20. Kenangan Tabebuya

68 5 0
                                    

Halo!!! 

Aku akhirnya update, nih!

Jangan lupa vote dan komen!

Follow aku juga ya. Heran deh kenapa kalian itu susah banget dimintai tolong vote, komen dan follow. Jadi sedih....

Happy reading....

💖💖💖

Sabtu pagi yang mendung. Sisa hujan deras kemarin malam ternyata masih melekat di sabtu pagi ini. Bukan hanya mendung, tapi juga gerimis yang membuat kedua mahasiswa kedokteran itu enggan untuk bangkit dari sofa ruang tengah. Keduanya kemarin menghabiskan sisa malam dengan menonton Conan Movie. Hingga akhirnya keduanya ketiduran di sofa ruang tengah. Tidak ada selimut yang melindungi mereka dari udara dingin musim penghujan. Hanya ada jaket Renza yang digunakan untuk berbagi kehangatan. Dan pelukan Renza dari belakang berhasil membuat Sasha nyaman sepenuhnya melewati sisa malam bersama. Mereka tertidur pulas di saat film sudah selesai dan kehabisan bahan obrolan. Jangan berpikir macam-macam.

Sasha membuka matanya perlahan. Gadis itu rupanya bangun duluan. Pergerakan Sasha membuat Renza juga membuka matanya. Sasha berusaha melepaskan tangan Renza yang membelit perutnya. Tapi, Renza malah enggan melepaskan. Renza mencium lembut puncak kepala Sasha dari belakang. Sasha tidak melawan atau menolak meski rasanya aneh saja. Baru pertama kali dia sedekat ini dengan seorang cowok. Apalagi sekarang statusnya sebagai pacar si cowok itu.

"Ren, aku yakin kamu udah bangun," lirih Sasha. Suaranya agak serak karena baru bangun tidur.

"Hmmm... " Renza hanya menjawabnya dengan gumaman.

"Ren?"

"Aku masih ngantuk," keluh Renza. Masih senantiasa mendekap Sasha dari belakang.

"Kita berlebihan nggak sih? Sampe cuddling kayak gini?"

Renza terkekeh. Di masa depan dia sudah melakukan sesuatu yang lebih pada Sasha.

"Selama aku nggak bikin kamu hamil, nggak apa-apa."

"Modus. Kalau ada setan terus kita ngapa-ngapain gimana?"

"Aku udah bilang ke Yeye bakal jagain kamu. Jadi, aku nggak akan melakukan sesuatu yang bikin kamu merasa nggak nyaman atau terancam." Renza mengecup puncak kepala Sasha lagi. "Aku cukup di sini aja sama kamu. Nggak bakal ngapa-ngapain kamu. Janji."

Sasha tersenyum. Gadis itu membiarkan Renza tetap merengkuhnya dari belakang. Hawa dingin di sabtu pagi tergantikan dengan kehangatan dari Renza. Sasha suka cara pemuda itu menghangatkannya. Sasha suka cara pemuda itu menjaga dirinya. Ah, Sasha suka semua hal yang menyangkut Renza.

"Kalau di masa depan, aku adalah jodoh kamu. Mau nggak nikah sama aku?" tanya Renza tiba-tiba.

"Mau jawaban yang gimana?" Sasha malah balik bertanya.

"Jawaban yang jujur. Mau nggak?"

"Mau, Ren. Mau banget."

"Aku boleh peluk kamu sampai tiga puluh menit lagi?"

"Lima belas menit aja. Takutnya Yeye pulangnya lebih cepet. Takutnya kita dikirain mesum."

Renza terkekeh pelan. "Iya. Aku bakal lepasin kamu lima belas menit lagi. Lagian siang nanti aku ada acara BEM. Mau ikut ngampus nggak nanti?"

"Aku mending ganti jadwal ngelesin hari ini. Kemarin aku izin nggak ngelesin."

"Ya udah kalau gitu. Aku iri sama murid les kamu. Punya tutor mandarin yang cantik kayak gini. Jadi mau belajar mandarin ke kamu."

Time of Our LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang