BAB 5 MORNING SICKNESS

40 11 65
                                    

Penyesalan datang atas kesalahan
Dan tanggung jawab menuntutnya sebagai jawaban





Kejadian kemarin pagi terulang lagi. Pita terduduk lemas di tepi ranjang mengatur napas menahan rasa mual yang masih menyerang.

Beberapa menit yang lalu dia mengeluarkan sedikit isi perut, terasa pahit dan nyeri di bagian ulu hati. Setelah itu rasa mual perlahan berkurang tapi Pita terlanjur lemas.

Dia mengambil gawai di atas ranjang karena sempat dilempar asal saat Pita berlari hendak muntah di kamar mandi.

Sebuah chat dari Dimas belum sempat di balas karena dia terlanjur mual dan tak tertahankan lagi. Jemarinya kembali sibuk di atas layar touch screen.

P : Iya jadi, nanti aku tunggu jam 7 di rumah, karena ada hal penting yang mau aku bicarakan.

D : Apa itu ?

P : Ntar malem aja, aku nggak bisa cerita sekarang.

D : OK sayangku Puspita Cendani Adiwijaya.

P : Sampai ketemu nanti, bye.

D : Bye, I Love You. Mmmuuuaach...

Pita menghela napas panjang, mengambil kalender lipat di atas nakas. Mempelajari sesuatu, matanya tertuju pada tanda silang berwarna merah yang dia sematkan pada tujuh angka berurutan di bulan yang telah lalu. Jarinya sibuk menghitung, lalu wajahnya mendadak terlihat khawatir.

"Seharusnya tanggal ini," gumam Pita lirih menunjuk angka 17 yang jatuh pada hari selasa dan itu sudah lewat lima hari yang lalu.

"Seharusnya tanggal ini," gumam Pita lirih menunjuk angka 17 yang jatuh pada hari selasa dan itu sudah lewat lima hari yang lalu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.





Pita kembali sibuk dengan gawainya, membuka beberapa artikel dan ulasan mengumpulkan informasi yang berhubungan dengan kesehatan wanita.

Sebuah artikel menyita perhatiannya penuh. Sebuah gambar buram hitam putih hasil ultrasonografi terpampang jelas di layar gawai. Pita bergidik ngeri, seketika meletakkan kasar gawai ke atas ranjang.

Diusapnya perut datarnya beberapa kali, menghela napas panjang dan menjatuhkan diri di atas tempat tidur menutup wajah dengan bantal.

"Mbak Pita, sarapan dulu." Terdengar suara Bi Narni dari balik pintu kamar.

"Iya Bi, sebentar !" teriak Pita, tubuhnya malas bergerak karena tidak nafsu makan.

Dia menyingkirkan bantal dari wajahnya, melihat jam dinding lalu kembali memejamkan mata. Rasanya hanya ingin tidur.

*****

"Mau kemana Dim ?" tanya seorang lelaki paruh baya dengan guratan lelah di wajahnya tapi masih saja terlihat sisa-sisa ketampanannya di masa muda.

BROKEN   ANGELTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang