Devon

29.1K 848 15
                                    

Gue, Devon Ariditya. Cowok paling cool, gemesin, tampan, menawan, dan juga tajir disekolah (menurut survey tahun ini). Gue anak dari pemilik sekolah internasional yang terkenal di daerah ibukota ini.

Banyak yang bilang gue ini songong tapi tetep gemesin. Sekali senyum, 100 cewek bisa gue rengkuh ke pelukan gue.

Nggak ada satu pun murid atau bahkan guru yang berani sama gue. Secara, gue anak tunggal dari Drs. H. Miko Ariditya SH. MM. Yaitu bokap gue, pemilik sekolah Darma Utama ini.

Gue punya 3 budak yang selalu setia sama gue di sekolah maupun diluar. Ya sebenernya mereka ini temen-temen deket gue.

Pertama, Rivo. Cukup ganteng, tapi nggak bisa ngerayu cewek, lemot.
Yang kedua, Feron. Tampangnya biasa aja, tapi setiap kata-kata yang keluar dari mulutnya selalu sukses buat cewek-cewek blushing. Lumayan.
Dan yang ketiga, Kelvin. Mukanya sebelas duabelas sama Rivo. Dia punya lesung pipi, imut. Dan yang satu ini paling mirip sama gue, playboy.

"Bos, denger-denger si Bianca galau berat karna lo putusin." Rivo nyeletuk ketika kita berempat lagi menikmati udara segar di atap sekolah, basecamp kita.

Gue asyik mainin game di Ipad gue tanpa menghiraukan omongan nggak penting Rivo.

"Bianca itu kalo diliat-liat cantik, bohay, ditambah lagi kulitnya yang putih mulus, wangi, aduhh....." Kelvin mulai suggest membayangkan perawakan Bianca yang emang oke punya.

Dengan sigap Feron langsung menjitak kepala Kelvin, "Nggak usah ngayal. Lo mana pantes sama Bianca, lo itu pantesnya sama..." Dia mikir sebentar, "Haaa, sama shinta."

Kelvin menganga, "Shinta? Shinta yang kacamataan itu? Yang giginya bolong satu? Yang pernah kita bully dikantin itu?"

Feron ngakak, "Iya, itu pas buat lo."

"Nggak nggak. Gue tetep mengidamkan si Bianca." Kelvin bergidik ngilu, "Gimana, Bos? Boleh nggak nih?"

Gue menatap Kelvin datar, "Ambil aja. Gue udah puas sama tu cewek."

"Anjir, udah lo pake, Von?" Feron sumringah. Gue hanya mengangguk.

Nggak lama kemudian mereka bertiga udah pada duduk ngedemplok didepan gue dengan muka mesum.

"Kira-kira, itunya ukuran berapa, Bos?" Kelvin menaikturunkan alisnya dengan mulut terbuka.

Gue mengerenyitkan dahi, "kira-kira 34B lah."

Kelvin dan Feron ngences.

"Kira-kira, cukup nggak ditangan gue?" Kelvin merenggangkan kedua tangannya sambil menghayal.

"Tangan lo terlalu kecil, Vin." Rivo tertawa seenaknya yang langsung dihadiahi jitakan mulus oleh Kelvin.

Gue bangkit dari kursi, "Dah, nggak usah berhayal. Rasain sendiri aja." Gue keluar dari basecamp diikuti oleh Rivo dan Feron dibelakang gue.

"Tapi, Von?" Kelvin menggaruk-garuk kepalanya, "Gimana caranya?"

Gue menghentikan langkah kaki gue, "Harus berapa kali lo gue training?"

"Cewek kayak Bianca susah, Von" keluh Kelvin.

"Gampang, kasih duit juga mau" Rivo nyeletuk sekenanya. Gue dan Feron saling tatap, nggak nyangka ni anak otaknya lebih jalan dari Kelvin.

"Nah!" Gue nepuk-nepuk bahu Rivo, "Lo keduluan Rivo, Vin."

Kelvin diam merenung, "Iya juga, boleh tuh." Ia merangkul Rivo senang.

Kami berempat tertawa. Lalu menuruni anak tangga dan kembali ke kelas.

***

"Devoooooooooonnnnnn.."

Suara centil dan menjijikan itu terdengar dari kejauhan. Malas. Itu yang ada difikiran gue.

Aurelia berlarian kecil ke arah gue dengan wajah centilnya. Gue mengendus.

"Kamu kemana aja, sih? Aku nyariin tau." Dia langsung ngelendot dipundak gue.

"Apaan, sih!" Gue mendorong tubuhnya menjauh, risih.

Aurelia langsung cemberut, "Kamu kasar, Von!" Sungutnya.

Gue nggak menggubris, gue lanjutin main game kesukaan gue, GetRich.

"Aurel dari mana?" Tanya Kelvin sok manis.

Aurelia hanya memanyunkan bibirnya dan menatap gue kesal, "Kepo deh tanya-tanya, diem aja."

Rivo dan Feron tertawa keras untuk Kelvin, "Sial." Desisnya.

"Devoooonnnn! Kamu ngapain, sih? Aku dicuekin." Aurelia mulai menggoyang-goyangkan lengan gue, "Kamu selalu deh, cuekin aku terus!"

Gue tetep diem, rese' nih cewek. Gerutu gue dalam hati.

"Yaudah, aku pergi aja deh!" Aurelia berdiri dengan muka masam, lalu berjalan pelan meninggalkan gue.

"Lagi bosen maenin barbie, ya, Von?" Feron nyeletuk.

"Gue nggak tertarik sama cewek itu." Gue menjawab tanpa melihat Feron, "Paling nanti dia ngadu yang enggak-enggak ke bokap gue."

"Lagian ini kan jaman modern, masih ada ya jodoh-jodohan gitu?" Timpal Rivo.

Gue menaikkan alis gue, "Gue nggak ngerasa dijodohin. Kalopun harus, gue bisa nolak. Kalo dipaksa, gue bisa kabur."

My Idiot GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang