Holaaa!!!
Akhirnya bisa update juga di tengah kerempongan. Semoga ada yang nungguin cerita ini ya. Jangan lupa vote dan komen!
Happy reading...
💗💗💗
"Aku mau balik ke Malang aja, Ren. Di sini tiap kali lihat Lia bikin tekanan batin."
"Kalau gitu, aku ikut kamu ke Malang. Boleh?"
Sasha melotot. Sementara yang dipelototi malah nyengir kuda. Membuat Sasha semakin jengkel saja. Bisa-bisanya Renza seperti tidak merasa bersalah membuatnya bad mood hari ini.
"Kalau ikut kamu ke Malang, kita nggak akan ketemu Lia lagi. Nggak akan kena gangguan si Elvino itu lagi."
"Kamu bilang apa, sih? Apa hubungannya sama Elvino."
Renza mendengkus pelan. "Karena aku nggak suka kamu deket-deket sama Elvino. Kita impas kan, Sha. Kamu nggak nyaman sama Lia. Aku sendiri juga nggak nyaman sama Elvino."
"Apaan ini? Pagi-pagi udah ribut aja!" tegur Nana yang sudah lengkap dengan baju scrub-nya. Nana juga membawa satu kresek besar baju Renza yang beberapa hari yang lalu ditaruh di laundry.
"Nggak ribut, kok," balas Renza. "Ngapain lo pagi-pagi ke sini?"
"Nganterin laundry-an lo. Kemarin malem sama Mbak Ratri dianterin ke lo." Mbak Ratri adalah tukang laundry langganan Renza dan Nana di dekat apartemen. "Tapi kayaknya lo udah tidur. Ya udah dititipin ke unit gue. Untung uangnya udah lo bayar ke Mbak Ratri."
"Oh iya. Makasih, Na."
Nana memandangi Renza dan Sasha bergantian. "Jangan berantem kalian berdua. Kalau masih sama-sama cinta mending balikan aja."
"Gimana mau balikan kalau dia masih deket sama Lia," sahut Sasha cepat sambil memelototi Renza.
Nana hanya bisa geleng-geleng kepala heran melihat tingkah kedua sahabatnya yang jadi kekanakan seperti ini di usia mereka yang sudah berkepala 3. Nana lantas memegang pundak kedua sahabatnya itu. Dia berada di tengah-tengah, antara Renza dan Sasha.
"Kalau masih sayang nggak usah gengsi. Udah diterabas aja kerikil-kerikilnya. Jodoh itu nggak ke mana."
"Tapi dia nyebut Lia terus pas tidur sama gue, Na," lirih Sasha menyedihkan. Meski lirih, tapi Renza bisa mendengarnya.
Nana tidak bisa berkata-kata kalau urusan pribadi keduanya sudah menjurus ke kesalahan masa lalu Renza. Selama ini Nana hanya bisa menjadi pendengar keluh kesah keduanya. Kini ketiganya hanya bisa terdiam. Sampai akhirnya Nana berusaha membujuk keduanya untuk saling bersikap dewasa.
"Kalian berdua ngobrol bentar sana! Ngeteh berdua gitu. Jangan bikin keributan. Malu kalau ada tetangga dengar," saran Nana masuk akal. Terlalu riskan jika membahas prahara hubungan asmara di luar ruangan seperti ini. Takutnya menimbulkan kesalahpahaman jika ada orang lain yang mendengar.
"Gue mau balik kok, Na."
"Kok buru-buru, Sha? Kalau bertamu masuk dulu lah. Tuan rumahnya dari kemarin mikirin lo terus, Sha."
Nana akhirnya mendorong punggung keduanya masuk ke dalam unitnya Renza. Kemudian pamit meninggalkan keduanya. Sebelum enyah, Renza memberikan makanan dari Lia ke Nana. Katanya untuk bekal makan siang. Terlebih semenjak Avi lahir, Nana maupun Winta jarang masak sendiri. Nana kalau dinas di rumah sakit lebih sering beli makan siang di luar. Sekarang hanya ada Renza dan Sasha di dalam unit apartemennya Renza. Mendadak suasana jadi canggung. Hingga terdengar suara keroncongan perut Renza.
KAMU SEDANG MEMBACA
Time of Our Life
RomanceRasa cinta tumbuh karena terbiasa, sebuah pepatah klasik yang memang benar adanya. Namun, siapa sangka rasa cinta itu akan menjadi sesuatu yang luar biasa. Rasa cinta itu akan membuat seseorang ingin mengubah takdir hidupnya. Cinta tidak akan pernah...