BAB 2 RASA BERSALAH

51 15 95
                                    

Semua terjadi diluar keinginan, hanya menyisakan sebuah penyesalan panjang.
Ini rahasia kita.




"Bangun Dim !" teriak Aji menggoyangkan tubuh Dimas yang tergolek lemas di atas sofa ruang tamu.

"Apaan sih ?" sahut Dimas malas suaranya terdengar parau, menggeliat pelan tanpa membuka mata. Dia hanya merubah posisi tidurnya memeluk bantal sofa.

"Tidur kaya orang mati aja kamu, Dim!" seloroh Soni berlalu menuju pintu.

"Ayo bro, aku tunggu di luar," ajak Bagas berlari keluar diikuti beberapa lelaki di belakang.

"Siram air saja," usul Petra terkekeh pelan menepuk bahu Aji.

Seketika ruangan tampak sepi, semua lelaki berkumpul diluar hendak menikmati udara segar di daerah sekitar lereng Gunung Merapi. Hanya tertinggal Dimas sendiri melanjutkan tidurnya masih memeluk bantal sofa erat.

*****

Tok... Tok... Tok...

Maya mengetuk pintu kamar pelan, "Ta, sudah siap belum ?"

Seketika pintu kamar terbuka perlahan, Pita keluar menampakkan diri menutup pintu kamar kembali tanpa menguncinya. Dia mengenakan kaos putih ditutup hoodie warna ungu dengan bawahan celana training hitam berbahan tebal.

"Maaf, lama ya nungggunya? Yang lain udah kumpul diluar? Mau ada acara apa sih?" tanya Pita beruntun.

"Ta, kamu habis nangis ?" Maya balik bertanya memegang bahu sahabatnya dengan tatapan curiga.

Pita berusaha memalingkan muka tapi Maya sudah terlanjur melihat kantung mata tebal di wajahnya. "Ada apa Ta? Kamu ada masalah ?"

Pita menggeleng,"Nggak ada apa-apa May, aku baik-baik aja."

"Semalam kamu kenapa?" tanya Maya lagi masih ragu. "Waktu aku tinggal naik ke atas kamu masih--"

"Swear, beneran nggak ada apa-apa May." Pita mengusap kedua matanya berulang kali berharap kantung tebal itu menghilang.

"Ini pasti ulah Dimas, dia yang terakhir bersama kamu di ruang tamu." Maya membuat kesimpulan tanpa dasar, menarik lengan Pita kasar mengajaknya segera turun menapaki tangga dengan langkah cepat membuat Pita sedikit kewalahan.

"Tunggu May, dengarkan aku dulu." Pita berusaha menenangkan hati sahabatnya yang terbawa emosi karena jalan pikirannya sendiri.

"Diiiimmm... Dimaaassss !" teriak Maya begitu sampai di lantai bawah. Matanya melihat sekeliling, sepi karena semua penghuni sudah berkumpul di depan villa.

Dia berencana melanjutkan pencarian di luar tapi sudut matanya menangkap sosok lelaki yang mendengkur pulas di atas sofa masih memeluk erat bantal sofa berbentuk persegi.

"Heh bangun !" perintah Maya menarik t-shirt Dimas kuat-kuat membuat lelaki itu terganggu dan terpaksa membuka mata pelan.

"Ooaahhemm... Ada apa May ?" Dimas duduk dengan malas, menguap sebentar mengucek mata yang masih merah karena mengantuk.

"Apa yang kamu lakukan pada Pita tadi malam ?" tanya Maya tegas.

Bagaikan sebuah petir di pagi buta, jantung Dimas mencelos berdegup kencang. Dia terdiam menatap Pita penuh keraguan, berpikir apakah Pita menceritakan semua kejadian semalam pada Maya ?
Sepolos itukah Pita hingga mengumbar aib pada sahabatnya ?

"Aku... Aku ti---"

"Dimas tidak melakukan apa-apa May," potong Pita khawatir, takut kalau Dimas akan mengakui perbuatannya semalam.

BROKEN   ANGELTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang