Bagian 1

0 0 0
                                    

Yashika Keneisha nama dengan harapan mendapat kehidupan yang sukses dan mulia. Panggilanku Shika, beberapa orang juga memanggilku Ken. Apa kehidupanku sudah sesuai dengan arti namaku ?. Ya, aku sudah sukses, selama karir aku selalu di puji dan menjadi panutan banyak orang, semua sudah sesuai dengan makna namaku.

Sayangnya namaku tidak memiliki makna dan harapan kehidupan yang ramai. Meski di kelilingi dengan banyak teman dan kolega kerja yang baik, aku selalu kesepian. Mungkin orang tuaku lupa mengharapkan agar anaknya ini tidak kesepian di saat tersuksesnya.

Setiap hari aku harus bangun pagi sekali untuk mencuci pakaian dan membuat sarapan, selalu sarapan sendiri sembari meresapi kesepian. Tinggal di Apartemen sendirian membuatku selalu merasa kosong setiap kali pulang. Aku jauh lebih senang punya banyak pekerjaan agar aku tidak harus pulang cepat cepat. Orang orang pasti merasa aneh dengan pola pikirku, tapi apa daya, aku lebih merasa ramai jika di tempat kerja di banding harus kembali sendiri di Apartemen.

Banyak hal hal menyedihkan yang kembali berputar di otak jika tidak melakukan apa apa, selalu berhasil menyulut emosi setiap kali ingat hal hal itu.

Ku letakan saja bekas piring ku di westafel, akanku cuci sepulang kerja, aku langsung mandi dan bersiap berangkat kerja, hari ini aku memilih celana kulot warna cream dengan kemeja hitam, aku menimbang nimbang apa rambutku di kuncir atau kubiarkan terurai, akhirnya aku membiarkannya terurai dan ku gelangkan kuncirku di tangan sebelah kanan.

Aku kembali ke dapur dan membuat kopi instan yang aku masukkan ke tumbler kopi, kutambahkan es batu di dalamnya, kopi adalah minuman wajib yang harus ku bawa. Setelahnya aku langsung menyambar tas dan kunci mobilku. Aku langsung menuju ke mobilku setelah sampai di parkiran basement, kuletakan kopiku di tempatnya dan tas di kursi seberangku.

Tring tring tring.....

Suara handponeku berbunyi, aku langsung mengurungkan perjalanan dan mengangkat panggilan itu.

“Hallo,” Ucapku.

“Hallo Dok, pasien di kamar VIP 03, ibu Lian mengalami demam dengan suhu 38° dan muntah muntah,” Ucap seseorang di telepon.

“Apa pasian mengeluhkan nyeri nyeri atau yang lain ?,” Ucapku.

“Tidak Dokter, hanya saja pihak keluarga merasa cemas dan meminta untuk di lakukan CT Scan,“ Ucap perawat.

“Tidak perlu, untuk sekarang ini beri pasien metocloramide 10mg, tolong jelaskan pada pasien dan keluarga, saya akan segera sampai rumah sakit dan akan menjelaskannya lagi nanti,” Ucapku.

“Baik Dokter, terimakasih,” Ucap perawat.

“Terimakasih juga,” Ucapku.

Aku langsung meletakan Handphone ke kursi di seberang dan langsung berangkat ke rumah sakit. Aku sekarang beprofesi sebagai Dokter, pekerjaan impianku, aku bekerja di salah satu Rumah Sakit Swasta di Surabaya, Rumah Sakit Sentral Harapan.

Untuk sampai pada titik ini, aku mengalami pasang surut mental. Luar biasa perjalanan ku untuk menjadi seperti ini, aku hanya mengandalkan tekad dan bermodalkan otak.

Aku sampai di parkiran Besment rumah sakit dan langsung menuju ruanganku, di tengah perjalanan aku bertemu dengan perawat yang sebelumnya menelponku.

“Pagi Dokter,” Ucap perawat itu.

“Pagi Laras, bagaimana kondisi Ibu Lian sekarang ?,” tanyaku.

“Pihak keluarga marah marah Dok, mereka bilang Dokter melakukan malapraktik, karena mereka merasa setelah operasi kondisi Ibu Lian malah memprihatinkan,” Ucap Laras.

Aku hanya tersenyum.

“Sudah di beri metocloramide ?,” tanyaku.

“Sudah Dok, tapi panasnya belum juga turun, “ Ucap Laras.

TEMPO RARYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang