Who's she?

16.2K 676 14
                                    

"Baiklah, pelajaran hari ini sampai disini. Jika ada yang belum dimengerti kalian bisa temui Ibu di kantor. Jangan lupa kerjakan tugas kalian. Selamat siang." Bu Vika membereskan buku-buku diatas meja dan bergegas keluar kelas.

Ini jam istirahat, biasanya gue sama curut-curut kesayangan gue nongkrong dikantin kalo nggak ya dibasecamp. Tapi kayaknya lagi males. Nongkrong di area taman kayaknya asik sambil godain cewek-cewek kelas 10 dan 11.

"Von, kantin nggak?" Tanya Kelvin.

Gue menggeleng, "Lagi males gue. Taman aja asik kayaknya sambil godain adek-adek kelas."

"Wah, bener tuh. Kali aja ada yang nyantol buat kawan kita ini." Feron tertawa jail sambil merangkul Rivo.

"Apaan? Gue kenapa?" Tanya Rivo linglung.

"Lo mau disembuhin sama Feron, lo kan mengidap penyakit mematikan, jomblo akut." Gue menimpali.

Rivo langsung mendecak sebal, "Gue nggak pernah pacaran, takut ntar cewek gue hamil."

Seketika kita langsung ngakak sejadi-jadinya, "Apa lo bilang? Tolol. Mana ada pacaran langsung hamil. Iya kalo lo ngelakuin...." Feron mengatupkan kelima jari kanan dan kirinya lalu menempelkannya satu sama lain membentuk sesuatu seperti orang sedang ciuman.

"Wah, enggaaaak!" Rivo menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Yok lah, kasian entar Rivo kecepirit pula." Gue merangkul Rivo lalu berjalan meninggalkan kelas dengan tawa yang tertahan.

Nggak gue sangka ternyata taman di sekolah ini lumayan rame kalo pas jam istirahat. Ada yang asik berduaan, ada yang sibuk main gadgetnya, ada juga yang rajin baca buku sampe ngerjain tugas disini.

Taman ini lumayan gede, seukuran lapangan sepak bola. Rumputnya hijau dan bersih. Ada beberapa pohon besar yang rimbun, juga bunga-bunga yang bermekaran dengan warna yang cerah. Oh ya, ada beberapa tempat duduk yang terbuat dari kayu juga.

Mata gue menyipit untuk mencari tempat yang adem buat nongkrong. Nah, itu di bawah pohon kebetulan cuma ada cowok culun berkacamata yang lagi asyik baca buku. Geser aja.

"Keberatan nggak, kalo gue dan temen-temen gue ambil alih tempat ini?" Gue menyilangkan kedua tangan gue di dada.

Cowok itu mendongak ke atas lalu nyengir, "Tempatnya kan, luas. Jadi gue nggak papa kan disini aja? Udah nanggung soalnya, Kak."

"Apaan lo bilang? Cabut lo dari sini." Kelvin menarik kerah baju cowok ini.

Si cowok culun cuma bisa pasang muka takut, "I...Iya kak. Gue cabut." Dia langsung lari kayak lagi dikejer anjing liar.

Feron langsung ambil posisi tiarap diatas rumput diikuti oleh Rivo.

"Vo, gue tantangin lo ngajak kenalan satu cewek yang lewat sini." Kata Kelvin sambil mengedipkan matanya ke Rivo.

"Ah apaan? Nggak berani gue." Jawab Tivo enteng.

"Kalo lo berani, gue beliin velg ban mobil terbaru buat lo, Vo!" Tantang Feron antusias.

Mata Rivo langsung membulat besar, "Gila lo! Gue emang lagi pengen banget ganti velg ban mobil gue. Tapi...." Dia menggaruk-garuk tengkuknya, "Gue nggak berani."

"Cemen lo ah." Gue menambahi.

"Cuma ngajak kenalan, Vo. Masa nggak berani? Cemen lo" Tukas Kelvin.

Rivo memonyong-monyongkan bibirnya sambil berfikir, "Nanti kalo yang gue ajak kenalan itu baper gimana? Gue nggak mau nyakitin cewek."

"Alah, kita masih SMA, Vo. Nggak usah serius-serius amat cepet tua lo nanti." Sahut Feron kecut.

Gue cuma bisa geleng-geleng kepala liat kelakuan kawan-kawan gue ini.

"Eh, maaf? Boleh ganggu waktunya bentar?" Seorang cewek mungil berambut coklat tengah berdiri diantara kami.

Sontak gue dan yang lain melongo karna kedatangan makhluk asing.

"Eh, nggak usah pada cengo gitu. Gue cuma ada perlu bentar." Cewek itu melambai-lambaikan kedua tangannya ke mata kami.

"Lo siapa? Ada perlu apaan sama kita?" Tanya Kelvin. Sementara Feron asyik memandangi cewek ini dari atas ke bawah.

Cewek itu manautkan kedua alisnya, "Sorry sebelumnya, gue cuma ada urusan sama dia." Dia nunjuk gue, "Nggak sama kalian semua. GR."

Gue cuma diem sambil menatap dia datar.

"Lo Devon, kan? Lo kenal gue, nggak?" Tanya cewek itu lagi.

Gue cengo, "Penting kenal sama lo?"

"Eit, gue nggak butuh jawaban lain. Gue cuma butuh jawaban lo kenal apa enggak?"
"Apa-apaan lo?" Feron menyahut.

Cewek itu menaruh telunjuknya dibibir, "Psstt.. Gue nggak ngomong sama lo." Dia nunjuk Feron singut.

"Ada perlu apa sama gue?" Tanya gue.

"Lo kenal sama gue apa enggak? Yaelah susah amat tinggal jawab juga." Dia melipat kedua tangannya didada.

Gue menggeleng, "Nggak kenal, nggak penting."

"Oke kalo gitu kita kenalan."

Gue bengong. Ini cewek nggak tau malu apa?

"Mimpi apa lo ngajak Devon kenalan?" Kelvin ngakak.

"Bisa diem nggak sih, kalian para laler ijo! Gue cuma ngomong sama Devon" Cewek itu memutar bola matanya yang biru.

Gue masih cengo. Nggak ngerti mau apa cewek ini.

Dia langsung nyamber tangan gue buat berjabat tangan sama dia, "Gue Chira. Inget. Lo harus apalin gue. Gue Chira"

Dengan sergap gue langsung ngelepasin jabatan tangannya, "Ya terus?"

Chira melirik jam tangannya, "Aduh, waktunya abis." Dia menepuk jidat, "Oke sorry kalo lo ngerasa nggak nyaman gue ganggu. Gue cuma ada tarohan aja buat kenalan sama lo, jadi jangan GR ya?" Dia nyengir.

Gue kembali cengo.

"Kalo lo nggak suka ato nggak terima nggak papa. Inget, gue Chira. Gue kelas 11 Ips 6. Kalo lo mau protes silahkan cari gue. Gue buru-buru makasih ya?" Dia menepuk bahu gue dan langsung ngacir.

"Anjirrr!" Seru Kelvin sambil tertawa.

"Siapa cewek itu? Berani banget." Tanya Feron.

Gue cuma diem memandangi cewek itu berlari menghampiri kawan-kawannya. Terlihat dari jauh mereka pada tos. Mungkin karna cewek itu berhasil.

"Kalian pada nggak tau siapa dia?" Rivo nyeletuk tiba-tiba. Gue menoleh, begitu juga Feron dan Kelvin.

"Dia itu Chira. Anak kelas 11. Dia terkenal karna idiotnya. Nggak tau malu, pede nya tinggi, kalo ngomong asalan. Kelakuannya juga diluar batas normal." Jelas Rivo.

"Kok lo tau, Vo?" Kelvin mengerenyitkan dahinya.

Gue masih diam. Nggak nyangka ada cewek yang berani jadiin gue taruhan. Dia nggak tau siapa gue. Bakal gue abisin tuh cewek idiot.

"Vin, Fer?" Panggil gue.

Mereka menoleh.

"Gue punya tugas buat kalian."

"Apa, Von?" Tanya Kelvin.

Gue masih memandangi cewek itu dari jauh, "Cari tau cewek itu sedetail-detailnya. Kalo perlu cari tau juga besok dia pake celana dalem warna apa."

Feron ngakak, "Buat apaan, Von?"

"Nurut aja elah. Gue punya rencana."

Mereka manggut-manggut.

"Sekarang, Von?" Tanya Kelvin.

Gue menatap Kelvin jengkel, "Nanti, tunggu gue wisuda!"

Kelvin dan Feron langsung ngacir.

My Idiot GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang