The Way ILY 1✨

393 52 12
                                    

Ini bukan kisah dalam novel remaja, bukan juga kisah film bergenre romantis. Ini kisah tentang ku dalam melakukan perjalanan menyelami segala macam momen, harapan, maupun perasaan. Semua dimulai di hari senin yang panas.

"Pagi, Ssaem!"

"Iya, pagi juga."

"Selamat pagi, Ssaem!"

"Iya, pagi juga."

Gak nyangka udah senin lagi, senin lagi. Mana sekarang lagi musim kemarau. Udah tiga bulan gak hujan. Rasanya gerah, panas, dan berkeringat. Apalagi sekarang upacara di kala panas terik begini. Masih pagi, keringat Irene sudah mengucur deras kayak abis mandi. Ditambah Irene berdiri dibarisan paling depan. Matahari yang menyengat mengenai wajah Irene yang yakin wajahnya merah kayak tomat. Meski begitu Irene tetap khidmat upacara karena para murid pun begitu khidmat meski panas-panasan di tengah lapangan. Tentu, gak boleh kalah dong sama para murid.

Habis upacara, proses belajar-mengajar tetep dilakuin sesuai jadwal. Irene masuk ke ruang guru dua, ngambil buku dan absensi lalu nuju kelas jam pertama--kelas 10.10 yang ada di lantai tiga saat denger suara peluit sangat nyaring di lapangan.

PRIT! PRIT!

Irene nengok bentar dong ke arah lapangan--dikit melongok ke bawah dari lantai dua--ngeliat para murid sedang baris rapi buat pemanasan sebelum olahraga. Saat liat mereka; Irene takjub gimana para murid keliatan semangat di cuaca panas terik begini. Terutama liat guru yang ngajar olahraga juga sama semangatnya; siap dengan peluit dan beberapa bola basket.

Abis itu, Irene lanjut jalan naik tangga nuju kelas 10.10 yang berada di ujung koridor lantai tiga.

Saat Irene buka pintu, para murid auto panik dan buru-buru ke tempat masing-masing. Suara gruduk-gruduk sepatu mereka semakin bikin suasana kelas jadi berisik. Irene duduk di meja guru bersamaan ketua kelas nyiapin teman-temannya buat belajar, "Semua siap! Beri salam!"

"Selamat pagi, Seonsaengnim!"

Irene memandang para murid kelas 10.10, "Selamat pagi semua... Bagaimana hari ini nak? Masih semangat belajar?"

"Masih, bunda!"

Irene tersenyum. Para murid emang memanggilnya 'bunda' disaat guru lain biasa dipanggil 'ibu', tapi itulah spesialnya Irene di mata para murid. Katanya sih, 'bunda kesayangan' para murid.

"Tapi panas banget, bunda!"

"Bun, hari ini gak belajar dong."

Irene berdiri, merhatiin murid-murid yang berisik saling nyahut. Ada yang kipas-kipas pake buku, ada yang bawa kipas portabel, ada yang masih main hape, ada yang sibuk nyatet, ada yang buka buku, dan beranekaragam lainnya yang dilakuin para murid.

"Ibu tau hari ini memang panas sekali. Tapi panas begini jangan sampai membuat kalian malas untuk belajar. Materi kita masih banyak loh, ada banyak hal menyenangkan yang mau ibu sampaikan kepada kalian. Jadi, kita belajar dulu setelah itu baru ibu kasih kebebasan." Ujar Irene buat para murid ribut lagi.

"Yang bener bun? Boleh makan gak bun?"

"Boleh."

"Boleh main game bun?"

"Iya boleh."

"Kalau jajan ke kantin bun?"

Irene tersenyum lembut, "Kalau itu tidak boleh ya, tunggu saat istirahat. Nah sebelum belajar, Ibu cek absensi dulu ya nak. Seperti biasa, Ibu panggil satu per satu nama kalian, setelah itu kalian tunjuk tangan sambil memberikan quotes atau kata-kata mutiara, siap?"

The Way ILYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang