𝓗𝓪𝓹𝓹𝔂 𝓡𝓮𝓪𝓭𝓲𝓷𝓰
Sorry for typos
.
.
.
.
.
.Samuel kira, keadaan Hazel akan membaik. Ternyata saat menjelang pagi, Hazel kesulitan untuk bernafas padahal sudah menggunakan selang oksigen.
Samuel, Siska bahkan Daniel. Mereka semua mencoba menangani si bungsu, tetapi reaksi yang diberikan Hazel malah semakin menunjukkan kondisinya yang melemah.
Tanpa banyak bicara, mereka membawa Hazel ke rumah sakit, karena peralatan medis di rumah kurang lengkap.
Bahkan Mave hanya memakai pakaian seadanya, yakni kaos hitam polos dan celana training saking gopohnya karena dirinya disuruh menyiapkan mobil.
Gina dan Yola pun panik, bahkan mereka hampir menangis, padahal reaksi orangtuanya dan kakak sulungnya masih santai.
Mungkin karena mereka mempunyai background dokter, sehingga menangani pasien harus santai dan tidak boleh panik.
Jeffrey yang baru saja sampai di rumah bahkan langsung ikut ke rumah sakit, padahal dirinya baru saja pulang dari kantor pagi ini.
"Biar abang yang menangani adek, kalian tunggu disini aja. Mama sama Papa jangan panik" Setelah mengatakan itu, Daniel langsung berlari mengikuti arah ranjang Hazel yang didorong masuk UGD.
Siska langsung duduk di bangku tunggu, wajahnya ia tutupi dengan kedua tangannya, wajah lelahnya sangat ketara.
Samuel berusaha menenangkan istrinya walaupun dirinya sendiri khawatir akan kondisi anak bungsunya.
"Everything will be fine, Ma. Kakak percaya adek cuma kelelahan" Yola mengusap lengan Mamanya.
Siska tersenyum dan mengangguk. "Iya kak, sudah sering sekali kok Mama dalam posisi seperti ini"
"Kalian pulang aja, biar Abang yang jagain adek. Mama sama Papa kan pasti ada pasien" Ujar Jeffrey, dirinya bisa menunggu sang adik yang masih ada di dalam.
"Justru lo bang, baru pulang juga. Betah amat di kantor" Mave sedikit mendorong bahu Jeffrey.
"Papa nggak ada pembedahan hari ini, jadi Papa juga bisa nungguin adek kamu" Ujar Samuel yang tidak mau kalah.
"Kalau gitu, Mama ke ruangan dulu ya? Mau mandi, habis ini poli anak pasti banyak pengunjungnya. Jangan lupa kabarin Mama kalau adek udah membaik" Siska berdiri untuk menuju ruangannya.
Samuel mengangguk, kemudian mengecup kepala istrinya. "Semangat kerjanya, adek pasti baik-baik aja" Sejenak mereka berpelukan sebelum berpisah.
"Aduh, pasangan dokter ini kayak gak tau tempat" Ujar Gina pelan, takut orangtuanya mendengar.
Sekitar setengah jam lamanya mereka menunggu di luar, rasanya Samuel ingin menerobos masuk ke dalam.
Tak lama, Daniel keluar diikuti ranjang Hazel yang didorong oleh perawat menuju kamar inap Hazel dirumah sakit ini.
"Biasa, adek kambuh. Apalagi demam jadinya gini deh, tekanan darah dan pernapasannya menurun sama dehidrasi, jadi abang pasangkan 2 infus sekaligus" Jelas Daniel yang diperhatikan seksama oleh orang-orang didepannya.
Samuel meraup wajahnya. "Kalian ngerti kan, kenapa Papa larang Hazel buat sekolah umum? Sudah berapa kali dalam satu tahun ini dia dirawat?" Samuel sungguh frustasi, tapi sekolah itu juga keinginan Hazel, bahkan dulu sampai memohon-mohon untuk mendapatkan izin.
"Ini kehendak Tuhan, Pa. Kita gak bisa salahin apapun atau siapapun" Sahut Yola.
Benar, harusnya Samuel tidak menyalahkan apapun dan siapapun dalam hal ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Evander's Gang
AcakKisah tentang Hazel yang merupakan anak bungsu keluarga Evander dijaga dengan protektif layaknya berlian.