BAB 7 PRASTIAN ADIWIJAYA

49 12 74
                                    

Berani bertanggung jawab
adalah definisi lelaki sejati






Dimas mengusap rambut basahnya menggunakan handuk sementara bathrobe masih membalut tubuhnya sempurna setelah beberapa saat yang lalu selesai mandi.

Dia menggantungkan handuk di leher beranjak mencabut gawai dari kabel charger karena semalam kehabisan baterai.

Ditekannya tombol power menunggu alat komunikasi itu siap beroperasi.

Dimas duduk di tepi ranjang menatap serius pada tulisan yang terpampang di aplikasi hijau. Ada beberapa chat masuk disana dan nama Linggar menyita perhatiannya penuh.

L : Jawab dengan jujur, apa kamu yang menghamili Pita?

L : Kenapa tidak dijawab? Kamu masih mabuk?

L : Kalau memang benar kamu yang menghamili Pita, berarti kamu memang bang*** ! Bisa-bisanya kamu semalaman pesta miras sedangkan Pita dalam kondisi yang memprihatinkan. Aku menuntutmu untuk segera bertanggung jawab sebagai seorang lelaki. Nikahi Pita secepatnya !

Dimas terdiam lemas selesai membaca beberapa chat dari Linggar yang dikirim tadi pagi. Dia tidak ingat bahwa semalam Linggar sudah meneleponnya saat sedang tidak sadar karena pengaruh alkohol.

D : Saya janji akan segera bertanggung jawab menikahi Pita Kak. Tolong maafkan saya.

Selesai mengetik balasan yang ditujukan kepada Linggar, Dimas kembali berusaha menghubungi Pita. Rasa pusing efek dari minuman alkohol tadi malam masih dia rasakan.

D : Gimana keadaanmu hari ini Ta?

Satu panggilan dan satu chat sama sekali tidak dihiraukan oleh Pita. Dimas kembali mengetik sesuatu, kali ini wajahnya tampak sangat serius.

D : Maafkan aku Ta, nanti malam aku berniat menemui Om Pras untuk mempertanggung-jawabkan perbuatanku. Kamu setuju atau tidak aku akan tetap datang menemui kedua orang tuamu karena lebih cepat akan lebih baik.

Tidak perlu menunggu satu menit Dimas langsung mendapat balasan

P : Jangan Dim, aku belum siap melihat reaksi Papa dan Mama. Aku takut mereka akan marah besar padamu.

D : Semakin ditunda masalah ini justru akan semakin sulit. Aku siap menerima semua konsekuensinya termasuk mendapat amarah dari orang tuamu.

P : Kamu yakin berani menemui orang tuaku?

D : Tentu saja, doakan aku ya... Semua akan aku lakukan demi kamu dan calon anak kita.

Dimas meletakkan gawai di atas nakas, beranjak menuju lemari berganti pakaian. Entah mengapa setelah dia memantapkan hati untuk menemui orang tua Pita beban pikiran di kepala sedikit berkurang.

Dimas melihat jam dinding, jarum pendek menunjuk di angka 4, perutnya keroncongan karena seharian Dimas hanya makan dua slice roti panggang pemberian Pakdhe Yanto.

Dengan langkah-langkah lebar Dimas keluar kamar turun menuju meja makan. Satu piring penuh porsi makanan sudah dia proses di dalam perut. Sebagai persiapan tenaga sebelum nanti malam dia berjuang mengakui kesalahan dan berniat akan bertanggung jawab. Apa pun reaksi dari orang tua Pita, Dimas akan kuat menghadapinya.

*****

Pita berjalan perlahan menuruni tangga. Wajahnya terlihat sangat tegang. Dilihatnya Dimas duduk di sofa ruang tamu tengah berbincang hangat dengan kedua orang tuanya.

 Dilihatnya Dimas duduk di sofa ruang tamu tengah berbincang hangat dengan kedua orang tuanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
BROKEN   ANGELTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang