winter lega.
“ Lain kali hati - hati. Jangan sampai ada makhluk berbahaya masuk lagi ke rumah ini. Terutama lantai dua. Aku tidak mau terjadi apa - apa pada mamaku. ”
Entah kenapa Winter merasa kagum kepada si penolong dirinya. Padahal hanya membunuh seekor ular. Pokoknya kamu keren, Yuchan!
“ Ya, terima kasih, Tuan Muda. ” Sahutnya menunduk.
“ Hari sudah mulai siang. Apakah kamu sudah menyiapkan sarapan dan obat untuk mamaku? ”
KAMU SEDANG MEMBACA
INNOCENT KILLER | Winter AESPA ft. A.C.E (ON GOING)
Fanfiction" Antara balas dendam dan balas budi, kau lebih utamakan yang mana? " " Apa itu balas budi? Tentu saja aku tidak peduli. Itu hanya keberuntungan yang diberikan Tuhan melalui keluargamu. Selama dendamku belum terbalaskan, jangan harap mereka bisa h...