Bagian 8

0 0 0
                                    

Saat pulang sekolah aku membelikan rujak buah untuk Ibu, aku yakin Ibu akan senang. Sesampainya di rumah aku melihat ada mobil Ayah, artinya Ayah sudah pulang. Aku masuk ke dalam dan melihat Ibu sedang menonton berita di televisi.

“Ibu, aku pulang,” kataku.

“Eh sudah pulang gadis Ibu,” Ibu merentangkan tangannya untuk memelukku, aku langsung berlari ke pelukannya.

“Lihat Ken beli apa,” kataku sambil menunjukkan kresek di tanganku.

“Mmm, rujak ?,”

“Enggak seru, masak langsung ketebak,”

“Memangnya kamu pernah belikan Ibu yang lain selain rujak,” yang ku balas gelengan, iya ya, aku baru sadar aku tidak pernah membelikan yang lain selain rujak.

“Mana sini kita makan bareng bareng,” aku langsung memberi kantong kreseknya dan Ibu membuka bungkusnya, untungnya tadi aku minta 2 lidi.

Kami memakannya sambil menonton berita, aku melepas tas ku dan ku letakkan di sebelahku.

“Kasihan sekali bayinya, seharusnya kalau memang tidak mau punya anak ya jangan berbuat,” kata Ibu karena merasa kesal setelah menonton berita di mana seorang bayi perempuan di temukan di depan rumah warga, seorang Ibu tega membuangnya dalam keadaan pusar belum terpotong.

“Ada 2 kemungkinan bu, si Ibu itu hamil di luar nikah atau si Ibu enggak sanggup untuk memenuhi kebutuhan bayinya, makanya dia buang bayinya di depan rumah orang supaya anaknya bisa di asuh,” kataku sambil mengunyah jambu air.

“Harusnya kan di titip saja di panti asuhan pasti akan di urus, enggak perlu di buang, di titipkan saja,” kata Ibu.

“memangnya panti asuhan menerima titipan gitu bu ?,”

“Iya, tapi dengan beberapa kondisi misal si anak punya Ibu tapi tidak punya Ayah, si Ibu ini masuk dalam kategori masyarakat kurang mampu, atau tidak memiliki tempat tinggal yang layak, dan beberapa kondisi yang kira kira akan merugikan si bayi,” kata Ibu, aku mengangguk mengerti dengan penjelasan Ibu.

“Ngomong ngomong Ibu sudah ada USG belum ?,” Tanyaku yang di jawab gelengan kepala oleh Ibu.

“Takut jenis kelaminnya perempuan ya bu ?,”

“Ibu dengan Ayah sepakat untuk tidak USG,”

“Ibu takut ya kalau Ayah gak ada di samping Ibu waktu melahirkan kalau Ayah tau ternyata adiknya Ken itu perempuan ?,” kataku.

“Ken, Ibu enggak mau sesuatu yang buruk terjadi, Ibu juga berharap kali ini Ibu tidak mengecewakan Ayahmu, Ibu sudah susah payah untuk hamil lagi, dari sejak kamu lahir sampai kamu sudah mau kuliah Ibu baru bisa hamil lagi,” kata Ibu.

Jadi Ibu juga menganggap aku ini hal yang mengecewakan, ternyata aku memang anak yang tidak benar benar di harapkan. Aku mengedipkan ngedipkan mata agar tidak menangis, aku mengambil lagi buah kedondong untuk mengalihkan pikiranku.

“Ken, maafin Ibu, Ibu gak bermaksud,” kata Ibu yang sadar sudah salah bicara, aku tersenyum menatap Ibu.

“Ngomong ngomong, itu ada mobil Ayah di depan, sudah pulang bu ?,”

“Sudah pulang tadi, tapi pergi lagi naik mobil rekannya, katanya mau ada penelitian gitu di luar kota,”

“Berarti lama dong bu ?,”

“Kayaknya sih iya,”

“Kalau Ayah belum pulang waktu Ibu mau melahirkan gimana ? Ibu kan ini sudah mau masuk 8 bulan, waktu itu saja Ayah pergi penelitiannya sampai 2bulan,”

“Waktu itu kan Ayah sambil ada kunjungan ke Jepang untuk belajar,”

“Tapi kan tetap aja bu, pasti lama,”

“Kamu tenang saja sudah, Ibu yang mau melahirkan kok kamu yang heboh,”

“Ibu,”

“Sudah sana ganti bajumu dulu, bau sudah seharian di pakai,”

Aku menciumi badanku karena perkataan Ibu, tidak bau.

“Kamu mana bisa nyium bau badan sendiri, orang lain yang nyium tuh, percaya deh,”

“Jadi selama ini Ken bau ya bu ?,”

Alih alih menjawab pertanyaanku, Ibu malah mematikan tv dan pergi ke kamarnya.

“Ibu, jawab dulu bu, Ken bau ya berarti selama ini ?,”

“Sudah mandi dulu sana,”

Aku menciumi badanku lagi, kan malu kalau ternyata selama ini aku benar bau.

........

Suara kokokan ayam yang di iringi dengan musik dangdut dari sebelah rumah berhasil membuat mood ku baik hari ini, sambil menyusun buku buku mata pelajaran hari ini aku ikut menyenandungkan lagu dari tetangga sebelah, ku rasa volume musiknya bisa terdengar hingga jarak 1 km, apa lagi rumah ku yang ada di sebelahnya, tidak ada yang protes karena sama seperti ku mereka malah ikut terhIbur dengan musiknya.

“ Sambalado eh eh sambalado eh eh itu sambalado, cinta mu sambalado, tereng tereng tereng tereng, asekk,”

Aku menertawakan diriku sendiri, merasa malu kalau sampai orang lain melihat tingkahku. Aku menyukai musik dengan genre pop di banding dangdut, tapi lagu terbaik untuk menaikkan mood ya sudah pasti lagu dangdut.

Pagi ini aku di antar oleh Ibu, karena kebetulan ada mobil Ayah jadi Ibu bisa antar. Sebenarnya aku sudah bilang pada Ibu untuk tidak perlu mengantarku karena perutnya sudah besar sekarang, tapi kata Ibu tidak apa apa,

“sebentar lagi Ibu tidak bisa antar karena harus mengurus adikmu,” begitu katanya.

“Ada apa ya Bu ? Rame banget,” kataku ketika melihat keramaian di salah satu rumah warga, suara sirine mobil Ambulance dan ada mobil polisi yang terparkir di pinggir jalan.

“Kecelakaan kali ya, ada ada saja masih pagi begini,” kata Ibu.

Karena jalan ramai dan menumpuk kendaraan yang berhenti untuk melihat kejadian, semua orang jadi memperlambat kecepatan kendaraannya dan hati hati karena situasi benar benar ramai untungnya masih bisa jalan pelan pelan.

Aku ikut penasaran dengan yang sebenarnya terjadi dan ikut memperhatikan tempat orang berkerumun, samar samar aku melihat sosok yang aku kenal sedang duduk bersimpuh di sebelah orang yang sedang terbaring, aku perhatikan benar benar sosok itu, benar itu Harun. Apa dia kecelakaan ? Apa aku harus berhenti untuk melihat kondisinya ?.

............

Hai semuanya, hari ini mari kita kupas makna di balik judul cerita ini 'TEMPO RARY'.

Kenapa aku pilih 'TEMPO RARY' sebagai judul ?

Jadi, awalnya aku ingin kasih judul 'Temporary' tapi terkesan biasa aja, alhasil aku putar otak dan ketemu la dengan 'TEMPO RARY' meski enggak ada bedanya kalau di lihat sekilas tapi mengandung arti yang beda.

TEMPO RARY

TEMPO : adalah sebuah ketukan, seperti contohnya ketukan nada yang berubah-ubah. Ketukan ini aku samakan dengan takdir kehidupannya Ken.

RARY : artinya Jarang.

Aku ambil kata RARY dari kata RARE yang artinya langka atau pelik. Istilah "Rare" bukan hanya tentang frekuensi, tetapi juga mengenai nilai yang terkandung di dalamnya. "Rare" tidak selalu harus berkaitan dengan hal-hal besar atau penting. Kehadiran sifat-sifat langka dalam diri seseorang, seperti kebaikan yang tulus atau kesetiaan yang tak tergoyahkan, juga merupakan contoh dari perasaan dan hidup Ken.

Agar terlihat lebih enak di sebut aku ganti lah kata RARE dengan RARY, karena artinya RARY hampir sama yaitu jarang.

Sesuai dengan cerita ini hidup Ken begitu pelik, seperti ketukan nada yang berubah ubah begitu juga dengan takdir dan hatinya.

Bisa di simpulkan kurang lebih 'TEMPO RARY' artinya kehidupan yang pelik.

Terimakasih, itu saja.

TEMPO RARYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang