6. Must We Broke Up?

45 9 41
                                    


Yuchan terbaring lemah di kamarnya. Dikabarkan sejak dari kemarin ia tidak berselera makan dikarenakan masih teringat mendiang sang mama, Irene. Anak ini memang beda dari kakak sulung perempuannya yang tidak terlihat sedih sama sekali kehilangan wanita yang melahirkannya. Seulgi, sang kakak justru semakin merasa bebas dari beban, setelah Irene yang ia anggap menyusahkan selama ini sudah pergi selama - lamanya.

Winter yang baru saja tiba langsung mendatangi Yuchan ke kamarnya. Namun sebelumnya, ia sudah mendapat ijin dari Donghun untuk masuk ke kamar si Tuan Muda. Donghun yakin Winter yang berprofesi sebagai perawat bisa membuat Yuchan menjadi lebih baik keadaannya. Ohya?

" Tuan Muda. Aku ikut sedih melihat keadaanmu seperti ini. " Ujarnya langsung memegangi dahi si Tuan Muda. Tentunya untuk memastikan apakah suhu tubuhnya masih demam atau tidak.
Untungnya sudah normal. Hanya wajah dan bibirnya terlihat pucat, serta tubuh terbaring lemas itu terlihat lebih kurus.

Sejujurnya hati Yuchan berbunga - bunga ketika gadis ini datang dan mengkhawatirkannya. Serasa.. lebih dari lima puluh persen tenaganya pulih kembali.

" Aku tau kau pasti mengkhawatirkanku. Tapi, aku tidak memiliki selera untuk makan sejak mama pergi. Rasanya dunia ini hampa. Entah harus dengan cara apa agar kondisiku kembali membaik seperti biasanya. Uhuk.. "

Winter langsung mengusap pelan belakang Yuchan ketika pemuda ini bicara dengan nada lemas diselingi batuk. Lalu membantunya duduk lebih nyaman dengan senderan di bantal besar yang sudah tersedia di sana. Setelah itu, ia berikan segelas air hangat agar si Tuan Muda segera meminum.

" Terima kasih. " Ucapnya ketika satu gelas habis ia teguk.
Yuchan merasa Winter sungguh tulus dan perhatian yang selama ini belum ia dapat dari siapapun. Termasuk dari mendiang mamanya sendiri. Rasanya, ia memang butuh sosok seperti ini.

" Tenagamu tetap lemas kalau hanya meminum air putih saja. Harus ada makanan yang masuk. "

" Aku tidak tahu, apakah tenggorokan ini sanggup menelannya. Semuanya terasa hambar ketika masuk dalam mulutku. "

" Aku akan membuatkanmu sup ayam. Biasanya dengan memakan makanan yang berkuah dan segar akan membuat selera makan lebih baik. " Gadis ini langsung ke dapur untuk membuatkannya.

Senyum Yuchan langsung mengembang mendengarnya. Tak masalah baginya harus menunggu. Perut lapar bisa ditahan, asalkan Winter yang membuatkannya, dua sampai tiga jam-pun tidak masalah.

Untung tidak selama itu. Mungkin hanya setengah jam Winter kembali membawakan sup yang ia buat.
Yuchan juga tidak menyangka akan secepat ini. Tapi baguslah.

" Makanlah. Ini akan membuatmu lebih bertenaga. "

Tentu! Apalagi Winter yang menyuapkan. Pastinya membuat si Tuan Muda lebih bersemangat lagi. Serta mana mungkin menolak.
Tanpa terasa supnya sudah hampir habis. Dan hanya dalam hitungan detik sup itu sudah tidak bersisa.
Tandanya apa? Bukan selera makannya yang tidak ada, tapi perhatian seseorang lebih tepatnya.

" Luar biasa. Kau bisa menghabiskannya. Pasti karena sup adalah salah satu makanan kesukaanmu. " Winter tersenyum puas. Tidak sia - sia usahanya membujuk anak ini.

Lucunya Yuchan malah tersipu malu. Ia merasa diperlakukan seperti anak kecil yang kesulitan makan, tapi berhasil dibujuk sang mama dengan pancingan makanan enak.
Jadi, apakah Yuchan butuh sosok seorang mama? Tentu tidak! Tapi gadis yang memiliki sifat keibuan. Begitulah kira - kira.

" Bukan karena makanannya. Tapi karena kamu. "

Winter menyadari tatapan pemuda ini berbeda dari biasanya. Lebih dalam dan tersirat suatu harapan. Ada apa gerangan?

INNOCENT KILLER | Winter AESPA ft. A.C.E (ON GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang