31. Mood Booster

33 7 0
                                    

Haiiii semuanya!!!

Ada yang nungguin aku update nggak nih?

Moga masih setia nungguin ya!

Jangan lupa vote dan komen!

💖💖💖




"Jangan-jangan kamu... ." Renza menyadari suatu hal. "Jangan bilang kamu...."

"Apa?"

"Jangan-jangan kamu... hamil."

Sasha melepas satu helaian napas pelan. Setelah memuntahkan isi perutnya membuat napasnya terasa berat. Apalagi setelah mendengar pernyataan konyol Renza barusan.

"Aku cuma nggak enak badan aja, Ren. Agak flu dan asam lambung kayaknya lagi naik. Kan aku sering telat makan beberapa hari ini. Tadi aja kamu bilang aku demam."

"Iya, sih. Kamu emang demam. Tapi... ada kemungkinan juga kamu hamil. Kan kita udah pernah begituan."

"Enggak, Ren. Lagian aku baru aja selesai haid seminggu yang lalu," jelas Sasha.

"Padahal kalau kamu beneran hamil, aku mau aja tanggung jawab. Tanpa kamu hamil pun, ya aku mau tanggung jawab. Aku nggak mau jadi pria berengsek yang udah merusak sesuatu berharga dari kamu."

"It's just one night stand. Please forget it!" Sasha memungkas cerita malam paling sial tersebut.

"Tapi, Sha... "

"Aku nggak mau jadi wanita yang diduakan, Ren."

Renza berjalan mendekat ke belakang Sasha. Tubuhnya disandarkan pada tepi wastafel agar tidak oleng. Ditatapnya wajah Sasha yang agak pias. Sepertinya Sasha memang butuh istirahat. Renza jadi merasa bersalah pada wanita itu.

"Maaf, ya. Kamu lagi meriang malah ngurusin aku yang nggak berguna ini."

"Kan aku udah janji ke mama kamu buat jagain kamu sampai pulih."

"Iya, sih. Tapi, kalau kamu sendiri nggak enak badan gini, mending nggak usah ngurusin aku. Kan jadinya aku terkesan ngerepotin kamu."

"Janji itu utang, Ren. Harus ditepati. Aku minta antasida aja biar nggak mual. Kamu ada, kan?"

Renza mengangguk. "Ada, kok. Di kotak obat. Kamu habis ini istirahat aja sama aku."

"Aku kayaknya mau pulang aja."

"Di luar masih hujan. Tadi kamu ke sini naik motornya Jessi, kan. Nanti kehujanan, lho."

Sasha menepuk jidatnya pelan. Baru ingat kalau di luar hujan deras. Surabaya sekarang memang berada di puncak musim penghujan. Mau sepanas apa pun hawanya, tetap saja dilanda hujan kapan pun itu. Tidak peduli pagi, siang, sore, malam. Apesnya lagi Sasha tadi tidak naik taksi ke sini. Dia meminjam motornya Jessi tanpa membawa jas hujan.

"Aku order taksin online aja," putus Sasha kemudian. Renza hanya bisa pasrah. Dia kembali ke kamar diikuti Sasha yang sibuk mencari taksi online.

Sambil rebahan dan bersandar di kasur, Renza mengalami kegelisahan Sasha. Sudah sepuluh menitan Sasha belum juga mendapatkan taksi online. Kalau hujan deras begini memang susah mendapatkan driver, sekali pun taksi. Sungguh apes Sasha terjebak di apartemen Renza.

"Belum dapat driver?" tanya Renza. Sasha membalasnya dengan gelengan kepala. Wajahnya terlihat frustasi. "Seandainya mobil aku gak rusak parah pas kecelakaan itu, aku suruh kamu pake mobil aku."

Time of Our LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang