What's up Chira?

11.8K 718 8
                                    

Sudah dua hari sejak kejadian kemarin, Chira menjauh dari Devon. Ia bersikap dingin dan berbeda dari biasanya. Entah setan apa yang sudah merasukinya sehingga ia bersikap seperti ini.

"Ra? Kantin, yuk? Gue laper." Ajak Sopi.

Chira hanya diam sambil menopang dagu. Tatapan matanya kosong ke arah papan tulis.

"Ra? Chira?" Sopi mengguncang-guncangkan bahu Chira karna gadis ini nggak menyahut.

"Apaansih, Pi? Gue nggak mood."

Sopi melipat kedua tangannya didada, "Lo sakit apasih? Kok bisa sampe ngerusak kepribadian gini?"

Chira kembali diam dan menyumpal kedua telinganya dengan earphone lalu membenamkan wajahnya dibalik tas ranselnya.

"Yaudah gue ke kantin, ya? Kalo ada apa-apa bilang sama gue jangan diem aja. Kayak nggak punya mulut." Sopi geram lalu meninggalkan Chira dikelas.

Sopi berjalan sambil memainkan handphonenya.

"Sopi?"

Gadis berwajah chinnese itu menoleh, didapatinya Devon sedang berlari ke arahnya.

"Kak Devon? Kenapa?"

Devon mengatur nafasnya, "Chira mana? Kok nggak keliatan, ya? Udah 2 hari ini gue nggak ketemu dia."

"Ada kok dikelas. Dia emang lagi murung banget dua hari ini, kak."

Devon tertegun, "Murung gimana?"

"Ya nggak kayak biasanya aja. Dia diem aja. Melamun nggak jelas."

"Oh yaudah kalo gitu. Makasih ya infonya." Devon menepuk pundak Sopi pelan lalu berlari.

Sopi makin bingung, "Ada apa, ya?" Gumamnya.

***

CHIRA POV*

Gue mendengarkan lagu kesukaan gue dikelas, sendirian. Iya sendirian. Karna ini jam istirahat, semua murid udah pasti lari ke kantin.

Gue juga biasanya gitu, berhubung gue lagi dilema, jadi gue tiduran aja dikelas. Lagian kalo gue keluar pasti ketemu sama Devon. Gue masih malu.

Gue malu mengakui kalo gue juga sebenernya suka sama dia. Gue malu mengakui kalo gue emang nggak bisa berhenti mikirin dia. Gue juga malu mengakui kalo gue dalam keadaan sadar ketika gue nyium dia kemarin. Ah!

Gue nggak tau kalo cinta itu rumit. Eh, cinta atau gue ya yang rumit? Ah pokoknya rumit! Baru pertama kali jatuh cinta tapi kenapa sesulit ini, sih?

Selama ini emang nggak pernah ada cowok yang terang-terangan bilang suka ke gue. Kalo ada pun berarti dia nggak normal. Tapi Devon? Cowok paling cool, paling tajir, dan paling famous di sekolah kemarin bilang suka ke gue? Mimpi apasih gue?

Ya Tuhan, kalo emang ini cuma mimpi, please, bangunin Chira sekarang juga. Hiks!

"Chira?"

Tunggu, gue kenal suara ini, ya Tuhan. Devon?!

Gue mengangkat kepala gue untuk melihat sosoknya, ia tengah berdiri di ambang pintu dengan wajahnya yang sukses selalu buat gue mupeng.

"Chira? Lo sakit?" Devon berjalan mendekat ke arah gue.

Gue cuma bisa tersenyum karna jujur gue nggak bisa bersuara saat ini.

Dia meletakkan punggung tangannya di dahi gue, "Nggak panas. Tapi kok, lo lesu banget? Ada apa?"

Gue menggeleng pelan.

"Cerita sama gue, Ra. Lo ada masalah?"

Lagi-lagi gue menggeleng.

"Lo sariawan? Nggak bisa ngomong? Atau lo belum sikat gigi?"

Sialan! Gue dibilang belum sikat gigi.

"Ra? Lo kenapa, sih? Please, cerita ke gue."

Gue membenamkan wajah gue lagi ke ransel gue. Males.

"Lo marah sama gue? Bbm gue cuma lo read. Telpon gue lo rijject."

"Please, tinggalin gue sendiri, Von. Gue butuh waktu buat mastiin semua perasaan gue. Kalo lo terus-terusan ganggu gue, gue makin dilema."

Devon diam nggak bersuara, mungkin dia udah paham. Nggak lama, gue denger langkah kakinya menjauh.

Gue mengintip dari celah ransel gue, dia pergi. Apa dia kecewa? Apa dia marah? Ya terserah lah, gue cuma mengutarakan isi hati gue. Kalaupun emang salah, gue bakalan minta maaf nanti.

CHIRA POV END*

***

Devon melangkah kan kakinya dengan malas. Wajahnya terlihat kusut. Hatinya terasa sakit mendengar ucapan Chira tadi siang.

"Von? Devon?" Suara Aurellia. Cewek ini emang nggak ada capeknya mengejar Devon.

Devon nggak menyahut, ia mempercepat langkah kakinya. Namun karna ia lagi lesu, Aurell berhasil menyusulnya dan menarik lengannya.

"Kamu kemana aja, sih, Von?"

Devon masih diam.

"Tiap aku hubungin nggak pernah jawab. Kamu kenapa?" Aurell menggenggam tangan Devon makin erat.

Devon yang merasa risih langsung menyingkirkan tangan Aurell dari genggamannya.

"Kamu kenapa, sih? Selalu aja bersikap begini ke aku?"

Devon menatap Aurell, "Lo yang kenapa? Lo kenapa selalu ganggu gue? Lo masih punya malu, kan? Berhenti ngejar-ngejar gue. Harus berapa kali gue bilang, gue nggak suka sama lo."

Aurell bergeming, "Tapi kita bakalan dijodohin, Von. Inget itu!"

"Jangan buat gue bersikap kasar sama lo!"

Aurell menarik lengan Devon, matanya mulai berkaca-kaca, "Kasih kesempatan buat aku masuk ke hidup kamu, Von."

"Denger baik-baik! Orang tua gue emang bilang kita mau dijodohin. Tapi mereka nggak maksa gue. Kalo gue nggak mau, gue bebas nolak. Jangan paksain perasaan gue. Mau lo berubah jadi cewek baik-baik juga kalo emang gue nggak suka dari awal gue nggak akan pernah suka." Devon menarik nafas pelan, "Sekarang, gue mohon jangan pernah ganggu gue."

Devon pergi meninggalkan Aurellia dengan tatapan kosongnya. Mungkin gadis itu kecewa dengan perkataannya. Biarlah.

Aurellia menatap kepergian Devon dengan kedua matanya berlinang airmata, "Liat aja nanti, Von" Lirihnya pelan.

Dan dari kejauhan ada sepasang mata yang sedari tadi melihat adegan ini. Mata biru yang selalu bersinar. Seulas senyum terukir dibibirnya.

***

HAI AKU BACK LAGI, CEPET YA? WKWK. MAKLUM, OTAK LAGI BENER.

JANGAN LUPA VOMMENT NYA YAH. AKU MAU LIAT, BERAPA SIH VOTE UNTUK BAGIAN INI. KALO BANYAK, AKU LANJUT. KALO DIKIT? AH MALES NULISNYA :P

BTW DI MULMED PENAMPAKAN CHIRA YA HEHE.

My Idiot GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang