_Chap 3_

331 35 4
                                    


°°°°

HAH

Guntur seketika membuka kedua matanya, dadanya naik turun dengan nafas yang memburu.

Gelap, itulah yang Guntur lihat.

Guntur dengan perlahan mencoba mendudukan tubuhnya, tangannya meraba raba ke sekitar untuk mencari saklar lampu.

Tak

Seketika ruangan yang tadinya gelap menjadi terang, Guntur melihat ke sekitar sebelum hembusan nafas lega ia keluarkan.

"Ternyata hanya mimpi," Guntur memejamkan matanya dengan kepala yang bersandar di dasboard ranjang

"Tapi kok kayak nyata ya, rasa sesaknya bahkan masih bisa gue rasain, atau cuma perasaan gue aja."

Guntur menggelengkan kepalanya sebelum kembali membuka kedua matanya. "Udah ah pusing, yang penting sekarang gue masih hidup."

Lama Guntur terdiam sampai ia mulai menyadari satu hal. "Anehnya kok gue bisa ada di apartemen milik gue ya? Bukannya tadi ada di villa?"

••O••

"Ini lebih aneh lagi, sejak kapan di kamar gue ada televisi? Seingat gue, posisi televisi itu ada di ruang tamu bukan disini?"

Mata Guntur mengedar sampai berhenti di pintu berwarna coklat, ia bangkit dari kasurnya dan berjalan menghampiri pintu tersebut dan membukanya.

Seketika kernyitan muncul di dahinya. "Sejak kapan di apartemen gue ada walk in closet, maksudnya gue punya tapi gak segede gini mana bajunya banyak lagi." Guntur menghembuskan nafasnya sebelum menutup pintu itu kembali

"Aneh, benar-benar aneh. Ini sebenarnya gue ada di apartemen milik gue bukan sih?"

"Tapi kalau seandainya bukan masa iya, orang apartemen ini mirip banget sama milik gue. Ya walaupun ada yang berubah sedikit dari yang terakhir gue ingat tapi ini masih sama kok."

Guntur menggerakkan kepalanya ke kiri dan kanan sampai rambutnya berantakan. "Udah lah kalau dipikirin terus kepala gue bisa pusing, soal apartemen pokoknya ini apartemen gue. Gue gak peduli mau ada yang berubah kek mau ada yang nambah pokoknya ini apartemen gue titik."

"Sekarang mending gue pergi mandi."

Guntur berlalu, berjalan memasuki kamar mandi karena ia butuh menjernihkan kepalanya yang terasa pusing.

Beberapa menit kemudian Guntur keluar dengan bathrone putih yang melekat di tubuhnya.

Memasuki walk in closet Guntur segera memilih baju, tubuhnya menggigil kedinginan.

Tatapan Guntur jatuh pada hoddie berwana cream dan celana selutut berwarna putih.

Guntur bersiap-siap tanpa sekalipun melihat ke arah cermin. Setelah itu, ia memilih keluar kamarnya.

Namun Guntur terkesiap ketika ia membuka pintu kamarnya.

Menoleh ke kanan dan kiri dengan raut wajah bingung. "Kok lorong apartemen gue ada yang beda ya, seingat gue gak gini atau emang udah begini tapi guenya yang baru sadar."

"Ah terserahlah gue males mikir." Nyatanya Guntur tetap memikirkannya

Sampai ia tidak menyadari seseorang datang menghampirinya dan memperhatikan apa yang tengah dia lakukan.

"Ngapain?"

Guntur tersentak sebelum kepalanya menoleh ke asal suara, keningnya mengernyit ketika melihat sosok asing dibelakangnya.

Guntur Or GentaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang