15. sorry

194 16 4
                                    

hari kedua di rumah sakit, hanbin mendapat banyak sekali pesan dari ibunya. setelah membalas bahwa dia baik-baik saja dan tak perlu dicari, hanbin membuang ponsel itu sembarangan. dia tidak akan menyentuhnya hingga zhang hao diperbolehkan pulang.

kondisi zhang hao jauh lebih baik sekarang, bibirnya tak lagi sepucat kemarin, berpadu indah dengan wajahnya yang tampak semakin cerah. ia masih tak banyak bicara, yang zhang hao lakukan hanya tidur dan makan. hanbin juga tidak akan berkomentar banyak bila zhang hao kembali mengacuhkannya karena dia sadar kesalahan apa yang sudah dia perbuat.

hanbin tidak lupa, dia juga tidak ingin melupakan bagaimana kebahagiaan yang zhang hao ciptakan di dunia kecilnya. bagaimana pun, ia masih gamang melangkah bersama zhang hao dan yujin, mereka masih sama-sama kesulitan mengontrol diri sendiri. mungkin lebih baik jika dia tidak membahas apapun yang bersangkutan dengan perasaan dan hubungan tanpa berpikir bahwa hal itu akan mempengaruhi zhang hao hingga dia bertindak sejauh ini. hanbin dihantui rasa bersalah yang dalam, pikirnya dipenuhi zhang hao dan wajahnya yang polos. bagaimana mungkin mereka berakhir seperti ini hanya karena kesalahpahaman? hanbin merasa sangat bodoh dan buta.

"hanbin?"

hening. ruangan terasa begitu dingin dan menakutkan dengan pencahayaan seadanya. zhang hao yang terbangun mendapati hanbin duduk memandang ke arahnya dari sofa, itu menyeramkan, dia tak yakin jika hanbin sedang sadar.

"kau terbangun?"

dalam hatinya zhang hao berucap syukur. ia duduk dengan sedikit kesulitan, hanbin langsung bangkit dan membantunya penuh kehati-hatian.

"kau harus kembali tidur, ini masih pukul tiga."

zhang hao agak terkejut mendengar penuturan hanbin. matanya tak lepas dari wajah lelah pria sung, kantung matanya samar-samar muncul dengan kurang ajar, anehnya dia semakin terlihat tampan.

"mengapa kau tidak tidur?"

"aku tidur, kok. kebetulan aku terbangun." bohong hanbin. "apa yang membuatmu terbangun?"

bibir zhang hao mencebik halus, satu tangannya terkulai lemas karena selang infus yang masih menempel, sedang yang lainnya memegang lengan hanbin berharap tak ditinggalkan.

"aku kedinginan."

"aku akan meminta selimut tambahan, tunggu⎯"

"tidak, jangan pergi."

tatapan hanbin kian lembut, dia gemas dan hatinya bergetar senang. tidak ada yang lebih membuatnya lega selain zhang hao dan sisi kekanakannya.

"aku hanya sebentar, janji."

sekali lagi zhang hao menggeleng. kantuknya masih tinggal, suasana hatinya kemungkinan buruk jika tak lanjut tidur.

akhirnya hanbin menggenggam tangan zhang hao dan menarik kursi untuk duduk, berharap rasa dingin yang si manis itu rasakan sedikit berkurang lewat sentuhan kecil yang ia berikan.

"baiklah, aku akan di sini hingga kau tidur."

perlahan, zhang hao kembali membaringkan tubuhnya menghadap hanbin. sesekali hanbin tersenyum tipis, menyembunyikan kantuknya yang semakin berat. berbeda zhang hao, dia jadi tidak ingin tidur sebab hanbin terlalu tampan untuk ditinggalkan. beruntung jika mereka bertemu di mimpi, kalau tidak, zhang hao mungkin akan menyesal.

the lakes [binhao/binneul]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang