KENANGAN DISAAT SENJA

28 16 8
                                    

Pangeran dan pahlawan lainnya sedang asyik makan bersama, tak henti-henti mulut mengunyah sampai perut terasa penuh, ada yang membaringkan tubuhnya di atas rumput, bersandar pada pohon, duduk santai dan hal lainnya, menikmati makanan serta udara segar setelah sekian lama melihat tanah jahanam, ditambah kicauan burung yang merdu membuat kantuk merasuki tubuh.

Di tengah-tengah peristirahatan Ceceng berbicara entah pada siapa, mungkin yang dituju pada semua yang mendengar, jikalau dia merasa kurang satu orang, tapi dia bingung siapa?

Mereka yang mendengar memasang wajah heran dan mencari tahu siapa yang tidak hadir. Atang juga sebenarnya merasa janggal sedari tadi, benar apa yang diungkapkan Ceceng, mereka kurang satu orang. Diingatnya satu per satu wajah pahlawan yang tersisa, tapi semuanya lengkap, lalu Pangeran dan teman-temannya juga semua ada, dipikir-pikir memang sulit mengingatnya.

Atang yang bersandar di pohon tiba-tiba kepalanya terketuk dengan buah apel, saat itu pun pikirannya teringat ketika ia terlempar oleh monster besar.

••••••

Saat terjatuh ia tak merasakan rasanya seperti jatuh, seperti ada yang menyelamatkan nyawanya, Atang tak berani membuka mata sebab tak siap melihat mayatnya yang terbaring di tanah juga melihat siapa penyelamatnya, karena ia yakin sang penyelamat bukanlah manusia.

Ketakutan yang luar biasa menyelimuti Atang sampai ia menutup mata dalam-dalam dan mengunci mulut rapat-rapat sampai hidungnya mengembang.

"Mamang Atang belum mati," ucap orang yang menyelamatkannya

"Nggak, aku udah mati! aku jatuh dari ketinggian yang tinggi, tinggi, tinggi, tinggi banget,"

"Buktinya mamang masih bisa ngomong,"

"Ia juga ya," dalam hatinya berkata

Atang berusaha membuka matanya pelan-pelan

"Udin!" Atang kaget ternyata yang menangkapnya adalah Udin

••••••

"Oh iya! si Udin!" teriak Atang

"Udin yang mana?" tanya Raden

"Itu yang suka ngomong tinjuan Udin!" ucap Atang

"Kemana kak Udin ya?" tanya Pangeran

"Kasian, kayaknya belum makan, apa kita cari aja?" ucap Anes

"Boleh tuh," cetus Teuku Rafi

Semuanya berdiri dan mencari Udin, pantas saja sedari tadi seperti tak ada yang hadir ternyata sang penyelamat Atang tak terlihat, sepanjag jalan nama Udin di teriakkan bersama-sama sambil bertanya juga pada warga sekitar.

"Tenang Udin, kamu udah nyelamatin aku waktu itu, sekarang aku bakal cari kamu sampai ketemu," ujar Atang dalam hatinya

Berjam-jam mereka mencari sosok pahlawan yang telah berusaha bersama, perjuangannya sungguh sangat berharga jikalau tidak ada dia mungkin monster sedari tadi sudah melenyapkan jiwa Atang yang bertarung sendirian saat itu.

Di sekitaran hutan, rumahnya, dekat sungai dan tempat lainnya tetap saja tak menemukan Udin, bingung semua yang mencarinya, tak mungkin ia bisa dimakan monster, karena monster hanyalah khayalan jikalau termakan pun pasti tubuhnya masih ada karena yang termakan bukanlah tubuh melainkan jiwa.

"Aduh capek banget nih!" ujar Gunawan

"Istirahat bentar yuk," ajak Tony

"Lagian udah sore juga sih," ucap Vandam

Semua setuju untuk beristirahat sementara di bawah rindangan pohon sambil meminum air kelapa yang Pangeran sediakan.

Senja dikala ini sungguh sangat indah, kicauan burung menenangkan hati dan fikiran sejuk begitu saja. Mereka yang letih sebenarnya telah terobati dengan pemandangan indah seperti ini. Semuanya menatap keindahan cakrawala yang diciptakan tanpa ada kekurangan sedikitpun.

PANGERAN ALAM 4Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang