"yujin suka?"
zhang hao berdiri di pintu dapur, memandang lelah pada putranya yang melompat kegirangan diberi mainan baru oleh hanbin. dia tidak ingin memanjakan yujin, suatu hari anak itu harus lebih mandiri dan tidak gampang menangis. sebaliknya, hanbin tampak tidak berbohong saat dia bilang bahwa dia ikhlas menemani yujin, padahal menurut zhang hao masih banyak cara lain untuk mendapatkan hati seorang anak kecil kecuali membelikannya barang-barang lucu.
"terimakasih, paman. terimakasih, terimakasih." yujin terus mengulangi kalimat itu hingga dia melabuhkan diri di sofa. menaruh mesin gelembung, robot dan beberapa mobil-mobilan mininya di dalam kukungan kaki. tidak ada yang tahu seberapa bahagianya dia kini, papa jarang sekali membelikannya mainan. terakhir setahun yang lalu, yujin sudah tak.
perasaan bangga membuncah dalam dada hanbin, bagaimana mungkin dia bisa sekeren ini? meski uang mingguannya terkuras, hanbin cukup puas dengan respon yujin barusan.
matanya lalu mencari zhang hao, menemukan sosok manis itu ternyata tengah memerhatikan interaksinya dengan si kecil yujin di depan pintu dapur sambil melipat tangan, bibirnya menipis, tatapannya sayu karena tidak senang. saat pandangan mereka bertemu, zhang hao berbalik dan masuk ke dapur. melanjutkan kegiatannya yang tertunda karena hanbin tiba-tiba datang seperti biasa.
hanbin melirik yujin sebentar, memastikan anak itu aman untuk ditinggal sebelum menyusul zhang hao yang sedang membuatkan yujin susu. sebuah kebiasaan jika tidur siang, yujin akan lebih tenang bila tangannya menggenggam sebotol susu hangat.
"kenapa kau membelikannya banyak sekali mainan? simpan uangmu."
langkah hanbin terhenti, "apa?" tanyanya polos.
"jangan terlalu memanjakannya." tubuh zhang berbalik, susah payah bersuara lembut pada pria sung yang wajahnya kebingungan seperti kucing. zhang hao lemah, dia sungguh lemah.
"aku tidak?"
helaan napas malas terdengar jelas saat zhang hao berjalan melewatinya menuju yujin demi memberikan sebotol susu setelah menyita mainan baru pemberian hanbin, menaruhnya di atas lemari agar yujin tak bisa menjangkaunya.
mulut hanbin terbuka, kaget. zhang hao sangat tega, pikirnya. raut wajah yujin langsung berubah sedih, tapi melihat papa menatapnya persis seperti saat ia sedang marah, yujin hanya menunduk dan meminum susunya dalam diam.
"kenapa? bukankah dia baru memainkannya?" hanbin bertanya diselingi protesan.
"kau tidak mengerti. sekarang ayo tidur, yujin." lengan kecil yujin diraihnya, membawa anak itu menuju kamar dengan dekorasi monoton berwarna putih. tidak ada mainan anak-anak, tidak ada keranjang lucu untuk tidur, tidak ada selimut bergambar karakter kartun. zhang hao membuatnya tampak seperti kamar orang dewasa, berharap jika yujin tumbuh dia tidak perlu mendekor ulang. ranjang tidur berukuran king size cukup menampung enam orang anak setara yujin, dan dia sudah tidur sendiri sejak bayi.
kenyataan itu membuat hanbin merasa sedih, teringat masa kecilnya yang mengecewakan.
"papa, gelembung! banyak sekali! pop, pop." yujin menunjuk udara kosong, membayangkan banyak gelembung yang dihasilkan mainan barunya.
"iya, kau boleh main setelah tidur siang." balas zhang hao seadanya, membaringkan tubuh yujin dan membantunya menarik selimut. dia mengecup kening sempit yujin dan meninggalkannya sendirian. menutup pintu, melarang hanbin untuk masuk.
"kenapa kau meninggalkannya? dia bahkan belum tidur."
"sebentar lagi dia pasti tidur," balas zhang hao sambil berjalan menjauh, mengambil laptop hendak melanjutkan pekerjaannya yang tidak pernah selesai.
KAMU SEDANG MEMBACA
the lakes [binhao/binneul]
Fanfic(18+) pengasingan membuat sung hanbin menemukan sebuah danau di belakang rumah neneknya. dia jarang sekali berkeliling, menyesal baru mengetahuinya akhir-akhir ini. tapi danau itu tidak lebih indah dari apa yang hanbin temukan di sana. sesuatu yang...