03

24 13 6
                                    

TERKADANG TUHAN MEMBERIKAN JALAN YANG BERBEDA DENGAN PILIHAN KITA UNTUK MENCAPAI TUJUAN KITA



Bunyi alarm membuat Bastian terbangun dari tidurnya, dalam keadaan setengah sadar ia melihat jam yang telah menunjukkan pukul tujuh pagi. Dengan sedikit malas Bastian bangkit dari tempat tidur dan berjalan gontai menuju kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya.

Setelah selesai mandi dan mengenakkan pakaian, Bastian keluar dari kamarnya dan turun ke bawah untuk sarapan bersama Jonathan dan Juwita. Alangkah terkejutnya Bastian ketika melihat sosok perempuan yang sangat ia rindukan berada di meja makan bersama Juwita.

"Dewi." Lirihnya kemudian berjalan mendekati meja makan.

"Pagi Bas, ayo sini sarapan sama mama dan Dania." Ucap Juwita membuat Bastian tersadar bahwa wanita yang sedang bersama Juwita itu adalah Dania bukan Dewi.Bastian lupa kalau Dania masih berada di rumahnya.

Entah kenapa Bastian merasa Dania sekilas mirip dengan Dewi, jika dilihat dari belakang perawakan tubuh mereka sama persis hanya saja rambut Dania sedikit lebih pendek dari Dewi.

"Pagi ma, pagi Dania." Sapa Bastian sambil tersenyum.

"Tumben kamu jawab sapaan mama, biasanya kamu cuek aja apa karena ada Dania kamu jadi ramah begini?" Ucap Juwita menggoda Bastian.

"Bukannya harus begitu di depan tamu ma, kan mama yang ngajarin harus sopan dan ramah kalau ada tamu." Ujar Bastian sambil mengambil nasi goreng yang telah dihidangkan di atas meja.

"Dania kamu gak ambil telur?" Tanya Bastian yang melihat piring Dania hanya diisi oleh nasi goreng tanpa telur.

"Saya alergi telur Pak." Jawab Dania.

"Oh berarti kita sama dong, saya juga alergi telur." Jelas Bastian sambil memakan nasi goreng yang baru saja ia ambil.

"Wah tumben meja makan suasananya rame begini, biasanya kalau sarapan kaga ada kedengaran suaranya." Ujar Jonathan yang baru muncul di hadapan mereka.

"Tumben juga kamu bangunnya pagi Jo." Ucap Bastian membuat senyuman Jonathan hilang seketika dari wajahnya.

"Jangan bahas itu juga kali Bang, karena itu sama aja lo mempermalukan gue di depan Dania." Ucap Jonathan kesal.

"Oh iya Dania kalau boleh tau kamu kenapa cari kontrakan? Emangnya kamu gak tinggal sama orang tua?" Tanya Juwita sangat berhati-hati dalam merangkai kalimatnya agar tidak menyinggung perasaan Dania.

"Orang tua Dania udah gak ada Omah, terus kemaren Dania di pecat dari kerjaan Dania karena itu Dania cari kontrakan untuk tempat tinggal baru." Jelas Dania.

"Inalillahi, maaf Omah gak tau kalau orang tua kamu udah gak ada." Ujar Juwita sedikit merasa bersalah.

"Gapapa Omah."

"Oh iya emangnya kamu kerja apa sebelumnya Dan?" Tanya Jonathan ikut penasaran dengan latar belakang Dania.

"Sebelumnya saya kerja sebagai art Pak." Jawab Dania.

"Panggil Om aja, saya merasa tua banget kalau kamu panggil Pak, cukup Bastian aja yang kamu panggil Pak okey?" Ujar Jonathan sedikit tidak nyaman di panggil dengan sebutan Pak oleh Dania.

"Oh iya maaf Pa.. Om." Ujar Dania gelagapan karena canggung.

"Umur kamu berapa sayang? Sepertinya kamu masih terlalu muda untuk bekerja sebagai art." Ujar Juwita.

"Tahun ini mau masuk 18 Omah."

Bastian langsung menghentikan makannya karena kembali teringat anaknya yang saat ini juga berusia 18 tahun.

Tempat untuk Pulang Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang